Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Kamis 4 November 2021: Sukacita Bersama Sesama

Penginjil Lukas melukiskan situasi yang lazim dalam kehidupan Yesus: Ia dikelilingi para pemungut cukai dan orang-orang berdosa

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
RD. Fransiskus Aliandu 

Katakanlah sebagai misal, apakah bertelutku di depan tabernakel itu kulakukan dalam diam untuk membiarkan Yesus berbicara kepada saya? 

Masih maukah kita terbangun tengah malam, bukan melulu untuk menyaksikan laga sepakbola liga Eropa, melainkan juga untuk tenang dalam keheningan biar Yesus berbicara kepada diri kita? 

Lukas juga mencatat, lalu timbullah rasa kesal dalam hati para pemuka agama Yahudi, karena para pemungut cukai dan orang-orang berdosa itu datang kepada Yesus dan mendengarkan-Nya. 

Dengan sangat jelas, Lukas menulis, mereka "bersungut-sungut". 

Ini kejadian yang kurang lebih mirip. Persis seperti waktu Yesus mulai menyibukkan diri dengan Zakheus, si pemungut cukai terkenal, sambil meninggalkan orang banyak yang sebelumnya berbondong-bondong mengerumuni-Nya (bdk. Luk 19:7). 

Dalam peristiwa itu, para ahli Taurat dan orang-orang Farisi bersungut-sungut secara sinis, "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka" (lih. Luk 15:2). 

De facto Yesus selalu diserang karena pergaulan-Nya, sepak terjang-Nya, terutama dengan orang-orang berdosa. 

"Emang dia khan orang kayak gitu juga koq! Manusia nggak becus! Sungguh memalukan! Tak pantas! Berbahaya!" 

Kenyataan pula, kita sempat ikut menyerang Yesus. Kita tak senang kenapa Yesus mau mampir di rumah tetangga kita yang kecil dan sempit.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 3 November 2021: Barui Komitmen

Dengan berbagai dalih, kita berusaha agar natal bersama harus dirayakan di rumah kita. 

Kita ikut mengomel, mengapa Tuhan begitu akrab dengan anak-anak jalanan yang nakal, bersahabat dengan pemabuk di lapo. Kita bersungut-sungut persis orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. 

Tapi Yesus tidak menghiraukan pernyataan-pernyataan sinis. Ia tetap saja bergaul dengan siapa saja. Ia terutama akrab dengan orang-orang kecil,  'sampah' masyarakat. 

"Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya ?" (Luk 15:4). 

Yesus sama sekali tidak membenarkan yang salah dalam diri mereka yang disebut pendosa itu. Tetapi Ia juga tak menutup mata untuk melihat sisi baik yang masih tersisa biar setitik dalam diri mereka. 

Ia tetap ingin berbagi sukacita hati-Nya dengan mereka. Ia selalu mau ada bersama mereka, agar mereka tetap punya harapan untuk mengangkat muka dan bangkit lagi. 

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved