Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Rabu 10 November 2021: Tetaplah Bersyukur
Orang Yahudi memandang kusta dan penyakit lain sebagai kutukan dari Tuhan. Mereka tersingkir bahkan disingkirkan dari keluarga dan komunitas sosial.
Renungan Harian Katolik Rabu 10 November 2021: Tetaplah Bersyukur (Luk 17: 11-19)
Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD
POS-KUPANG.COM - “Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah sembuh? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain orang asing ini?” (Luk 17:17).
Orang Yahudi memandang kusta dan penyakit lain sebagai kutukan dari Tuhan. Mereka tersingkir bahkan disingkirkan dari keluarga dan komunitas sosial.
Orang-orang yang lahir dalam kondisi sangat tidak diharapkan justru menerima hukuman sosial baru yang dibangun atas nama agama yang kiblatnya adalah keselamatan.
Maka kita paham ketika orang-orang kusta itu hanya mampu berteriak meminta penyembuhan kepada Yesus dari jauh.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 10 November 2021: Merintih kepada Tuhan
Kesepuluh orang kusta itu disembuhkan. Namun hanya hanya ada satu orang asing yang kembali kepada Tuhan yang telah menyembuhkannya.
Ia memuliakan Allah dengan suara nyaring lalu tersungkur di depan kaki Yesus sambil mengucap syukur kepada-Nya (Luk 17:15-16).
Satu orang ini kembali sambil memuliakan Allah tanpa rasa malu sedikit pun.
Ia menyadari bahwa kesembuhan yang ia terima merupakan kekuatan Ilahi.
Fakta lebih menakjubkan adalah dia orang asing yang dianggap kafir dalam kamus agama Yahudi.
Di mata Tuhan, orang ini tidak sekadar sembuh secara fisik, tapi ia telah mengalami kesembuhan yang lebih mendalam di dalam hatinya (Luk 17:19).
Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 8 November 2021: Salibkan Egoisme
Satu orang ini menunjukkan satu sikap hakiki dari orang yang tahu bersyukur karena menerima dan mengalami keselamatan dari Allah.
Orang ini memiliki kesadaran yang bersumber dari iman bersyukur atas kekuatan Ilahi yang berada di luar kuasa dirinya.
Kata-kata Yesus sebagaimana dikutip pada awal tulisan ini merepresentasikan rasa syukur yang mestinya bersemi dalam hati setiap orang beriman.
Iman mesti terungkap dalam rasa syukur. Bukti bahwa kita rendah hati dan mengakui keterbatasan kita di hadapan kemahakuasaan Allah.
Orang yang tahu bersyukur menyadari bahwa yang utama dalam hidup bukan apa yang kita lakukan bagi Allah, melainkan apa yang dilakukan Allah.
Kesadaran alamiah ini akan menjadikan kita orang yang hidup dalam alur kenikmatan sukacita dan rasa syukur utuh.
Tuhan sejujurnya tidak membutuhkan ucapan syukur dari sembilan orang kusta.
Tuhan mungkin saja hanya ingatkan pendengar agar menjalani hidup ini dengan kesadaran setia bersyukur.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 5 November 2021: Dusta Putih
Orang yang tidak tahu bersyukur adalah pecundang.
Mukjizat yang dialami tidak sekadar kesembuhan fisik, tapi kesembuhan hati dari luka karena tidak tahu bersyukur atas rahmat yang diterima.
Orang yang tidak tahu bersyukur tidak memperoleh tempat pantas dalam proses penyembuhan lebih besar dan mendalam yaitu kedamaian hati dan sukacita yang sejati.
Rasa syukur adalah karunia Tuhan yang istimewa. Ia menolong kita sadari karya Tuhan dalam hidup ini, entah baik maupun buruk.
Kita mengucap syukur bukan hanya karena kita memiliki kehidupan yang selalu baik.
