Berita Ende
Gagasan Domi dan Erik Kandidat wakil Bupati Soal Banjir di Kota Ende
Ini Gagasan Domi Mere dan Erik Rade Keduanya Kandidat Wakil Bupati Soal Banjir di Kota Ende
Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Kanis Jehola
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Oris Goti
POS-KUPANG.COM, ENDE - Penajaman Visi Misi Marsel-Djafar (MJ) dalam rangka pemilihan Wakil Bupati Kabupaten Ende, berlangsung di ruang sidang DPRD Kabupaten Ende, Kamis 10 November 2021.
Salah satu isu penting dan aktual yang mencuat, yang diangkat oleh panelis, yakni soal banjir di Kota Ende, yang hingga kini belum teratasi secara baik.
Lantas bagaimana gagasan dua kandidat wakil Bupati Ende, Domi Mere dan Erik Rede terkait masalah banjir di Kota Ende?
1. Erik Rede, kandidat nomor urut 1
Merespon Panelis, Erik Rede menyebut, soal banjir sangat konteksual sebab terjadi, dialami dan dampaknya dirasakan oleh masyarakat di Kota Ende dalam beberapa terakhir ini.
"Persoalan banjir ini tentu fenomena alam yang probabilistik. Intensitas hujan yang cukup tinggi dengan durasi waktu yang panjang, lalu kesadaran masyarakat kita masih rendah," ujar Erik.
Baca juga: Calon Wakil Bupati Ende Tanpa Visi Misi Baru
Sehubungan dengan itu, Erik juga menyentil soal sampah. Kata dia, banyak masyarakat yang masih nakal, yakni buang sampah sembarangan.
"Paling pertama saya ingin membangun kesadaran masyarakat bagaimana mengelola sampah mulai dari rumah tangga. Saya ingin memastikan bahwa masalah sampah ini adalah masalahnya saya, masalahnya kita dan masalahnya anda," kata Erik.
Menurut Erik, soal banjir yang seringkali melanda Kota Ende, salah satu faktornya, yakni sistem drainase yang belum bagus. Hal itu menyebabkan air lebih mengalir di jalan bukan di drainase.
"Kalau saya lihat air itu tidak masuk ke got, tidak ke badan jalan, tetapi masuk ke badan jalan. Kenapa, karena badan jalannya di bawah, gotnya di atas," kata Erik.
Jika dipercayakan menjadi Wakil Bupati Ende, Erik mengatakan, dia akan berkoordinasi dengan baik dengan berbagai instansi terkait dan DPRD untuk alokasi anggaran guna atasi masalah banjir.
Menurutnya perlu dilakukan perencanaan dan evaluasi secara cermat. Juga perlu ada pemugaran drainase diganti dengan sistem drainase yang lebih representatif.
2. Domi Mere kandidat nomor urut 2
Sementara itu, Domi Mere mengatakan, perlu refleksi dan melihat kembali aturan rencana tata ruang wilayah sesuai dengan Perda Nomor II Tahun 2011 dan Perda Nomor 10 Tahun 2017 tentang rencana detail tata ruang perkotaan Ende dan peraturan zonasinya.
"Dan ada Perda Nomor 1, kebetulan waktu itu masih di Bappeda. Itu sudah dirumuskan secara baik. Namun, demikian, seringkali pada saat kita menyusun perencanaan pembangunan di kota khususnya seakan - akan, kita tidak punya dokumen sebelumnya, jadi ini menjadi bahan refleksi untuk kita, cobalah dilihat kembali," kata Domi Mere.
Selanjutnya, Domi Mere menguraikan, pembangunan di Kota Ende belum sepenuhnya berwawasan lingkungan, demikian juga pola hidup masyarakat.
Domi mengatakan, banyak sampah yang dibuang ke selokan atau drainase, sehingga menyebabkan terjadinya penyempitan dan penumpukan.
Menurutnya, bukan hanya, rencana tata ruang wilayah yang sudah dihasilkan. Dinas PUPR Kabupaten Ende, juga telah menghasilkan masterplan drainase.
"Sebetulnya sudah dibuat tinggal dirumuskan secara detail dalam grand desain," tegasnya.
Lanjut Domi, problem banjir perlu dilihat secara komprehensif, dari hulu hingga hilir. Daerah hulu, kata Domi Mere, perlu dilakukan reboisasi atau penghijauan.
Domi Mere menguraikan, jangan sampai Kota Ende dipenuhi dengan beton. Hal itu akan bisa menyebabkan wilayah - wilayah tertentu di Kota Ende akan tinggal kenangan, akibat banjir.
Menurutnya, pembenahan dan pemeliharaan drainase di Kota Ende perlu dilakukan.
Tidak hanya itu, perlu ada resapan air (biopori) baik di rumah warga maupun perkantoran. "Minimal kita minimalisir buangan air dari rumah, perkantoran ke drainase," ujar Domi Mere.
Dia katakan, saluran drainase di Kota Ende belum memenuhi syarat. Menurutnya, drainase di Kota Ende ada yang sistem tertutup dan ada yang sistem terbuka dan masing - masing punya kelebihan dan kelemahan.
"Saya kira ini menjadi PR untuk teman - teman di PUPR untuk sekali lagi melihat dokumen - dokumen. Jika dipercayakan, kita kolaborasi, atasi masalah banjir," ungkapnya.
Domi menegaskan, tidak ada kata untuk istirahat, tidak ada kata SKPD bingung apa yang mau dikerjakan.
"Saya pastikan koordinasi akan berjalan dengan baik dan sekecil apapun Aparatur, dia harus memberi kontribusi pada penyelesaian persoalan, tidak hanya soal sampah dan banjir tapi juga soal lainnya," ungkapnya. (*)