Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Jumat 10 Desember 2021: Kehendak Allah
tidak berarti kita mengasingkan diri dan menjadi seorang pertapa di tengah padang atau di gua ular berbisa.
Orang lain yang hendak bergabung mesti mengikuti pikiran dan selera itu.
Padahal setiap orang memiliki konteks hidupnya masing-masing.
Pikirandan selera kita pasti sangat berbeda dengan pikiran dan selera orang lain.
Tuhan menghendaki adanya tenggang rasa. Peka dan peduli dengan hidup orang lain. Lebih terbuka terhadap kehendak Allah.
Gereja menyiapkan masa Adven selama empat minggu agar kita memiliki waktu yang panjang untuk “memasuki” diri kita sendiri.
Adven adalah saat untuk bersunyi diri.
Kita membangunj dialog dan komunikas lebih intens dengan dir kita sendiri.
Hal ini tidak berarti kita mengasingkan diri dan menjadi seorang pertapa di tengah padang atau di gua ular berbisa.
Tuhan tidak pernah menganjurkan aktivitas yang tidak waras itu.
Yohanes Pembabtis dan Tuhan Yesus tidak mengasingkan diri ketempat yang sepi.
Mereka tidak menjauhkan diri dari realitas hidup manusia.
Yohanes dan Yesus malah memilih menjadi bagian dari arus rutinitas hidup orang Yahudi. Hanya dengan “beradabersama” itulah karya kenabian menemukan ruang pemaknaannya.
Kita belajardariYohanesPembabtis. Diahidupsederhana. Menyatu dengan kekuatan dan kebijaksanaan alam.
Kesatuanua yang intim dengan tanah dan lingkungan membuat Yohanes tampil sebagai sosok nabi yang berani melawan kekuasaan manusia dan kejahatan dosa.
Yohanes tidak takut walau nyawa menjadi taruhan. Puasa dan mati raga adalah jalan untuk kembali menemukan Tuhan dalam diri.