Natal 2021
Natal di Gereja Rehobot Bakunase: Yang Kurang Diperhitungkan Manusia Justru Diperhatikan Allah
Kabar apakah yang orang harapkan di tengah-tengah kesesakan dan kesusahan. Tentu saja kabar baik, kabar sukacita, berita yang membawa harapan.
Daud ketika mengalahkan Goliat, ia sama sekali tidak diperhitungkan, bukan saja karena dia tidak ada pengalaman perang, tetapi juga badannya terlalu kecil bila dibandingkan dengan si raksasa Goliat dengan alat-alat perang lengkap.
Kemenangan Daud atas Goliat karena Daud mengandalkan Tuhan, dan bukan pada manusia dengan kekuasaannya atau alat-alat perang.
Itulah sebabnya Nabi Yesaya katakan dalam 9: 4-6 bahwa manusia (penguasa, yang disimbolkan dengan tongkat penindas) dan alat-alat perang justru tidak bisa diandalkan, hanya Kristus sang Anak itu (lihat ayat 6: Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putra telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai, Bayi Natal, yang kita rayakan inilah yang bisa diharapkan dan diandalkan, demikian menurut pakar Perjanjian Baru tamatan Universitas Heidelberg Jerman ini.
“Namun di sini Nabi Yesaya tidak hanya bicara tentang Mesias yang hanya berguna bagi Israel (sifat particular sang Mesias), tetapi juga dan ini yang terutama adalah sifat Universal dari sang Mesias.
Ungkapan bangsa-bangsa lain menurut tafsiran Utley menunjukkan sifat universal dari pelayanan kedatangan Mesias.

Memang kabar baik itu datang pertama melalui Zebulan dan Naftali, namun kemudian menyebar ke Galilea, bangsa-bangsa lain dan seluruh dunia.
Ketika Yes 9:2 menulis ungkapan “bangsa yang berjalan dalam kegelapan akan melihat terang yang besar" ini mempunyai makna penting bukan hanya bagi Zebulon dan Naftali atau bagi Israel, tetapi juga bagi kita pada masa kini.
Karena istilah terang dalam teks ini adalah metafora untuk kehadiran Tuhan Allah (YHWH, lih. Ul 33:2; Hab 3:3; Wahy 21:22-24).
Konteks kita yang masih bergumul dengan pandemi Covid-19 dan ancaman siklon tropis Seroja, maka kita membutuhkan kehadiran dan perlindungan Tuhan bagi kita.
Dalam konteks para penulis Perjanjian Baru ketika menafsirkan kembali nubuat para nabi terang adalah metafora dari Injil (band. Yes 42:6; 49:6; 51:4; 60:1,3) atau kabar baik untuk semua orang!
Selain itu, jika kita merayakan Natal, kita sebetulnya memberitakan terang Tuhan dan kabar baik di tengah-tengah keluarga kita, tetangga kita atau dengan siapa saja yang dapat kita temui, demikian akademisi UKAW dan mantan wartawan Pos Kupang pencetus rubrik berbahasa Kupang “Tapaleuk” ini.
"Karena jika kita dengan perilaku kita yang buruk, yang egois, yang masih membenci sesamanya, yang rayakan Natal dengan buat gaduh, membakar mercon untuk sengaja kagetkan orang dan atau membuat pawai knalpot motor yang meraung-raung mengganggu orang-orang tua yang butuh ketenangan, sebetulnya kita masih sedang merayakan Natal dalam kegelapan dan bukan dalam terang Tuhan. Marilah kita membawa sukacita dan damai, Amin."
Demikian Pendeta GMIT dan Akademisi Pascasarjana Teologi UKAW ini menutup khotbahnya.*
Sumber: Laporan Pdt. Dr. Mesakh A.P. Dethan, M.Th, MA