Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Rabu 10 November 2021: Merintih kepada Tuhan
Seorang lelaki muda terkapar karena sakit berat. Tampaknya ia sungguh tak berdaya. Setiap kali ia mengerang kesakitan.
Renungan Harian Katolik Rabu 10 November 2021: Merintih kepada Tuhan (Lukas 17:11-19)
Oleh: RD. Fransiskus Aliandu
POS-KUPANG.COM - Seorang lelaki muda terkapar karena sakit berat. Tampaknya ia sungguh tak berdaya. Setiap kali ia mengerang kesakitan.
Sesekali ia berseru dengan suara lirih, "Yesus e ... tolong saya; kasihanilah anakmu ini!"
Pemandangan seperti ini sangat sering terjadi. Tak hanya di rumah sakit atau poliklinik.
Di rumah-rumah di mana ada anggota keluarga yang sakit, Cukup sering terdengar rintihan anggota keluarga yang mengerang lirih.
Dalam ketakberdayaan menahan derita, orang hanya bisa mengerang dan berseru memohon pertolongan kepada Tuhan yang diimaninya.
Sejak kecil di kampung Flores Timur, orang sudah terbiasa berdoa "Hendak Berlindung ya Santa Bunda Allah; kami datang berlari kepadamu ... dalam kesusahan kami; hanya luputkanlah kami selalu dari segala mara bahaya ...".
Doa ini sepertinya sudah mendarah daging. Spontan meluncur keluar dari mulut terlebih saat dalam kesusahan, tertimpa bahaya dan malapetaka.
Dengan begitu, kita tentu tak terlalu asing dengan kisah 'Kesepuluh Orang Kusta' seperti diceritakan penginjil Lukas.
Mereka menderita sakit kusta yang membuat mereka tersingkir dari kebersamaan dengan orang lain. Terisolir dan dijijiki. Siapa bisa tahan?
Rupanya penderitaan itu sudah berlangsung lama. Maka ketika tahu Yesus memasuki desa, serta merta mereka mendatangi-Nya dan serentak berteriak, "Yesus, Guru, kasihanilah kami!" (Luk 17:13).
Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 8 November 2021: Salibkan Egoisme
Dalam kitab-kitab Injil, hanya beberapa kali Yesus disapa dengan nama-Nya. Dua kali oleh orang yang kerasukan, sekali oleh orang buta di Yerikho, sekali oleh penyamun di salib, dan sekali oleh sepuluh orang kusta ini.
Bisa dilihat, semua orang yang menyapa Yesus dengan nama-Nya itu, mengalami penderitaan. Dalam penderitaannya, mereka menyapa Yesus secara pribadi. Mereka menyapa Yesus sebagai seseorang yang dekat, sahabat.
Mereka melihat Yesus sebagai sahabat satu-satunya yang bisa mereka gantungkan harapan akan pertolongan. Dalam diri Yesus, mereka mencari kelepasan dari penderitaan mereka.