Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Rabu 10 November 2021: Tetaplah Bersyukur
Orang Yahudi memandang kusta dan penyakit lain sebagai kutukan dari Tuhan. Mereka tersingkir bahkan disingkirkan dari keluarga dan komunitas sosial.
Iman mesti terungkap dalam rasa syukur. Bukti bahwa kita rendah hati dan mengakui keterbatasan kita di hadapan kemahakuasaan Allah.
Orang yang tahu bersyukur menyadari bahwa yang utama dalam hidup bukan apa yang kita lakukan bagi Allah, melainkan apa yang dilakukan Allah.
Kesadaran alamiah ini akan menjadikan kita orang yang hidup dalam alur kenikmatan sukacita dan rasa syukur utuh.
Tuhan sejujurnya tidak membutuhkan ucapan syukur dari sembilan orang kusta.
Tuhan mungkin saja hanya ingatkan pendengar agar menjalani hidup ini dengan kesadaran setia bersyukur.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 5 November 2021: Dusta Putih
Orang yang tidak tahu bersyukur adalah pecundang.
Mukjizat yang dialami tidak sekadar kesembuhan fisik, tapi kesembuhan hati dari luka karena tidak tahu bersyukur atas rahmat yang diterima.
Orang yang tidak tahu bersyukur tidak memperoleh tempat pantas dalam proses penyembuhan lebih besar dan mendalam yaitu kedamaian hati dan sukacita yang sejati.
Rasa syukur adalah karunia Tuhan yang istimewa. Ia menolong kita sadari karya Tuhan dalam hidup ini, entah baik maupun buruk.
Kita mengucap syukur bukan hanya karena kita memiliki kehidupan yang selalu baik.
Tapi justru rasa syukurlah yang membuat hidup kita bahagia dan lebih baik, meski mengalami situasi yang tidak kita inginkan.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 4 November 2021: Allah Peduli
Rasa syukur menambah kekuatan rohani yang menyanggupkan kita menjalani hidup lebih baik, meretas relasi lebih “sempurna” dengan Tuhan dan sesama, selalu berpikir positif dan bahagia.
Rasa syukur mungkin tidak instan mengubah keadaan yang sulit menjadi baik.
Tapi rasa syukur akan menghadirkan damai sejahtera dalam hati.
Rasa syukur adalah tanda kita beriman kepada Tuhan.