Timor Leste
Media Australia Bongkar Arsip Kuno, Inilah Detik-detik Timor Leste Merdeka dari Indonesia
Media Australia Bongkar Arsip Kuno, Inilah Detik-detik Timor Leste Merdeka dari Indonesia
POS-KUPANG.COM - Media Australia The Age membongkar arsip lamanya yang memuat detik-detik Timor Leste merdeka dari Indonesia, menggambarkan situasi yang terjadi di bekas wilayah Indonesia itu.
Setelah menjadi bagian wilayah Indonesia selama kurang lebih 24 tahun sejak 1975, Timor Leste melepaskan diri dari Indonesia melalui referendum.
Pemungutan suara itu diselenggarakan pada 30 Agustus 1999, yang menunjukkan hasil mayoritas pemilih menginginkan kemerdekaan.
Pasca referendum Timor Leste, sempat terjadi kerusuhan yang disebut mengakibatkan ribuan orang tewas dan mengungsi, hingga infrastruktur hancur.
Baca juga: Perkara HAM, Ini Alasan Mantan Presiden Timor Leste Tak Seret Indonesia ke Pengadilan Internasional
Situasi itu berakhir dengan kehadiran pasukan penjaga perdamaian International Force for East Timor (INTERFET) pada 20 September 1999.
Arsip The Age yang pertama diterbitkan pada 21 September 1999 mengungkapkan bagaimana detik-detik pasca referendum Timor Leste itu.
Dilaporkan, para preman menghilang dengan cepat dari jalan-jalan Dili.
Kemudian, ketika tentara Australia pertama tiba dengan pakaian tempur lengkap, senapan mereka siap, para milisi berpura-pura bahwa mereka adalah pengungsi yang telah mereka teror berminggu-minggu.
Dilaporkan pula beberapa pembunuh, pemerkosa, dan penjarah berjalan dalam kelompok-kelompok kecil di sepanjang jalan-jalan yang dipenuhi puing-puing melambai ke arah orang-orang Australia.
Tetapi, saat itu milisi tidak lagi membawa senapan yang konon mereka peroleh dari angkatan bersenjata Indonesia.
Para milisi pun tidak lagi mengacungkan parang, pisau atau pistol buatan mereka.
Bahkan ada sepasang suami istri yang dihadang oleh tentara Selandia Baru bersenjata lengkap di dermaga Dili tetapi menyerahkan pistol mereka tanpa argumen.
“Mereka pada dasarnya pengecut,” kata jurnalis Irlandia Robert Carroll, yang telah menghabiskan sembilan hari terakhir bersembunyi di Dili dan pegunungan di sekitarnya.
“Mereka melarikan diri ketika tentara sungguhan tiba," katanya.
Baca juga: Romas Horta Ungkap Banyak Pihak Inginkan Indonesia Dihukum atas Pelanggaran HAM di Timor Leste
Malam sebelumnya, milisi telah mengosongkan senapan mereka ke udara seperti yang mereka lakukan setiap malam sejak PBB mengumumkan bahwa 78,5 persen orang Timor Leste yang memenuhi syarat menolak pemerintahan Indonesia dan memilih untuk menjadi negara merdeka.
Mereka sempat membakar atau menghancurkan beberapa bangunan yang masih layak huni di kota itu, di mana 70.000 orang telah melarikan diri.
Begitu ratusan tentara asing tiba dan siap beraksi, mereka justru menghilang, tak ada perlawanan apalagi peperangan.
Mayor Chip Henriss-Anderssen, dari Brigade Ketiga Townsville, pasukan Australia, mengatakan ketika dia tiba pada pagi hari (21/9/1999) di dermaga Dili bahwa para pengungsi asli tampak ketakutan dan tetap berada dalam kelompok-kelompok kecil.
“Tetapi setelah beberapa saat mereka muncul, satu atau dua orang sekaligus, dan menjabat tangan kami,” katanya.
“Anak-anak kecil itu berkata, 'Hei tuan!' Mungkin setelah beberapa saat kami akan bisa mengajari mereka mengucapkan 'G'day'," ungkapnya.
Pasukan Special Air Service yang berbasis di Perth termasuk di antara orang Australia pertama yang tiba dengan pesawat Hercules tak lama setelah fajar. Mereka berlari melintasi aspal berdebu, mengamankan perimeter.
Sementara itu, beberapa lusin tentara Indonesia disebut menunggu dan mengawasi.
Kompleks PBB tempat pasukan asing menghabiskan enam hari yang panjang dan menakutkan sebelum dievakuasi saat itu belum terbakar dan sebagian besar peralatan PBB juga tidak tersentuh.
Meski begitu, seorang pejabat PBB yang telah tinggal di konsulat Australia yang dibentengi, tidak jauh dari bandara, mengungkapkan betapa mengerikan situasi sebelumnya.
“Ini gambaran yang cukup mengerikan, secara keseluruhan. Ada ribuan orang sekarat di perbukitan tanpa makanan atau air. Mereka membutuhkan bantuan mendesak. Tidak ada yang tersisa di kota bagi orang-orang untuk kembali," katanya.