Tapi justru rasa syukurlah yang membuat hidup kita bahagia dan lebih baik, meski mengalami situasi yang tidak kita inginkan.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 4 November 2021: Allah Peduli
Rasa syukur menambah kekuatan rohani yang menyanggupkan kita menjalani hidup lebih baik, meretas relasi lebih “sempurna” dengan Tuhan dan sesama, selalu berpikir positif dan bahagia.
Rasa syukur mungkin tidak instan mengubah keadaan yang sulit menjadi baik.
Tapi rasa syukur akan menghadirkan damai sejahtera dalam hati.
Rasa syukur adalah tanda kita beriman kepada Tuhan.
Maka “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” (1 Tes 5:18). *
Teks Lengkap Bacaan Renungan Katolik 10 November 2021:

Bacaan Pertama: Kebijaksanaan 6:1-1
Dengarkanlah, hai para raja, dan pelajarilah kebijaksanaan
Hai para raja yang memerintah orang banyak dan bermegah karena banyaknya rakyatmu, condongkanlah telingamu.
Sebab dari Tuhanlah kamu diberi kekuasaan dan pemerintahan datang dari Yang Mahatinggi, yang akan memeriksa segala pekerjaanmu serta menyelami rencanamu, oleh karena kamu yang hanya menjadi abdi dari kerajaan-Nya tidak memerintah dengan tepat, tidak pula menepati hukum, atau berlaku menurut kehendak Allah.
Dengan dahsyat dan cepat Ia akan mendatangi kamu, sebab pengadilan yang tak terelakkan menimpa para pembesar.
Memang yang bawahan saja dapat dimaafkan karena belas kasihan, tetapi yang berkuasa akan disiksa dengan berat.
Sang Kuasa atas segala-galanya tidak akan mundur terhadap siapapun, dan kebesaran orang tidak dihiraukan-Nya.
Sebab yang kecil dan yang besar dijadikan oleh-Nya, dan semua dipelihara oleh-Nya dengan cara yang sama.
Tetapi terhadap yang berkuasa akan diadakan pemeriksaan keras. Jadi perkataanku ini tertuju kepada kamu, hai pembesar, agar kamu belajar kebijaksanaan dan jangan sampai terjatuh.
Sebab mereka yang secara suci memelihara yang suci akan disucikan pula, dan yang dalam hal itu terpelajar akan mendapat pembelaan. Jadi, hendaklah menginginkan serta merindukan perkataanku, maka kamu akan dididik.
Demikianlah Sabda Tuhan
Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan: 82:3-4.6-7 R:8a
Refr.: Bangunlah, ya Allah, hakimilah bumi.
1. Berilah keadilan kepada orang lemah dan kepada anak yatim, belalah hak orang sengsara dan orang yang kekurangan! Luputkanlah orang lemah dan miskin, lepaskanlah mereka dari tangan orang fasik.
2. Aku sendiri telah berfirman, Kamu adalah allah, kamu sekalian adalah anak-anak Yang Mahatinggi. Namun kamu akan mati seperti manusia, dan seperti salah seorang
Bait Pengantar Injil: 1 Tesalonika 5:1
Refr.: Alleluya, alleluya
Hendaklah kalian mengucap syukur dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah bagi kalian di dalam Kristus Yesus.
Bacaan Injil: Lukas 17:11-19
Tidak adakah yang kembali untuk memuliakan Allah selain orang asing itu?
Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem, Yesus menyusur perkotaan Samaria dan Galilea.
Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia.
Mereka tinggal berdiri agak jauh dan berteriak, “Yesus, Guru, kasihanilah kami!”
Yesus lalu memandang mereka dan berkata, “Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam.”
Dan sementara dalam perjalanan mereka menjadi tahir.
Seorang di antara mereka ketika melihat bahwa dirinya telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki yesus dan mengucap syukur kepada-Nya.
Orang itu seorang Samaria. Lalu Yesus berkata, “Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir?
Di manakah yang sembilan orang tadi? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain orang asing ini?”
Lalu Ia berkata kepada orang itu, “Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan dikau.”
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.