Berita Flores Timur
Guru Pencabul Murid di Flotim Sempat Bantah, Aksi Cabulnya itu Atas Nama Cinta, Suka Sama Suka
SW, guru SMKN 1 Larantuka, Watowiti, Kabupaten Flores Timur (Flotim) yang mencabuli muridnya saat ini sudah mendekam di sel Mapolres Flotim
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Amar Ola Keda
POS-KUPANG.COM, LARANTUKA- SW, guru SMKN 1 Larantuka, Watowiti, Kabupaten Flores Timur (Flotim) yang mencabuli muridnya saat ini sudah mendekam di sel Mapolres Flotim.
Aksi cabul guru muda ini tergolong sadis. Pasalnya, korbannya yang masih anak bawah umur ini sampai mengalami pendarahan hebat dan dilarikan ke rumah sakit.
Meski aksi bejatnya sudah diketahui pihak sekolah atas pengakuan korban, namun SW sempat membantah jika ia disebut melakukan pemerkosaan. Ia malah mengatakan kalau aksinya itu atas dasar cinta, suka sama suka.
"Menurut guru (pelaku), mereka lakukan karena cinta, suka sama suka. Tapi saya tidak terima alasan dia. Karena menurut saya, apa yang dilakukan oleh seorang guru terhadap anak didiknya itu, salah. Guru harus melihat siswa sebagai anak. Orangtua menitipkan anaknya di sekolah, maka di sekolah, guru harus sebagai orangtua dan siswa adalah anak. Anak harus dilindungi," ujar kepala sekolah SMKN 1 Larantuka, Fransiskus Didu Bas Fernandez kepada wartawan, Senin 15 November 2021.
Baca juga: Guru Pencabul Murid di Flores Timur Dikeluarkan dari Sekolah
Ia mengaku pihaknya sudah mengambil kebijakan keras mengeluarkan SW dari sekolah.
"Karena dia (SW) statusnya guru honor, maka kewenangannya ada pada kepala sekolah dan komite sekolah. Dan, saat itu juga dia diberhentikan. Surat pemberhentiannya sejak tanggal 1 November," katanya.
Ia mengatakan, informasi soal aksi cabul okunum guru itu diperolehnya dari masyarakat, dua minggu setelah kejadian. Setelah mendapat informasi itu, ia kemudian melakukan investigasi dan memanggil korban. Kepadanya, korban menceritakan jujur dari awal hingga ia mengalami perlakuan tak senonoh dari sang guru.
Untuk mengkonfirmasi pengakuan korban, ia kemudian memanggil sang guru, SW ke ruangannya. SW pun tak berkelit. Ia mengakui semua perbuatannya. Namun, SW sempat membantah kalau aksinya itu atas dasar suka sama suka.
Demi menjaga psikologi korban agar tetap menjalankan aktivitas di sekolah, melalui rapat dewan guru, ia mengaku sudah menginstruksikan semua guru agar siswi (korban) harus didampingi sungguh melalui pendampingan khusus guru bimbingan konseling (BK), maupun guru wali.
"Saya melihat dia punya keinginan untuk tetap sekolah. Sehingga saya sudah tegaskan, anak ini harus dijaga khusus, agar ia bisa bangkit. Beri dia penguatan dan motivasi sampai dia benar-benar kembali percaya diri," tegasnya.
Ia mengatakan, selain menjaga psikologi korban melalui pendampingan guru BK, pihak sekolah juga telah memberi himbauan kepada semua siswa melalui guru wali untuk mencegah bullying di sekolah.
"Secara kasat mata saya lihat dia (korban) sudah mulai membaik, apalagi dua pekan ini dia sudah ikut pelajaran di sekolah. Tapi saya yakin psikologisnya masih terganggu. Kepada semua guru wali, saya sudah tegaskan agar beri imbauan ke siswa-siswa lain agar tidak boleh ada bullying. Kita sungguh-sungguh menjaga, karena anak ini adalah korban. Kalau korban, perlu kita dilindungi," pungkasnya. (*)
Baca Berita Flores Timur Lainnya