Robert Carroll, jurnalis Irlandia, mengatakan dia telah melihat anak-anak kecil dengan perut kembung dan keluarga yang tidak makan apa-apa kecuali nasi dalam porsi kecil.
"Orang-orang telah diberitahu bahwa pasukan penjaga perdamaian akan datang, tetapi mereka tidak percaya apa-apa lagi," katanya.
Timor Leste sendiri kemudian secara resmi baru merdeka pada 20 Mei 2002, beberapa tahun setelah referendum.
BERITA LAINNYA:
Sejarah hubungan Indonesia dan Timor Leste di masa lalu tak bisa terkikis.
Invasi tahun 1975 yang dilakukan oleh Indonesia menyisahkan luka bagi masyarakat Timor leste.
Persoalan HAM pun muncul usai Timor Leste merdeka.
Pelanggaran HAM disebut banyak melibatkan para jenderal Indonesia.
Hal ini membuat banyak pihak mempersoalkan pelanggaran HAM berat yang dilakukan saat invasi.
Tetapi berbeda dengan cara pandang Jose Ramos-Horta.
Melansir Intisari.grid.id, pada 1996, nama Jose Ramos-Horta, bersama rekan senegaranya Uskup Carlos Belo, pernah begitu harum di dunia internasional.
Hal ini terjadi usai dirinya dan Belo mendapatkan hadiah Nobel Perdamaian yang sangat prestisius.
Padahal, sebenarnya dia bukanlah sosok yang berjibaku langsung dengan militer Indonesia saat ingin memerdekakan Indonesia.
Ramos-Horta lebih memilih untuk berkeliling dunia, demi mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk PBB.
Salah satu yang menarik dari Presiden Timor Leste kedua ini adalah bagaimana dirinya memilih untuk tidak menyeret Indonesia ke pengadilan internasional.
Padahal, saat itu, posisi Indonesia sangatlah lemah di mata dunia internasional.
Tindak-tanduk Indonesia di wilayah yang pernah menjadi provinsi ke-27 bahkan sempat membuat Amerika Serikat menerapkan embargo senjata.
Selama 10 tahun, dari 1995 hingga 2005, AS menyetop pasokan senjata untuk Indonesia, termasuk suku cadang, karena menilai Indonesia bertanggung jawab atas penembakan demonstran di Dili, Timor Timur, pada 12 November 1991.
Banyak yang penasaran bagaimana Ramos-Horta pada akhirnya memilih untuk tidak menuntut keadilan atas segala tindakan Indonesia di Timor Timur.
Baru saat dirinya berbicara tentang konflik masa lalu dalam pagelaran Expo 2020 Dubai, pria kelahiran 26 Desember 1949 ini angkat bicara.
Dalam pidato bertajuk 'Timor Timur dan Indonesia – Contoh Kepemimpinan dalam Rekonsiliasi dan Persaudaraan di Asia', Ramos-Horta menguak bagaimana kedua negara akhirnya mencapai solusi Damai.
Seperti diketahui, Timor Timur, yang kemudian berganti nama menjadi Timor Leste, secara resmi lepas dari Indonesia dan dinyatakan merdeka pada 2001.
Keputusan tersebut dicapai setelah sebagian besar rakyat Timor Leste memilih untuk lepas dari Indonesia, saat referendum 1999.
Ramos-Horta dengan bangga menyebut penyelesaian konflik Indonesia dan Timor Leste patut untuk menjadi contoh dalam berbagai penyelesaian konflik di belahan dunia lain.
“Penyelesaian konflik Timor Timur-Indonesia adalah contoh yang bagus tentang bagaimana solusi damai dapat ditemukan untuk masalah yang paling sulit,” tutur Ramos-Horta, seperti dilansir khaleejtimes.com, Selasa (12/10/2021).
Ramos kemudian mengakui bahwa saat itu dirinya mendapatkan desakan kuat untuk menyeret Indonesia ke pengadilan internasional.
Namun, Ramos-Horta kemudian menyebut bahwa dirinya, yang mewakili rakyat Timor Leste, lebih memilih jalur rekonsiliasi.
“Kami dengan tegas menolak saran tersebut dan memilih jalur rekonsiliasi, yang diilhami oleh Nelson Mandela. Sejarah menunjukkan bahwa kami benar.”
Perdana Menteri Timor Leste kedua ini juga mengakui dirinya terus dicecar dengan pepatah "tidak ada keadilan, tidak ada perdamaian".
Hanya saja, bagi Ramos Horta, memaksa untuk tetap menuruti pepatah tersebut adalah sebuah cara memecahkan masalah yang menjengkelkan.
“Ya, kita harus menghormati mereka yang telah meninggal selama konflik, tetapi yang lebih penting adalah memikirkan masa depan mereka yang masih hidup,” tambahnya.
“Kita harus mengambil pelajaran dari kekejaman yang terjadi, sehingga kita dapat mencegah terulangnya kembali.”
Sebagian artiel ini sudah tayang di Intisari.Grid.ID dengan judul Arsip Kuno Dibongkar, Ternyata Inilah Detik-detik Timor Leste Merdeka dari Indonesia, Militer Bersiaga Namun Tak Ada Peperangan, Sementara Pasukan Indonesia Mulai Bergerak Lakukan Hal Ini