Berita Ngada

Siswa SMA Regina Pacis Bajawa Perkenalkan Budaya Ngada Dalam Kegiatan Compassion Week

Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Regina Pacis Bajawa akan memperkenalkan Kampung Adat Tololela di Desa Manubhara, Kecamatan Inerie, Kabupaten

Penulis: Thomas Mbenu Nulangi | Editor: Ferry Ndoen
POS-KUPANG.COM/TOMMYĀ MBENU NULANGI
Perwakilan siswa dan guru SMA Regina Pacis Bajawa mengikuti webinar tentang keberagaman budaya di sekolah tersebut, Jumat 1 Oktober 2021.Ā  

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Tommy Mbenu Nulangi

POS-KUPANG.COM | BAJAWA-Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Regina Pacis Bajawa akan memperkenalkan Kampung Adat Tololela di Desa Manubhara, Kecamatan Inerie, Kabupaten Ngada dalam kegiatan Compassion Week yang diselenggarakan oleh SMA Kanisius Jakarta, Selasa 5 Oktober 2021.

Mereka akan memperkenalkan budaya yang ada di kampung tersebut kepada perwakilan guru dan siswa dari SMA Kanisius Jakarta, SMA Fransiskus Asisi Pontianak, dan SMA Kolose Le Cocq d' Armandville dalam kegiatan temu budaya.

Kegiatan yang mengusung tema "Menemani Kaum Muda Berselancar dalam Keberagaman" tersebut diperuntukan kepada para perwakilan guru dan siswa kelas XII Tahun Ajaran 2021/2022 dari keempat sekolah tersebut.

Kepada Pos Kupang, Jumat 1 Oktober 2021, Guru Sejarah SMA Regina Pacis Bajawa, Anjel Neto mengungkapkan bahwa, sebelum memperkenalkan Kampung Adat Tololela, pihaknya bersama para siswa membuat satu projeck kecil dengan melakukan penelitian di kampung Adat Tololela.

Baca juga: Perjuangan Aparat Kepolisian dan Damkar TTU Jinakan Api yang Melalap Hutan Seluas 5 Hektare

Dalam penelitian tersebut, perwakilan siswa mengamati aktivitas kehidupan sehari-hari masyarakat, sistem sosial budaya, mata pencaharian masyarakat dan kesebian masyatakat yang ada di Kampung Adat Tololela.

"Projeck nya sudah selesai, nanti pada tanggal 5 Oktober 2021, para siswa akan menayangkan video kehidupan budaya masyarakat di Kampung  Adat Tololela berdurasi 10 menit. Kemudian para siswa berdiskusi bersama tentang budaya mereka masing-masing," ungkapnya.

Anjel mengatakan, kegiatan memperkenalkan budaya juga dilakukan untuk mempromosikan potensi budaya di Kampung Adat Tololela kepada perwakilan guru dan siswa dari ketiga sekolah lainnya.

"Supaya mereka juga tahu budaya kita di Ngada ini. Karena Kampung Tololela selain sebagai kampung adat, juga sebagai desa wisata. Jadi sekalian kita promosikan kepada mereka," ujarnya.

Kepala SMA Regina Pacis Bajawa, Hendrianto Emanuel Ndiwa memberikan apresiasi kepada SMA Kanisius Jakarta yang sudah memberikan kesempatan kepada para siswanya untuk mengikuti kegiatan compassion week. Menurutnya, ekskursi yang digelar oleh SMA Kanisius tersebut sangat baik untuk memberi pemahaman kepala para siswa tentang keberagaman, sehingga dengan kegiatan tersebut anak-anak dapat mencintai perbedaan baik itu perbedaan agama maupun perbedaan budaya.

"Karena melalui keberagaman itu, maka mindset akan bertumbuh di dalam diri anak-anak kita, mereka akan menghargai perbedaan, dan bahkan mereka mencintai satu sama lain," ungkapnya.

Pada kesempatan itu, Emanuel mengucapkan terima kasih kepada SMA Kanisius Jakarta yang sudah mengundang SMA Regina Pacis Bajawa untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Ia berharap, kerjasama antara SMA Regina Pacis Bajawa dengan SMA Kanisius Jakarta terus berlanjut sehingga anak-anak memiliki pemahaman yang lebih baik.

