Berita Ngada
Siswa SMA Regina Pacis Bajawa Perkenalkan Budaya Ngada Dalam Kegiatan Compassion Week
Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Regina Pacis Bajawa akan memperkenalkan Kampung Adat Tololela di Desa Manubhara, Kecamatan Inerie, Kabupaten
Penulis: Thomas Mbenu Nulangi | Editor: Ferry Ndoen
Kegiatan yang dilakukan secara online tersebut dilaksanakan selama empat hari terhitung sejak tanggal 30 September 2021 dengan kegiatan webinar tentang keberagaman agama, tanggal 1 Oktober 2021 dengan kegiatan webinar tengang keberagaman budaya, tanggal 4 Oktober 2021 kegiatan dialog tentang kehidupan, dan tanggal 5 Oktober 2021 dengan kegiatan temu budaya.
Perlu Adanya Kolaboratif
Sementara itu, Kepala SMA Kanisius, Drs. Eduard C. Ratu Dopo, SJ., M.Ed kepada Pos Kupang mengatakan, pelaksanaan kegiatan compassion week yang dilakukan tersebut merupakan bagian dari pembinaan terhadap siswa. Sebab SMA Kanisius menekankan pada pembelajaran integratif yang tidak hanya berpatok pada kurikulum nasional dalam pembentukan karakter siswa.
Menurutnya, dunia pendidikan dewasa ini perlu adanya kolaborasi dengan tidak hanya menekankan kepada eksistensi sekolah tetapi koeksistensi dalam konteks kebinekaan.
"Karena sejak berdiri pada tahun 1927, SMA Kanisius menekankan pada pembelajaran yang integratif supaya membentuk kepribadian anak-anak yang terbuka berdasar tradisi humanistik. Sehingga para peserta didik ini dapat menjadi manusia yang dapat berkontribusi bagi kesejahteraan bangsa," ujarnya.
Eduard mengatakan, dalam kegiatan tersebut, pihaknya juga melaksanakan webinar tentang keberagaman agama dan budaya. Untuk keberagaman agama, SMA Kanisius mengundang narasumber KH Ahmad Muwafiq dari Nahdlatul Ulama (NU), dan Sunanto dari Pemuda Muhammadiyah.
Sedangkan untuk webinar keberagaman budaya, pihaknya mengundang narasumber Giring perwakilan suku Dayak, Felix Degei perwakilan suku Mee Papua, dan Watu Yohanes Vianey perwakilan dari Flores NTT untuk memberikan penjelasan terkait keberagaman budaya kepada para siswa.
"Supaya anak-anak ini dapat melihat secara menyeluruh bahwa Indonesia ini luas. Melatih mereka untuk eksplore budaya. Jadi tidak hanya inter religi tetapi juga inter kultural. Itu cara kami mendidik anak-anak," ungkapnya.
Eduard berharap, dengan dilaksakannya kegiatan tersebut, anak-anak memiliki kesadaran untuk melihat perbedaan itu bukan sebagai sebuah kutukan tetapi senuah berkah untuk kebaikan bersama dalam konteks kebinekaan global sehingga mereka dapat memenuhi karakter sebagai seorang pelajar Pancasila. (mm)