Berita Sumba Timur
Sarung Penyembuh Luka Bongkar Praktik Kekerasan Terhadap Perempuan di Sumba
Terungkap Sarung Penyembuh Luka Bongkar Praktik Kekerasan Terhadap Perempuan di Pulau Sumba
Penulis: Ryan Nong | Editor: Kanis Jehola
Laporan Wartawan POS-KUPANG.COM, Ryan Nong
POS-KUPANG.COM, WAINGAPU -- Perempuan dengan penampilan renta melolong di atas panggung. Sarungnya hitam tampak koyak. Di bawah lampu temaran panggung, ia menilas kegetiran perempuan yang yang dilecehkan dan diperkosa laki laki.
"Dia memperkosa saya tidak peduli selangkangan saya berdarah, tidak peduli saya meronta merantau menolak, tidak peduli saya merintih saya kesakitan. Ia hanya peduli bagaimana menuntaskan nafsu birahinya," rintih perempuan renta itu.
Hening. Tidak ada suara di dalam ruangan yang dipenuhi mahasiswa dan para undangan itu. "Malam itu saya sudah mati, saya tidak punya apa apa," lanjut dia.
Ia menapaktilas kegetiran praktik penindasan atas perempuan. Hari hari kelam ia lalui setelah ia diperkosa atas nama perjodohan orang tua. Tanpa cinta.
Kekerasan dalam pemerkosaan yang ia alami hingga melahirkan anak pertama. Anak kedua hingga anak keempat.
Sarung yang ia kenalan selalu menjadi penanda. Kegetiran sekaligus harapan. Ketabahan hingga suaminya, Umbu Tadu pergi dari kehidupan mereka.
"Sarung ini memberikan saya semangat menasihati anak lagi laki saya supaya jangan melukai Permian. Juga anak perempuan saya harus berani melawan kekerasan," ujar perempuan rentah sambil memegang sarung hitamnya.
Monolog sarung penyembuh luka yang dipentaskan dalam Malam Budaya Konsultasi Nasional GMKI di Alua Pendeta Umbu Hapu Mbay, Waingapu, Sumba Timur, Sabtu 27 November 2021 malam itu menjadi benang merah gerakan dan semangat melawan kekerasan terhadap perempuan di tanah itu. (*)
Baca Berita Sumba Timur Lainnya