Berita Manggarai Barat
Sejak Februari 2021, Tidak Ada Laporan Kematian Babi Akibat ASF di Manggarai Barat
ingin beternak babi semakin tinggi, hal ini dapat diketahui dari banyaknya proposal untuk meminta bibit babi untuk diternakan.
Penulis: Gecio Viana | Editor: Rosalina Woso
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Gecio Viana
POS-KUPANG.COM, LABUAN BAJO - Tidak ada laporan kematian ternak babi akibat terpapar Virus African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika di Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), sejak Februari 2021 lalu.
Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kabupaten Mabar, Theresia P. Asmon saat dihubungi per telepon, Selasa 12 Oktober 2021.
"Sejauh ini tidak ada ada laporan kematian babi akibat terpapar ASF, terakhir pada akhir Januari lalu. Kematian tidak banyak, yang dilaporkan 4 sampai 5 ekor babi, itu pun sisa sebelumnya," katanya.
Theresia mengaku, saat ini laporan pelayanan pelayanan kebiri babi dan vitamin bagi babi yang baru beranak meningkat tinggi di sejumlah kecamatan di Kabupaten Mabar.
"lebih kepada pelayanan yang tinggi, geliat ternak babi mulai tinggi," ujarnya.
Berdasarkan laporan yang diterima, total kematian babi akibat Virus ASF mencapai lebih dari 11 ribu ekor.
Baca juga: Pasar Modal Indonesia Siapkan 50.000 Dosis Vaksin di Manggarai Barat
"Namun banyak yang tidak melaporkan, karena jika 1 ekor bani yang sakit, yang lain disembelih untuk mengurangi kerugian," katanya.
Menurutnya, geliat masyarakat yang ingin beternak babi semakin tinggi, hal ini dapat diketahui dari banyaknya proposal untuk meminta bibit babi untuk diternakan.
"Ada banyak juga masyarakat secara mandiri beternak. Untuk tahun ini, kami belum rekomendasikan pengadaan bibit babi, karena stok untuk bibit babi sulit didapat. Kalaupun ada belum memenuhi syarat, dan tidak ada dalam jumlah banyak," jelasnya.
Menurut Theresia, saat ini kebijakan Instruksi Gubernur NTT terkait pengawasan lalu lintas babi dan produk ikutannya untuk menghadang virus ASF masuk ke daerah.
Pihaknya pun meningkatkan pengawasan, sebab Kabupaten Mabar rentan terpapar Virus ASF.
"Pengawasan kami tingkatkan, kalau sudah antar pulau harus melampirkan surat keterangan kesehatan hewan, bahkan uji laboratorium," katanya.
Baca juga: 50.000 Dosis Vaksin Dari Pasar Modal Untuk Kabupaten Manggarai Barat
Seorang peternak asal Desa Wae Wako, Kecamatan Lembor, Simon Sampul (58) mengaku saat ini mulai beternak babi, setelah tahun lalu merugi hingga Rp 120 juta karena sebanyak 38 ekor babi yang dipeliharanya mati terserang ASF.
Saat ini, lanjut Simon, ia telah memiliki 6 ekor babi berukuran besar siap jual.