Ditempat yang sama, siswi SMA Regina Pacis Bajawa, Onsi Bhoki yang juga menjadi peserta dalam kegiatan compassion week mengaku senang dengan kegiatan yang diselenggarakan oleh SMA Kanisius karena kegiatan tersebut dapat menambah wawasannya mengenai keberagaman budaya dan keberagaman agama.

"Tentu saja senang sekali, karena seperti yang kita ketahui bersama dengan pandemi covid-19 ini, kami diperkenalkan dengan wawasan tentang keberadaan budaya dan agama, walaupun tidak melakukan sosialisasi secara langsung dengan teman-teman dari sekolah lain," ungkapnya.

Terpisah, guru SMA Kanisius Yacobus Hartono mengungkapkan bahwa tujuan dari kegiatan tersebut yakni para siswa semakin sadar dan mensyukuri keberagaman dalam kehidupan masyarakat, para siswa mendapatkan keteladanan untuk bersikap toleransi dalam menghadapi keberagaman, para siswa mampu menjalin tali silaturahmi, membangun pertemanan dengan siswa atau kelompok lain yang berbeda agama dan budaya, serta siswa memiliki sikap diskresi, toleransi, bersyukur, dan bijaksana.

Kegiatan yang dilakukan secara online tersebut dilaksanakan selama empat hari terhitung sejak tanggal 30 September 2021 dengan kegiatan webinar tentang keberagaman agama, tanggal 1 Oktober 2021 dengan kegiatan webinar tengang keberagaman budaya, tanggal 4 Oktober 2021 kegiatan dialog tentang kehidupan, dan tanggal 5 Oktober 2021 dengan kegiatan temu budaya.

Perlu Adanya Kolaboratif

Sementara itu, Kepala SMA Kanisius, Drs. Eduard C. Ratu Dopo, SJ., M.Ed kepada Pos Kupang mengatakan, pelaksanaan kegiatan compassion week yang dilakukan tersebut merupakan bagian dari pembinaan terhadap siswa. Sebab SMA Kanisius menekankan pada pembelajaran integratif yang tidak hanya berpatok pada kurikulum nasional dalam pembentukan karakter siswa.

Menurutnya, dunia pendidikan dewasa ini perlu adanya kolaborasi dengan tidak hanya menekankan kepada eksistensi sekolah tetapi koeksistensi dalam konteks kebinekaan.

"Karena sejak berdiri pada tahun 1927, SMA Kanisius menekankan pada pembelajaran yang integratif supaya membentuk kepribadian anak-anak yang terbuka berdasar tradisi humanistik. Sehingga para peserta didik ini dapat menjadi manusia yang dapat berkontribusi bagi kesejahteraan bangsa," ujarnya.

Eduard mengatakan, dalam kegiatan tersebut, pihaknya juga melaksanakan webinar tentang keberagaman agama dan budaya. Untuk keberagaman agama, SMA Kanisius mengundang narasumber KH Ahmad Muwafiq dari Nahdlatul Ulama (NU), dan Sunanto dari Pemuda Muhammadiyah.

Sedangkan untuk webinar keberagaman budaya, pihaknya mengundang narasumber Giring perwakilan suku Dayak, Felix Degei perwakilan suku Mee Papua, dan Watu Yohanes Vianey perwakilan dari Flores NTT untuk memberikan penjelasan terkait keberagaman budaya kepada para siswa.

"Supaya anak-anak ini dapat melihat secara menyeluruh bahwa Indonesia ini luas. Melatih mereka untuk eksplore budaya. Jadi tidak hanya inter religi tetapi juga inter kultural. Itu cara kami mendidik anak-anak," ungkapnya.

Eduard berharap, dengan dilaksakannya kegiatan tersebut, anak-anak memiliki kesadaran untuk melihat perbedaan itu bukan sebagai sebuah kutukan tetapi senuah berkah untuk kebaikan bersama dalam konteks kebinekaan global sehingga mereka dapat memenuhi karakter sebagai seorang pelajar Pancasila. (mm) 

Berita Ngada Lainnya :

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved