Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Kamis 2 Desember 2021: Kehendak Allah
Yesus berkata, "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga" (Mat 7:21).
Bernyanyi boleh bagus. Bermain musik dan mengiringi lagu sungguh merdu nan indah sungguh baik.
Liturgi yang rapi dan mengarahkan hati sangatlah perlu. Seperti para malaikat dan orang kudus di surga yang senantiasa bernyanyi dan memuji "kudus, kudus, kuduslah Tuhan, ..."
Namun kalau hidup tak benar, tak sesuai kehendak Tuhan, maka apalah artinya?
Dus, melakukan "kehendak Allah" itu sesuatu yang mutlak. Ini syarat masuk ke dalam ke dalam Kerajaan Sorga.
Ungkapan "kehendak Allah" cukup sering muncul dalam Injil Matius.
Saat berdoa Bapa Kami, doa yang diajarkan Yesus, saya berucap, "Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga" (lih. Mat 6:10).
Yesus pun pernah bilang, "Yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku" (lih. Mat 12:50).
Apa makna konkret "kehendak Allah" itu yang semestinya saya wujudkan dalam hidup berbarengan dengan seruanku, "Tuhan, Tuhan?"
Tak gampang untuk menemukan jawaban yang konkret.
Yesus pun hanya menandaskan perkataan-Nya, "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu" (Mat 7:24).
Tapi saya teringat wejangan Yesus tentang Pengadilan Terakhir yang dicatat Matius (lih. Mat 25:31-46).
Saya kutip sepenggal penting, "... sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku ... sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku."
Kalau begitu, "melakukan kehendak Allah" berarti mengasihi Tuhan dalam sesama yang hina; mengasihi Tuhan dengan segenap hati, pikiran, perbuatan ... dalam diri sesama manusia yang paling hina.
Inilah puncak kehendak Allah yang dinyatakan melalui diri Yesus sendiri.
Sering terdengar ungkapan, "Ah cuma ngomong doang ... teori. Basi!" Ini biasanya diberikan kepada orang yang hanya pandai bicara, tapi enggan berbuat, melakukan.