Timor Leste

Awalnya Menolak, Alasan Soeharto Caplok Timor Leste pun Terkuak, Ternyata Termakan Bujuk Rayu

Indonesia pernah mencaplok Timur Timor. Awalnya Presiden Soeharto enggan tapi akhirnya dilakukan juga, simak alasannya.

Editor: Yeni Rahmawati
Pemerintah Timor Leste
Alasan Soeharto caplok Timor Leste 

POS-KUPANG.COM - Sejak Oktober 1999 Timor Timur resmi berpisah dengan Indonesia.

Setelah merdeka nama Tim-Tim berganti menjadi Timor Leste.

Menilitik Timor Leste sebelum merdeka, Tim-Tim berusaha menentukan nasib sendiri, antara bergabung dengan Indonesia, Portugal, atau berdiri sendiri.

Namun, entah bagaimana ceritanya Indonesia justru masuk dan sempat mencaplok Timor Timur dalam waktu sebentar.

Inilah alasan Indonesia mencaplok Timor Timur.

Baca juga: Ternyata Ini Alasan Soeharto Caplok Timor Leste Hingga Bikin Australia Ketar-ketir

Awalnya bermula dari pertemuan Australia dan Indonesia tahun 1974-1976, yang dimuat dalam buku setebal 900 halaman.

Dalam dokumen itu dijelaskan keinginan kuat perdana menteri Australia Gough Whitham, yang memaksakan kehendaknya.

Salah satunya adalah permintaan untuk mencaplok Timor Leste, oleh Indonesia.

Lalu, dalam pertemuan dengan Presiden Soeharto tahun 1974, Whitham mengatakan dengan hati-hati bahwa Timor Timur harus berintegrasi dengan Indonesia.

Dilansir dari Serambisnews.com, Catatan pertemuan Australia mengutip pernyataan Whitlam, "Timor Portugis terlalu kecil untuk merdeka."

Baca juga: Kasus Covid-19 Terus Terjadi di Timor Leste, Taur Mantan Ruak: Percayakan Tenaga Kesehatan

"Itu tidak layak secara ekonomi. Kemerdekaan tidak akan diterima di Indonesia, Australia, dan negara-negara lain di kawasan ini," katanya

Whitlam, catatan laporan itu, menawarkan dua pemikiran dasar, "Pertama, dia percaya bahwa Timor Portugis harus menjadi bagian dari Indonesia."

"Kedua, ini harus terjadi sesuai dengan keinginan yang diungkapkan dengan benar oleh rakyat Timor Portugis (julukan Timor Timur sebelum menjadi Timor Leste)."

Perdana Menteri Australia menekankan bahwa ini belum menjadi kebijakan Pemerintah tetapi kemungkinan akan menjadi seperti itu.'

Saat itu Suharto menjawab bahwa Timor Timur bisa menjadi "duri di mata Australia dan duri di punggung Indonesia".

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved