Berita NTT
Perjuangan Penderita HIV/AIDS di NTT, Bertahan Melawan Virus Hingga Dirikan Rumah Singgah untuk ODHA
Perjuangan Penderita HIV/AIDS di NTT, Bertahan Melawan Virus Hingga Dirikan Rumah Singgah untuk ODHA
Namun sejak 14 Februari 2014 lalu, ia menggagas pendirian LSM Perjuangan setelah ia kembali mengikuti pelatihan konselor di Yogyakarta, dan sempat memeriksakan kesehatannya di rumah sakit serta dinyatakan sehat, walaupun tetap mengkonsumsi obat-obatan karena secara medis belum ada obat yang menyembuhkan HIV/Aids.
LSM Perjuangan yang dirintisnya mendampingi dan merawat sejumlah warga yang terkena HIV, juga penderita AIDS.
Ia menyadari banyak ODHA yang cenderung tertutup dan tidak terbuka akan keadaannya kepada keluarga dan lingkungan. Padahal, keterbukaan sangat penting sehingga ada dukungan keluarga dan lingkungan.
Menurut Emu, tingginya penderita AIDS yang meninggal beberapa waktu lalu karena para penderita cenderung menutup diri dan tidak terbuka sehingga sulit dirawat.
Emu juga menepis anggapan kalau orang terinfeksi HIV/Aids karena pergaulan bebas dan menikmati dunia malam. Namun anggapan tersebut dianggap keliru, karena kebanyakan ODHA adalah ibu rumah tangga, ada tokoh agama, ada perawat dan bukan saja dari anak muda.
"LSM yang saya dirikan adalah karena pengalaman pribadi dan LSM ini dari orang sakit untuk orang sakit sehingga saya memberikan pendampingan," jelasnya.
Bahkan beberapa ODHA yang pernah dirawat di LSM Perjuangan saat ini sudah dinyatakan sehat dan menjadi relawan bagi penderita lain.
Dampingan yang dilakukan yakni layanan kesehatan dan terapi HIV dengan mengingatkan penderita agar mengkonsumsi obat tepat waktu. LSM-nya juga mendampingi keluarga ODHA agar menjadi Pengawas Minum Obat (PMO) bagi ODHA itu sendiri.
Disadari pula kalau para ODHA kesulitan mendapatkan pekerjaan karena adanya stigma negatif dari masyarakat terkait keberadaan ODHA.
Untuk itu LSM Perjuangan melakukan pemberdayaan ekonomi dan memberikan modal usaha, sehingga saat ini banyak ODHA yang memiliki usaha mandiri seperti warung makan, mebel dan kios.
"Pendampingan oleh LSM Perjuangan pun dilakukan sepanjang masa tanpa batas waktu," tambah Emus.
Dia juga bersyukur dengan dukungan dari pemerintah, yang hadirkan setiap kelurahan di Kota Kupang sudah ada wadah Warga Peduli Aids (WPA) yang melibatkan berbagai elemen masyarakat.
Ia sendiri mengaku kalau LSM-nya sempat mendapatkan bantuan pemerintah provinsi NTT dan Kota Kupang, namun saat ini dia ingin LSM yang ia bentuk tidak dimanja sehingga masih menutup diri dengan donatur dari lembaga lain.
Saat ini ia masih menampung dua orang warga yang menderita HIV/Aids di rumahnya, sejak tahun 2019 lalu. Ia bersyukur kalau para penderita ini sudah mulai pulih dan sudah bisa berjalan walau belum sepenuhnya normal, karena sebelumnya mengalami kelumpuhan.
Untuk saat ini LSM Perjuangan juga mendampingi 214 ODHA di Kota Kupang, 350 ODHA di Kabupaten TTS dan sejumlah ODHA lain di Kabupaten Malaka, Belu, Rote Ndao, Sabu Raijua, Kabupaten Kupang dan Alor.
Ia berharap ODHA tidak dikucilkan dan didiskriminasi di dunia kerja tetapi diberikan peluang yang sama karena ODHA bisa sembuh asalkan ada keterbukaan dan niat yang tulus. (*)