Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Minggu 26 September 2021, Minggu Biasa XXVI: Radikal

Seorang kafilah sedang dalam perjalanan. Hari telah gelap dan malam tiba, ia menghentikan ontanya untuk beristirahat.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
Pater Steph Tupeng Witin SVD 

Dalam konteks tradisi Yahudi, kecondongan atau kecenderungan buruk manusia ada dalam ketiga anggota tubuh ini.

Dengan tangan orang mencuri, membunuh, memukul, menampar dan lain-lain.

Dengan kaki orang menginjak-injak, menendang, lari dari tanggung jawab dan sebagainya.

Dan mata sesungguhnya tidak pernah puas dan membangkitka nafsu.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 26 September 2021: Sudut Pandang Inklusif

Gaya bahasa hiperbola semitis ini merupakan ungkapan yang lazim pada zaman itu. Intinya adalah pesan keselamatan.

Yesus sampaikan pesan: merawat seluruh tubuh agar masuk Surga dengan utuh. Ukurannya adalah perilaku dan tindakan kita di atas dunia ini.

Ajaran Yesus ini sangat radikal karena pilihannya adalah kehidupan dan bukan kematian. Memilih kehidupan kelak setelah ziarah di dunia ini berarti berjuang seumur hidup mendisiplinkan seluruh diri agar tidak ada celah masuknya dosa yang berdaya merusak iman dan jiwa.

Toleransi terhadap benih dosa berarti bersiap-siap memasuki area kehancuran.  

Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 23 September 2021: Rasa Cemas

Apa yang mesti kita lakukan agar iman dan jiwa kita tetap utuh memasuki gerbang kehidupan?

Pesan Yesus sangat radikal: Kita harus membuat pemutusan yang radikal terhadap setiap kebiasaan yang kita sukai, yang mungkin dapat menghimpit iman dan jiwa kita kepada jurang kematian abadi.

Kita mesti berani berkata “tidak” pada kecenderungan-kecenderungan buruk yang sekadar menikmatkan tubuh sesaat tapi berdaya menghancurkan jiwa dan iman secara kekal.

Kita belajar dari dua kisah nyata ini.

Pertama, Aron Alston, seorang pendaki tunggal di Canyonlands National Park, Utah, bulan April 2003, menghadapi pilihan yang mengerikan.

Dengan tidak sengaja dia menarik lepas sebuah batu yang sudah goyang berbobot 800 pon sekitar 400 kg, dan menghimpit dia di sebuah jurang dangkal yang sempit.

Pada hari keenam sejak kejadian itu, dia mulai kehilangan kesadaran. Ralston kemudian mengambil jalan satu-satunya yaitu memenggal tangannya dengan menggunakan pisau lipat yang tumpul.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved