Berita Sumba Barat Daya

Warga Gelar Ritual Adat Keluarkan Petir Dari Kampung Situs Adat Parona Baroro, Sumba Barat Daya

Tokoh adat menggelar acara ritual adat setelah terbakarnya 8 rumah adat Kampung Parona Baroro di Desa Waikaninyo, Kecamatan Kodi Bangedo

Penulis: Petrus Piter | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/PETRUS PITER
Seorang tua adat berjalan keliling setiap rumah yang terbakar untuk memercikan air pertanda mengusir atau mengeluarkan petir dari dalam kampung itu, Jumat 14 Juni 2022 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Petrus Piter

POS-KUPANG.COM, TAMBOLAKA - Tokoh adat menggelar acara ritual adat setelah terbakarnya 8 rumah adat Kampung Parona Baroro di Desa Waikaninyo, Kecamatan Kodi Bangedo, Sumba Barat Daya yang terbakar, Kamis 13 Januari 2022 sekitar pukul 15.00 wita.

Pagi itu, Jumat 14 Januari 2022 atau sehari setelah kejadian terbakarnya delapan rumah adat dalam  kampung itu, dipimpin tokoh masyarakat Kampung situs adat Parona Baroro, Bapa Paulus Uru Awa , para tokoh adat berkumpul bersama masyarakat korban kebakaran berdiri mengelilingi rumah terbakar.

Hadir juga Kepala Desa Waikaninyo, Alfonsus Elfianus R.Peka yang juga adalah warga asal kampung situs adat tersebut.

Gelar acara ritual adat ini bertujuan untuk mengusir atau mengeluarkan petir dalam kampung itu. Dengan demikian masyarakat dalam kampung kembali beraktifitas seperti biasa tanpa merasa takut.

Baca juga: Diduga Disambar Petir, Delapan Rumah Adat di Desa Waikaninyo Sumba Barat Daya Terbakar

Berdasarkan tradisi adat istiadat setempat, gelar acara tersebut dipimpin oleh tua adat (rato petir). Sebab dalam kampung itu terdiri 7 rumah adat dengan kuasa masing-masing. Kejadian seperti ini,  paling lama empat malam, harus sudah terlaksana ritual adat ini.

Seperti disaksikan POS-KUPANG.COM, Jumat 14 Januari 2022 pagi, dipimpin tokoh masyarakat  Bapa Paulus Uru Awa, para rato dan masyarakat kampung situs adat Parona Baroro berkumpul berjejer dipinggir rumah bekas terbakar dalam kampung situs adat Parona Baroro.

Kepada masyarakat yang berkumpul, Bapa Paulus Uru Awa menyampaikan, pagi ini, tua adat akan menggelar  ritual adat untuk mengusir atau mengeluarkan petir dalam kampung ini agar kita tinggal aman dan tidak merasa takut lagi. Dan bisa mempersiapkan untuk membangun kembali.

Baca juga: Gudang Senjata KKB Papua Ditemukan, Terungkap dari Gelagat Warga Berlarian Tinggalkan Rumah Adat

Setelah penyampaian itu, dua orang tua adat maju, berdiri dibagian dalam   bekas rumah adat terbakar. Sementara masyarakat lainnya tetap berdiri dipinggir rumah terbakar.

Salah seorang diantaranya memegang setangkai daun berwarna hijau dan sebuah baskom sedang berisi air dingin ditangan kirinya. Sedangkan seorang lainnya tidak membawa apa-apa.  Suasana nampak hening sebentar. 

Seorang tua adat yang tidak memegang apa-apa tadi,  mulai melantunkan syair adat dengan bahasa daerah khas Kodi.

Suasana semakin hikmad ketika tua adat yang sedang melantunkan syair adat saling bersahutan dengan pekikan khas Sumba dengan masyarakat yang berdiri disekeliling rumah terbakar yang mengikuti acara ritual adat tersebut.

Usai lantunan syair adat itu, tua adat yang memegang daun dan baskom berisi air berjalan keliling bekas rumah terbakar dengan memercikan air.

Satu persatu ia lakoni hingga rumah ke delapan atau rumah terakhir yang terbakar  milik Bapa Paulus Uru Awa.

Kepada wartawan sesaat setelah gelar ritual adat itu, tokoh adat  juga adalah tokoh masyarakat, Bapa Paulus Uru Awa mengatakan, acara ritual adat ini adalah untuk mengusir atau mengeluarkan petir dalam kampung ini.

Dengan demikian, masyarakat merasa aman dan bisa mempersiapkan untuk  membangun kembali rumah adatnya.

Tentu untuk  membangun sebuah rumah adat membutuhkan persiapan cukup besar dibandingkan membangun sebuah rumah pada umumnya. (*)

Baca Berita Sumba Barat Daya Lainnya

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved