Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Sabtu 20 November 2021: Bangkit Setiap Hari
Kaum Saduki adalah kelompok bangsawan kaya dan memiliki kekuasaan. Termasuk menjadi imam kepala dan imam besar.
Renungan Harian Katolik Sabtu 20 November 2021: Bangkit Setiap Hari (Luk 20: 27-49)
Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD
POS-KUPANG.COM - Kaum Saduki adalah kelompok bangsawan kaya dan memiliki kekuasaan. Termasuk menjadi imam kepala dan imam besar.
Mereka menguasai mayoritas dari 70 kursi anggota majelis berkuasa yang disebut Sanhedrin.
Mereka menjaga perdamaian dengan mengakomodasi berbagai keputusan Kekaisaran Romawi.
Kala itu bangsa Yahudi berada di bawah penjajahan Roma.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 20 November 2021: Terarah ke Hidup Kekal
Kelompok ini lebih peduli dengan urusan politik ketimbang agama.
Punya relasi yang erat dengan penjajah Roma. Kelompok elite ini tidak berelasi baik dengan rakyat kecil.
Sebaliknya, rakyat kecil pun tidak menghargai mereka.
Meski kelompok Saduki memegang kursi mayoritas di Sanhedrin, sejarah menunjukkan bahwa dalam pengambilan kebijakan, mereka cenderung mengikuti pendapat golongan Farisi.
Alasannya, kelompok Farisi lebih diterima rakyat.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 17 November 2021: Pertanggungjawaban
Praktik keagamaan, orang Saduki lebih konservatif. Mereka hanya memegang Firman tertulis yang berasal dari Allah.
Mereka menjaga otoritas Firman Tuhan yang tertulis. Terutama Kitab Musa (Kitab Kejadian sampai Ulangan).
Mereka sangat bersandar pada diri sendiri sehingga menyangkal keterlibatan Allah dalam kehidupan sehari-hari.
Mereka menyangkal soal kebangkitan orang mati (Mat 22:23; Mrk 12:18-27; Kis 23:8).
Mereka menyangkal soal kehidupan kekal. Mereka meyakini bahwa setiap jiwa akan binasa setelah kematian.
Maka mereka menyangkal adanya hukuman atau upah setelah kehidupan di dunia ini.
Mereka menyangkal soal adanya dunia spiritual, termasuk keberadaan malaikat ataupun iblis (Kis 23:8).
Orang Saduki lebih peduli dengan politik dibandingkan agama. Mereka tidak peduli dengan keberadaan Yesus.
Kelompok Saduki baru mulai merasa terganggu ketika kehadiran Yesus menimbulkan keresahan bagi Roma.
Pada saat inilah orang Saduki dan orang Farisi bersatu dan bersekongkol menghukum mati Kristus (Yoh 11:48-50; Mrk 14:53; 15:1).
Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 15 November 2021: Name Calling
Kelompok Saduki musnah pada tahun 70 M saat Yerusalem dan Bait Suci dibinasakan Roma.
Yesus tahu bahwa Saduki tidak percaya pada kebangkitan orang mati.
Tapi mereka mengajukan pertanyaan tentang kebangkitan dengan bersandar pada hukum Levirat.
“Apabila orang-orang yang bersaudara tinggal bersama-sama dan seorang dari mereka mati dengan tidak meninggalkan anak laki-laki, maka janganlah istri orang yang mati itu kawin dengan orang di luar lingkungan keluarganya; saudara suaminya haruslah menghampiri dia dan mengambil dia menjadi istrinya dan dengan demikian melakukan kewajiban perkawinan ipar” (Ul 25:5).
Yesus justru memanfaatkan momen kemunafikan Saduki untuk mencerahkan kesadaran perihal kebangkitan.
Yesus menyebut Saduki sebagai “tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah” (Mrk 12:24).
Yesus mengutip teks Kitab Keluaran (3:6) untuk menyatakan bahwa Tuhan disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.
Dia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup (Luk 20: 37).
Bagi Yesus, kebangkitan memiliki makna: berseminya sebuah hidup yang baru. Hidup yang melampaui kehidupan di atas dunia ini.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 13 November 2021: Tekun
Orang Saduki tidak mengerti kuasa Allah yang mampu menghidupkan kembali orang mati.
Hidup setelah kematian lebih dari sekadar kelanjutan dari hidup yang fana.
Hidup setelah kematian bersifat mulia dan abadi seperti para malaikat di surga.
Allah memiliki kuasa untuk menghidupkan kembali orang mati dan mewujudkan cara hidup baru dalam persekutuan abadi bersama-Nya.
Yesus mengajarkan kebenaran agung dari iman-kepercayaan kita. Kebangkitan dari kematian.
Tuhan melawan cara pikir sesat kaum Saduki yang melihat kematian sebagai jalan kebinasaan.
Tuhan mencerahkan mereka bahwa kematian justru gerbang memasuki sebuah hidup baru.
Menjadi orang Kristiani berarti memiliki pengharapan pada kenyataan Ilahi yaitu kebangkitan setelah kematian.
Katekismus Gereja Katolik (KGK) menunjukkan bahwa pusat kehidupan kita adalah kebangkitan.
“Saksi Kristus berarti ‘saksi kebangkitan-Nya’ (Kis 1:22), ‘makan dan minum bersama dia setelah kebangkitan-Nya dari antara orang mati’ (Kis 10:41).
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 13 November 2021: Bapa Yang Peduli
Harapan akan kebangkitan Kristiani diwarnai seluruhnya oleh pertemuan-pertemuan dengan Kristus yang bangkit.
Kita akan bangkit seperti Dia, bersama Dia dan oleh Dia” (KGK, 995).
Kita mesti hidup sebagai orang yang memiliki harapan berdasar iman bahwa jiwa dan tubuh kita akan mengalami mukjizat yang menakjubkan.
“Pada saat kematian, di mana jiwa berpisah dari badan, tubuh manusia mengalami kehancuran, sedangkan jiwanya melangkah menuju Allah dan menunggu saat, di mana ia sekali kelak akan disatukan kembali dengan tubuhnya.
Dalam kemahakuasaan-Nya, Allah akan menganugerahkan kepada tubuh kita secara definitif kehidupan yang abadi, waktu Ia menyatukannya lagi dengan jiwa kita berkat kebangkitan Yesus” (KGK, 997).
Apakah kita mesti menunggu saat mati dulu baru bangkit?
Sesungguhnya, kita mengalami rahmat kebangkitan itu setiap saat. Hidup yang kita barui terus menerus dalam Roh adalah hidup dalam jalan kebangkitan.
Bangun dari kejatuhan dan keterpurukan karena kerapuhan melalui pertobatan sejati adalah kebangkitan.
“Kristus akan membangkitkan kita ‘pada hari kiamat’; tetapi di pihak lain kita telah bangkit bersama Kristus dalam arti tertentu.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 15 November 2021: Domine, ut Videam: Tuhan, supaya Aku Dapat Melihat
Oleh Roh Kudus, kehidupan Kristiani di dunia ini sudah merupakan keiikutsertaan pada kematian dan kebangkitan Kristus” (KGK, 1002).
Setiap hari baru adalah kemenangan atas kegelapan. Hadir harapan baru. Dia yang bangkit setia berjalan bersama kita hingga Kalvari.*
Teks Lengkap Bacaan Renungan Katolik 20 November 2021:

Bacaan I 1Mak 6:1-13
Karena segala kejahatan yang kuperbuat terhadap Yerusalem, maka aku sekarang mati dalam kepedihan yang besar
Dalam pada itu raja Antiokhus menjelajahi wilayah pegunungan. Didengarnya kabar bahwa Elimais, sebuah kota di negeri Persia, adalah termasyhur karena kekayaan perak dan emas dan lagi bahwa kuil di kota itu sangat kaya pula oleh karena di sana ada alat-alat perang emas, lemena serta senjata yang ditinggalkan Aleksander bin Filipus, raja Makedonia, yang mula-mula merajai orang-orang Yunani.
Maka datanglah ia ke sana dan berusaha merebut kota itu serta menjarahinya. Tetapi ia tidak berhasil oleh karena maksudnya ketahuan oleh penduduk kota itu.
Mereka memberikan perlawanan kepada raja, sehingga ia lari serta berangkat dari situ dengan sesal hati yang besar hendak kembali ke Babel.
Kemudian datanglah seseorang ke daerah Persia memberitahu raja bahwa bala tentaranya yang memasuki negeri Yudea sudah dipukul mundur dan khususnya bahwa Lisias yang maju perang dengan bala tentara yang kuat telah dipukul mundur oleh orang-orang Yahudi yang bertambah kuat karena senjata, pasukan dan banyak barang rampasan yang diperoleh mereka dengan diambil dari tentara yang telah mereka kalahkan.
Orang-orang Yahudi juga telah membongkar Kekejian yang telah ditegakkan raja di atas mezbah di Yerusalem. Bait Suci telah dipagari oleh mereka dengan tembok-tembok yang tinggi seperti dahulu dan demikianpun halnya dengan Bet-Zur, salah satu kota raja.
Mendengar berita itu maka tercenganglah raja dan sangat tergeraklah hatinya. Ia merebahkan diri di ranjang dan jatuh sakit karena sakit hati. Sebab semuanya tidak terjadi sebagaimana diinginkannya.
Berhari-hari raja berbaring di ranjangnya sedang terus-menerus dihinggapi kemurungan besar. Ketika merasa akan meninggal dipanggilnya semua sahabatnya lalu dikatakannya kepada mereka: “Tidur sudah lenyap dari mataku dan hatiku hancur karena kemasygulan.
Maka dalam hati aku berkata: Kepada keimpitan dan kemalangan manakah aku sampai sekarang ini? Aku ini yang murah hati dan tercinta dalam kekuasaanku!
Tetapi teringatlah aku sekarang kepada segala kejahatan yang telah kuperbuat kepada Yerusalem dengan mengambil perkakas perak dan emas yang ada di kota itu dan dengan menyuruh bahwa penduduk Yehuda harus ditumpas dengan sewenang-wenang.
Aku sudah menjadi insaf bahwa oleh karena semuanya itulah maka aku didatangi malapetaka ini. Sungguh aku jatuh binasa dengan sangat sedih hati di negeri yang asing.”
Demikianlah sabda Tuhan,
Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan Mzm 9:2-3.4.6.16b.19
Refr.: Ya Tuhan, aku bergembira atas kemenangan-Mu.
1. Aku mau bersukacita dan bersukaria karena Engkau, bermazmur bagi nama-Mu, ya Mahatinggi, sebab musuhku mundur, tersandung jatuh dan binasa di hadapan-Mu.
2. Sebab Engkau membela perkaraku dan hakku, sebagai Hakim yang adil Engkau duduk di atas takhta, musuh telah habis binasa, menjadi timbunan puing senantiasa: kota-kota telah Kauruntuhkan; lenyaplah ingatan kepadanya.
3. TUHAN telah memperkenalkan diri-Nya, Ia menjalankan penghakiman; orang fasik terjerat dalam perbuatan tangannya sendiri. Higayon.
4. Bangkitlah, TUHAN, janganlah manusia merajalela; biarlah bangsa-bangsa dihakimi di hadapan-Mu!
Bait Pengantar Injil 2Tim 1:10b
Refr.: Alleluya, Alleluya
Juruselamat kita Yesus Kristus telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa.
Bacaan Injil Luk 20:27-40
Allah bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup
Maka datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang tidak mengakui adanya kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya:
“Guru, Musa menuliskan perintah ini untuk kita: Jika seorang, yang mempunyai saudara laki-laki, mati sedang isterinya masih ada, tetapi ia tidak meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu.
Adalah tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin dengan seorang perempuan lalu mati dengan tidak meninggalkan anak.
Lalu perempuan itu dikawini oleh yang kedua, dan oleh yang ketiga dan demikianlah berturut-turut oleh ketujuh saudara itu, mereka semuanya mati dengan tidak meninggalkan anak.
Akhirnya perempuan itupun mati.
Bagaimana sekarang dengan perempuan itu, siapakah di antara orang-orang itu yang menjadi suaminya pada hari kebangkitan? Sebab ketujuhnya telah beristerikan dia.”
Jawab Yesus kepada mereka: “Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan, tetapi mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan.
Sebab mereka tidak dapat mati lagi; mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan.
Tentang bangkitnya orang-orang mati, Musa telah memberitahukannya dalam nas tentang semak duri, di mana Tuhan disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.
Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup.”
Mendengar itu beberapa ahli Taurat berkata: “Guru, jawab-Mu itu tepat sekali.”
Sebab mereka tidak berani lagi menanyakan apa-apa kepada Yesus.
Demikianlah Sabda Tuhan
Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik lainnya