Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Kamis 9 Desember 2021 : Kerinduan Sejati
Ia menegaskan bahwa Yohanes adalah sosok luar biasa, lebih dari sekadar nabi. Yohanes diutus Tuhan untuk mempersiapkan jalan bagi-Nya.
Setiap orang sesungguhnya memiliki nilai intrinsik yang sangat berharga, namun begitu mudah mengabaikan atau memandang rendah orang-orang lain. Kita cenderung membayangkan diri kita sendiri jauh lebih penting dan hebat ketimbang sesama yang lain.
Memang sah-sah saja bagi kita untuk dikenal seperti juga para selebriti tingkat kampung, lokal, regional, nasional dan internasional. Namun hal tersebut tidak berarti bahwa kita sungguh lebih baik dari orang-orang kebanyakan yang tinggal terpencil dan hidup sederhana di kampung-kampung tak bersinyal internet.
Inflasi psikologis yang semakin akut ini semakin diperkuat oleh lemahnya literasi digital sehingga ada kesan bahwa di luar saya adalah “sampah.” Bahkan orang berebutan menjadi tenar du dunia maya dengan menghina dan merendahkan sesamanya sendiri.
Yesus dalam Injil hari ini mengajak kita agar menerima Yohanes. Artinya, mendengarkan seruan pertobatan yang disampaikannya. Seruan pertobatan Yohanes yang kita terima mesti menggerakkan kita agar terus berjuang untuk mengubah diri menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari. Itulah esensi dasar dari seruab pertobatan dari padang gurun. Idealisme spiritual ini rasanya terlampau tinggi melampaui kerapuhan manusiawi kita.
Bertobat merupakan kata yang mudah diucapkan, tetapi sulit dilaksanakan. Sering kali dosa memberi kita kenyamanan, sehingga kita pun enggan meninggalkannya. Namun, kita selalu diingatkan bahwa dosa merusak kehidupan, merugikan orang lain, dan pada akhirnya juga mencelakakan keselamatan jiwa kita sendiri. Ketika hidup kita mengabaikan seruan pertobatan, ada jalan yang sangat terbuka menuju ke lembah kehancuran.
Marilah kita bersama-sama mendengarkanlah seruan Yohanes Pembabtis. Seruan pertobatan yang disampaikan Yohanes sangat relevan pada Masa Adven ini. Kita semua merindukan kehadiran Tuhan. Artinya, kerinduan itu sekaligus jawaban atas seruan Yohanes untuk bertobat.
Sebab “Bagaimana mungkin kita merindukan Tuhan, tetapi pada yang sama kita tidak mau bertobat?” Kita perlu masuk ke dalam ruang hati kita dan bilang padanya bahwa bertobat pada saat ini adalah kerinduan yang sejati.