Pengungsi Afghanistan Lapor Pegawai Rudenim Kupang ke Pimpinan Diduga Lakukan Aksi Tak Terpuji
Sejumlah pengungsi perempuan dan laki-laki asal Afghanistan melaporkan Ronald S, staf keamanan Rudenim Kupang kepada atasannya.
Penulis: OMDSMY Novemy Leo | Editor: OMDSMY Novemy Leo
POSKUPANG.COM, KUPANG - Sejumlah pengungsi perempuan dan laki-laki asal Afghanistan melaporkan Ronald S, staf keamanan Rudenim Kupang kepada atasannya. Ronald diduga mengacungkan tangan ana simbil makian kepada pengungsi yang melaukana aksi di depan kantor DPRD NTT, Kamis (18/11/2021) siang.
Informasi yang dihimpun Pos Kupang dari pengungsi diantaranya Farzana, Kubra, Khalik, Hadi dan Abbas, menyebutkan, Kamis (18/11/2021) jam 10.00 Wita saat mereka sedang melakukan aksi damai depan Kantor DPRD NTT, pegawai Rudenim, Ronald datang kesana dan mengancungkan tangan simbol makian kepada mereka.
Saat itu Ronald melitas dengan mobil, duduk di sebelah kiri bagian depan mobil, disebelahnya ada supir. Kaca depan mobil terbuka dan dari dalam mobim Ronald merekam aksi pengungsi dengan menggunakan handphonenya.
Ronald memegang HP dengan tangan kiri dan tangan kanannya yang semula berada di bawah lalu diangat dan diacungkan membentuk simbol makian dan kemudian diarahkan ke pengungsi yang sedang melakukan aksi damai. Aksi Ronald dilihat oleh sebagian besar pengungsi perempuan dan laki-laki disana.

Kubra lalu mendatangi Ronald dan sambil merekam Kubra minta Ronlas mengklarifikasikan tindakan tersebut. Namun Ronald mengatakan tidak melakukannya.Seorang perempuan pegawai rudemin yang berdiri di sebelah Ronald menepis handphone Kubra.
Atas aksi Ronalad tersebut, para epngungsi memutuskan bersama-sama ke Kantor Rudenim Kupang untuk melaporkan tindakan Ronald kepada pimpinannya. Mereka kesana sambil membawa anak-anak mereka yang masih berusia 3 bulan hingga 10 tahun.
Tiba disana hamper jam 13.00 Wita mereka masuk ke halaman kantor dan minta bertemu dengan Kepala Rudenim, Heksa Heksa Asyik Soepriadi dan Kepala Seksi Keamanan dan Ketertiban, Melsy Fanggi. Namun pegawai disana mengatakan keduanya tidak berada di tempat. Para pengungsi lalu menunggu disana sambil meneriakan yel-yel 'Imigrasi Tanggung Jawab'.
Sekitar jam 13.10 Wita, Kasubsi Keamanan, Melky Kristian Ballo menemui pengungsi dan mengatakan bahwa kepala rudenim masih beribadah. Beberap sat kemudian Melky minta 3 perwakilan pengungsi masuk untuk berdialog dengan Heksa. Namun mereka tidak bersedia, mereka minta kepada rudenim menemui mereka dan membawa Ronald untuk meminta maaf.
“Dia yang sudah melakukan bodoh, dia datang minta maaf dengan semua dan tidak boleh lakukan hal itu lagi. Kita minta imigasi bantu kami,” kata Hadi diaminkan pengungsi lain.
Kubra dan Farzana menilai aksi Ronald itu tidak pantas dilakukan kepada mereka yang adalah perempuan. Apalagi Ronald adalag pegawai Rudenim yang adalah juga pegawai Kementerian Hukum dan HAM.
“Dia melukai semua, bukan 1, 2 atau 3 orang. Dia maki semau dan kita punya hati semua sudah meluka (luka). Berarti Dia minta maaf harus kesini, kalau saya kesana mereka mau selesai tapi kalau untuk saya selesai tapi untuk saya punya teman belum selesai berati mereka harus omong dengan semua disini,” kata Kubra.
Melsy yang baru tiba di kantor Rudenim menemui pengungsi menanyakan persoalannya dan Kubra menjelaskannya.
“Kenapa dia buat begitu kenapa dia lukai hati, kenapa dia maki kita. Dia untuk awasi kita bukan untuk hancur kita, kita semua sedih. Dia berada dibawah Kemeneteria hukjm dan HAN, dia harus buat begitu dengan kita?” Tanya Kubra.

Melsy minta 3 perwakilan menemui pimpinan agar masalah ini cepat diselesaikan. Setelah berembuk, pengungsi mengutus tiga pewakilan yakni Kubra, Hadi dan Abbas menemui Heksa. Saat masuk, Melsy tak ijinkan wartawan ikut masuk dan meliput.
“Kaka tunggu ee, kaka disidi saja ee,” katanya. Namun wartawan akhirnya masuk setelah menelepon Heksa.