Berita Kota Kupang

Tips Sederhana Keluarga Maria Tiga Minggu Hadapi Covid-19

Coronavirus Disease atau Covid-19 yang menyerang hampir seluruh penduduk dunia termasuk Indonesia dan Kota Kupang, NTT

Penulis: Kanis Jehola | Editor: Kanis Jehola
ISTIMEWA/POS-KUPANG.COM
Maria Yosephina 

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Coronavirus Disease atau Covid-19 yang menyerang hampir seluruh penduduk dunia termasuk Indonesia dan Kota Kupang, NTT benar-benar sangat menakutkan.

Bukan tanpa alasan kalau virus yang berasal dari Wuhan China itu sangat ditakuti. Sebab nenurut data Satgas Covid-19 Kota Kupang, sejak pertama kali diumumkan  di Indonesia termasuk Kota Kupang Maret 2019 lalu, hingga hari Jumat, 17 Desember 2021 pukul 15.00 Wita, total kasus Covid-19 di Kota Kupang sebanyak 15.536 orang. Dari jumlah tersebut, yang sembuh sebanyak 15.169 orang, dan meninggal dunia sebanyak 386 orang.

Keluarga Maria Yosephina yang beranggotakan lima orang merupakan bagian dari 15.169 orang yang sembuh dari serangan Covid-19. Bagaimana Maria Yosephina dan keluarganya bergulat dengan virus ini selama tiga minggu, berikut penuturannya saat ditemui di kediamannya di Perumahan Lopo Indah Permai Kota Kupang, Sabtu, 18 Desember 2021.

Awal Juli 2021, kami mendapat kabar tetangga dekat rumah kami yang juga keluarga dekat kami divonis positif Covid-19. Kabar itu benar-benar mencemaskan kami. Selain karena dekat rumah, juga karena salah satu dari anak kami sangat dekat dengan keluarga ini. Bahkan saat sebelum divonis positif Covid-19, anak saya ini  sering merawat, memberi makan bagi keluarga ini.

Mengetahui tetangga divonis Covid-19, saya memanggil dan mengumpulkan anak-anak. Selain menginformasikan kalau tetangga yang juga keluarga dekat ini positif Covid-19, juga memberitahukan persiapan kami menghadapi Covid-19. Sebab bukan tidak mungkin, cepat atau lambat, keluarga kami juga pasti terkena virus Covid-19. Saya beritahukan kepada anak-anak bahwa kalau ada di antara kami yang paling pertama terkena Covid-19, jangan salahkan dia.  Juga jangan sampai ada yang stress. Harus tetap enjoy. Anggap saja itu virus biasa. Sama seperti batuk pilek biasa yang sudah sering terjadi dan dialami setiap tahun.

Saat memberitahukan itu kepada anak-anak kondisi kami sekeluarga masih sehat semuanya. Ternyata, apa yang saya duga ternyata benar. Sehari setelah itu, anak saya yang dekat dengan keluarga tetangga mulai batuk, pilek dan panas. Keesokan harinya gejala yang sama juga dialami oleh anak lainnya, sampai semua kami seisi rumah mengalami gejala yang sama.

Kami mencoba mengatasi sendiri dengan minum obat tapi tidak mempan.  Dua hari setelah itu anak saya dibawa ke klinik untuk periksa kesehatan. Dugaan awal jangan sampai demam berdarah dengue (DBD). Kebetulan sebelumnya juga anak saya punya riwayat terkena serangan DBD. Ternyata setelah periksa darah tidak ditemukan DBD.

Atas anjuran dokter, maka dilakukan swab antigen untuk mengecek apakah terkena virus Covid-19. Kebetulan saat itu virus Covid-19 lagi mewabah. Banyak orang terkena serangan virus ini. Bahkan banyak nyawa yang tidak bisa diselamatkan.

Ternyata benar. Hasil swab menunjukkan anak saya positif Covid-19. Muka anak saya pucat pasi. Takut. Tapi saya menguatkan dia agar tidak usah takut. Ada bapa dan mama. Dan saya menyampaikan kepadanya bahwa kita sudah berjanji, kalau terkena Covid jangan stress. Kita hadapi biasa saja sambil terus menjalankan prokes secara ketat dan teratur sesuai ketentuan.

Setelah diberi pemahaman, anak saya akhirnya tenang. Mukanya kembali normal. Sepertinya rasa stress yang tadinya menghantui pikirannya hilang. Beri pemahaman dan penghiburan kepadanya terus saya lakukan.

Setelah mendapat saran dari dokter, kami pulang dan mampir di Puskesmas Sikumana, puskesmas terdekat dari tempat tinggal kami. Kedatangan kami kesana untuk melaporkan perihal hasil swab antigen di klinik. Sampai di Puskesmas Sikumana, petugas puskesmas mengambil seluruh data kami, untuk penanganan selanjutnya.

Sehari setelah melapor di puskesmas, kami mendapat telepon dari petugas puskesmas pembantu ( Pustu) untuk penanganan selanjutnya. Saat itu petugas pustu menyampaikan bahwa kami semua wajib melakukan isolasi mandiri walaupun belum ada hasil pemeriksaan. Petugas juga menyampaikan saran yang harus kami lakukan selama melakukan isolasi mandiri. Dan tiga hari setelah itu kami sekeluarga diwajibkan melakukan swab PCR di puskesmas.

Sebelum melakukan tes swab PCR kami menjalankan isolasi mandiri dengan prokes yang ketat. Si anak yang positif Covid-19 isolasi mandiri di kamar sendiri. Sedangkan lainnya tetap taat prokes, memakai masker dan menjaga jarak di rumah. Setiap pagi dan sore kami sekeluarga melakukan terapi penguapan air. Selain itu, setiap pagi pukul 10.00-11.00 Wita kami juga wajib jemur di panas matahari. Selain itu kami rutin minum vitamin.

Tiga hari setelah anak saya menerima vonis positif Covid dari klinik, kami sekeluarga menjalani PCR di puskesmas. Meski hasil PCR itu baru diumumkan delapan hari kemudian, kami tetap menjalankan prokes ketat. Kami menjalani hidup di rumah kami seolah-olah kami sekeluarga sudah positif Covid semua. Mengikuti semua petunjuk bagaimana menjalankan isolasi mandiri yang baik, mengikuti prokes yang ditentukan. Namun tetap berpegang pada janji, tidak bleh stress, tetap enjoy, walaupun sakit.

 Tepat delapan hari kemudian, kami mendapat pemberitahuan kalau ternyata kami semua terkena virus Covid-19.  Reaksi kami saat mendapat pemberitahuan itu biasa-biasa saja, karena selama itu kami sudah menjalani kehidupan seolah-olah kami sudah positif Covid dan menjalani prokes sesuai ketentuan. Dan saat mendapat pemberitahuan hasil PCR itu, kondisi kami sudah baik.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved