Dewa Putu Sahadewa
Ciwaratri di Awal Tahun
kasih Ciwa mampu melebur karma buruk dan gelap mata hati manusia yang bertobat dan memujanya dengan seluruh jiwa
DI penghujung masa pandemi, walau secara resmi masih diperpanjang, kita memasuki tahun baru 1 Januari 2022 bertepatan dengan malam Ciwa, bulan mati ketujuh yang diyakini oleh umat Hindu sebagai malam Ciwaratri paling utama, malam paling gelap dari seluruh bulan mati/ Tilem.
Beberapa cerita Purana, baik dari India maupun Jawa Kuno memberikan tuntunan betapa mulianya jika sepanjang malam Ciwaratri ,manusia ,sekeruh apapun karma buruknya, jika dengan tekun dan tulus bakti melakukan Tapa , Bratha , Yoga dan Samadhi terkhusus memuja Ciwa maka akan memperoleh pencerahan, dibersihkan karmanya, diterangkan dari kegelapan.
Pesan ini dengan indah disajikan dalam kisah sang pemburu Lubhdaka yang secara tidak sengaja di bawah ancaman binatang buas, tidak tidur sepanjang malam dan memetik satu demi satu daun pohon bila dan mempersembahkan pada simbol Ciwa di kolam di bawah pohon tempatnya berlindung. Begitu banyak simbol dan pesan tersembunyi dalam kisah itu. Di mana kasih Ciwa mampu melebur karma buruk dan gelap mata hati manusia yang bertobat dan memujanya dengan seluruh jiwa.
Sedemikian dahsyat energi Tuhan dalam wujud Ciwa bahkan seluruh matahari di alam semesta ini adalah berasal dariNya, sehingga sering disebut sebagai Ciwa Raditya.
Lalu bagaimanakah manusia mencari terang dalam gelapnya diri, menyalakan lilin tanpa membakar diri?
Guru kehidupan dan kitab suci banyak mengajarkan dan menjanjikan jika kita mampu diam, hening, menyerahkan diri padaNya, atau menyatukan energi tubuh, hati dan jiwa dengan jiwa yang Maha Agung maka kita akan tercerahkan. Menerima diri dan menyadari diri sejati kita, keberadaan kita, dan tugas kita untuk menegakkan kebenaran, berbuat semaksimal mungkin, kemudian memasrahkan hasil perbuatan hanya padaNya maka kita telah menjadi sosok yang baru.
Dengan berdiri seimbang di tengah terpaan suka maupun duka, tidak terlalu bergembira jika memeroleh rejeki dan kenikmatan, tidak pula berduka untuk suatu kemalangan dan hantaman peristiwa buruk maka kita telah mencapai Jagadhita. Bahagia apapun yang terjadi di dunia ini. Bersyukur atas nasib baik dan buruk sebagai bagian dari perjalanan dan ujian hidup.
Bersyukur atas kesehatan, rejeki dan umur panjang tidak hanya diwujudkan dalam doa dan mantra pujian tapi mesti diejawantahkan dengan menyalurkan rejeki kita, tenaga kita, kepada yang lebih membutuhkan. Pelayanan tanpa henti , pengabdian tanpa pamrih demi nama besar sendiri, itu sangat utama.
Ciwa ada di dalam diri kita jika kita mampu menyayangi umat manusia yang lemah dan serba kekurangan. Jika kita mengatakan hal yang benar pada umat yang sedang tersesat. Jika kita berbuat baik bukan hanya untuk keluarga, masyarakat dan Tuhan, tapi terlebih berbuat baik pada diri kita sendiri.
Sungguh Ciwaratri di awal tahun 2022 ini seperti memberi teguran jelas agar manusia lepas dari kegelapan , bukan hanya dari kesakitan dan pandemi, dari mabuk pujian hingga lupa diri, dari ketidakmampuan dan kebodohan. Sungguh sederhana pula jalan yang diajarkan. Tekuni diri, hening dan kembali pada tuntunan Dharma. Sayangi diri, keluarga dan sesama.
Selamat tahun baru 2022
Selamat Ciwaratri 2022
*Penulis Anggota Sabha Walaka PHDI