Berita Sikka

Mahasiswa IKIP Muhamadiyah Maumere Ini Menangis Saat Terima Beasiswa

studi dan mendapatkan gelar Sarjana. Kakak dan ibunya bahu membahu dalam membiayai pendidikan Yeli.

Penulis: Aris Ninu | Editor: Rosalina Woso
zoom-inlihat foto Mahasiswa IKIP Muhamadiyah Maumere Ini Menangis Saat Terima Beasiswa
POS KUPANG.COM, ARIS NINU
Yeli Hale, mahasiswa IKIP Muhamadiyah Maumere yang menangis saat terima beasiswa pendidikan dari Pemkab Sikka.

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Aris Ninu

POS-KUPANG.COM, MAUMERE--Berulang kali Yuliana Hale, mahasiswa IKIP Muhamadiyah Maumere mengusap air matanya saat menceritakan perjuangannya dalam menempuh pendidikan.

Yuliana Hale atau yang biasa disapa Yeli adalah mahasiswi semester 5 Program Studi Biologi di IKIP Muhammadiyah Maumere.

Sebagai salah seorang penerima beasiswa Pemkab Sikka Yeli turut hadir dalam upacara penyerahan beasiswa yang terjadi pada, Jumat, 24 September 2021 di Aula Kampus IKIP Muhammadiyah Maumere.

Penyerahan beasiswa pendidikan bagi mahasiswa itu diberikan Wabup Sikka, Romanus Woga kepada mahasiswa Sikka yang melanjutkan pendidikan sarjana.

Pemberian beasiswa ini adalah program Bupati Sikka, Robby Idong dan Wabup Sikka, Romanus Woga.

Ketika pemberian beasiswa di Kampus IKIP Muhamadiyah Maumere, Yeli  anak petani yang dibesarkan oleh seorang single mom juga menerima beasiawa. Ketika didaulat menyampaikan perasaan dan kesannya sebagai penerima beasiswa.

Yeli menangis di depan Wabup Sikka dan pejabat Sikka.

Baca juga: Tiga Siswa SMPK Frater Maumere Lolos KSN Tingkat Kabupaten Sikka

Yeli yang memegang mike dan berdiri di atas panggung menangis bahagia dan bercampur sedih.

Yeli mengaku sejak berusia dua tahun ia bahkan tak mengenali wajah ayahnya sendiri. Ayah yeli meninggal sejak ia berusia dua tahun.

Semenjak kepergian ayah, ibu Yeli lah yang menggantikan posisi sang ayah sebagai tulang punggung keluarga. Ibu Yeli sehari-hari menghabiskan waktunya di kebun dengan bertani.

Yeli adalah anak kedua dari dua bersaudara. Kakak pertamanya sudah berkeluarga dan tinggal bersama ibunya.

Yeli lah yang sekarang menjadi harapan ibunya untuk melanjutkan studi dan mendapatkan gelar Sarjana. Kakak dan ibunya bahu membahu dalam membiayai pendidikan Yeli.

Sejak kecil Yeli  sudah terbiasa dengan kehidupan yang “keras”.

Pulang sekolah anak-anak pada umumnya bermain atau berkumpul bersama teman-teman. Tapi tidak dengan Yeli. Pulang sekolah merupakan waktu yang tepat untuk ia membantu ibunya di ladang. Mulai dari membersihkan ladang, menanam padi hingga panen.

Baca juga: Diceraikan Suami, Ibu Dua Anak Asal Sikka ODGJ Berkat Pater Biara Kamilus 

Kebiasan ini sudah ia lakukan sejak kecil. Yeli kecil bersekolah di salah satu sekolah dasar di kampungnya di Desa Pruda, Kecamatan Waiblama. Setelah menamatkan pendidikannya di bangku sekolah dasar Yeli melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 2 Talibura Tanarawa dan SMA Negeri Waiblama.

Saat SMP hingga SMA Yeli tinggal bersama kerabatnya. Kebiasaan baik dan kerja keras yang Yeli tanamkan sejak kecil membuatnya memberanikan diri untuk melanjutkan pendidikannya. Motivasi terbesar dalam diri Yeli adalah membanggakan ibunya.

Usia ibunya yang tidak lagi muda (60 tahun) membuatnya trenyuh dan menangis saat menceritakn kisahnya.

“Saya terharu dengan saya punya mama, dia sudah tua tapi bisa biaya saya sampai sekarang," ucap Yeli dengan berlinang air mata.

Karena usia ibu Yeli yang sudah lansia, beliau belum pernah datang untuk mengunjungi anaknya.

“Mama juga tidak pernah datang lihat saya di Maumere sini, biasanya kaka ipar yang sering datang lihat saya untuk kasih uang dengan makanan," lanjutnya.

Baca juga: Pater Biara Kamilus Sembuhkan Penderita ODGJ di Sikka

Meskipun bertemu anaknya hanya saat berlibur dan kembali ke kampung, beliau selalu menasehati anaknya.

“Mama bilang kuliah baik-baik, jangan seperti kakakmu. Kakakmu hanya tamat SD sajah. Kau harus kuliah sampai tamat, dapat ijazah supaya membahagiakan saya dan keluarga-keluarga lain," tutur Yeli

Di kompleks sekitar rumahnya baru Yeli lah yang melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi. Ia menjadi contoh untuk anak lainnya. Sejak di bangku SD Yeli sudah bercita-cita menjadi seorang guru.

“Menjadi seorang guru merupakan pekerjaan yang mulia, bisa mendidik/mengajar anak-anak. Karena di kampung kalau guru-gurunya sudah tua saya bisa menggantikan merek untuk mengajar anak-anak," ungkap Yeli sambil tersenyum dengan kedua pipinya yang merona.

Dalam lubuk hatinya Yeli sangat merindukan sosok sang ayah yang tidak pernah ia jumpai, bahkan rupanyapun ia tidak lagi ingat. Ibu Yeli selalu menceritakan tentang sang ayah saat Yeli kembali ke kampung. “Biasa mama cerita, tapi tidak banyak. Mama juga tidak kasih tahu bapak meninggal kenapa,” ungkapnya.

Sosok seorang ayah sangatlah penting dalam kehidupan anak perempuannya.

Baca juga: BRI Hadirkan Kebahagian Bagi Kelompok Menjahit Wanita di Kabupaten Sikka

Selain sebagai pencari nafkah, ayah juga sebagai sosok pelindung yang selalu mengayomi keluarga. Namun Yeli tetap meras dilindungi oleh ibunya. Karena jauh dari orang tua Ibu Yeli sangat khawatir akan kehidupan anaknya yang sedang melanjutkan studi ini.

“Dari SMP hingga SMA biasa tinggal dengan orang jadi mama minta saya punya kakak untuk carikan tempat tinggal supaya saya bisa tinggal dengan orang. Mama juga tidak mau kalau saya anak perempuan tinggal di kos sendiri,” paparnya.(*)

Berita Sikka Terkini

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved