Unwira Kupang
Sambut Puncak Dies Natalis Ke 39, Kampus Unwira Gelar Kegiatan Ilmiah
Covid justru dilawan dengan seni. Termasuk semua aturan pandemi dimakanai sebagai sesuatu yang estetis atau seni.
Penulis: Ray Rebon | Editor: Rosalina Woso

Ada tiga pendekatan untuk membaca penderitaan termasuk derita akibat pandemi Covid.
Pertama, sebut Romo Okto, adalah jalan anastesis. Yaitu berjuang untuk mengabaikan hal yang tidak penting.
Kedua adalah Destruksi Estetika. Yaitu coba untuk melawan penderitaan dengan cara seni. Yaitu manusia bisa melawan pandemi tidak dengan amarah dan kekuatan tapi dengan estetika atau perasaan seni.
Misalnya dengan melihat kegiatan cuci tangan itu sebuah seni. Memakai masker itu sebuah seni. Dan jarak jarak itu sebuah seni bertindak.
Sehingga, tanpa konfrontasi, Covid justru dilawan dengan seni. Termasuk semua aturan pandemi dimakanai sebagai sesuatu yang estetis atau seni.
Pembicara berikutnya, Dr. Perseveranda, coba menyoroti masalah Kemiskinan di NTT. Ia mengemukakan ide tentang strategi penanggulangan kemiskinan di NTT.
Baca juga: Satgas SPIP Terintegrasi Lingkup Pemprov NTT Dikukuhkan Wakil Guberur NTT
Menurutnya, kemiskinan di NTT harus ditangani dengan serius. Ukuran kemiskinan itu bisa dilihat dari pemenuhan kebutuhan pokok. Di mana untuk NTT ukuran nominalnya adalah Rp. 403 ribu per bulan.
Pendapatan perkapita perorang itu wajib dilampaui agar dia tidak miskin. Jika di bawah angka tersebut maka dia miskin.
Sehingga menurut Dr. Perseveranda, orang miskin di NTT adalah mereka yang butuh perhatian pemerintah, gereja dan semua orang.
Sebab, sebagaimana kata-kata Bunda Teresa dari Kalkuta bahwa: "Kalau kita tidak bisa memberi makan kepada 100 orang, maka kita cukup memberi makan kepada satu orang."
Dan di NTT, jika menggunakan persentase kemiskinan maka wilayah Sumba Tengah dan Sabu Raijua juga Sumba secara keseluruhan, dn TTS, menyumbang angka kemiskinan tertinggi.
Menurut Dr. perseveranda, strategi penanggulangan kemiskinan yang harus digunakan adalah: penguatan sistem jaminan sosial nasional, pengutan fungsi pendampingan dalam melaksanakan program bantuan sosial, pengmbangan integrasi dan digitalisasi bantuan sosial, penguatan sistem perlindungan sosial, dn peningkatan kesejahteraan sosial bagi kelompok rentan.
Baca juga: Pemprov NTT Serius Kembangkan Pariwisata Labuan Bajo Manggarai Barat
Ir. Hani Hendrikus dalam pemaparannya tentang bencana dari perspektif ilmu teknik, menegaskan sebuah tesis menarik bahwa: "Bencana adalah laboratorium terbuka untuk belajar banyak hal. Dan tidak ada bencana yang sia-sia dalam peradaban manusia."
Menurut Hendrikus, yang ingin ditekankan di sini adalah bahwa selalu ada kekuatan super yang muncul di tengah ancaman.
Contohnya manusia, ketika dikejar anjing, orang bisa berlari melompati rembok meski dia tidak pernha melakukan itu. Sama halnya dengan pandemi. Tidak ada yang sia-sia. Pasti ada manfaatnya bagi peradaban manusia.