Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Sabtu 18 September 2021: Optimisme dengan Hati
Awal dari penaburan itu begitu kecil, begitu rentan terhadap kegagalan, bahkan begitu jelas gagal total; tetapi pada akhirnya hasil begitu pasti
Renungan Harian Katolik Sabtu 18 September 2021: Optimisme dengan Hati (Lukas 8:4-15)
Oleh: RD. Fransiskus Aliandu
POS-KUPANG.COM - Ada salah satu hal yang mengherankan, tak terduga dalam perumpamaan tentang penabur.
Bahwa awal dari penaburan itu begitu kecil, begitu rentan terhadap kegagalan, bahkan begitu jelas gagal total; tetapi pada akhirnya hasil begitu pasti, berlipat ganda.
Tiga perempat dari benih yang ditaburkan percuma, mati, gagal. Seperempat pertama, diinjak orang dan burung-burung di udara memakannya sampai habis.
Seperempat kedua, menjadi kering karena tidak mendapat air. Seperempat ketiga, dihimpit semak berduri hingga mati.
Tetapi seperempat yang sisa membawa buah begitu berlimpah, mengagumkan. Hasilnya seratus kali lipat (Luk 8:6-8). Wouwww ... amazing!!!
Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 17 September 2021: Berkeliling dan Berbuat Baik
Dengan ini bisa dilihat satu hukum yang berlaku di mana saja. Sukses berawal dari kegagalan. Sekalipun ada kegagalan, hasilnya selalu di luar dugaan. Kerja keras, perjuangan, pengorbaanan adalah jaminan keberhasilan.
Inilah juga ajaran tentang Kerajaan Sorga yang diwartakan Yesus: betapa pun ada tantangan dan kegagalan, selalu ada akhir yang berlimpah. Koq bisa ya?
Iya ialah … karena di dalamnya ada daya kuasa Allah yang demikian besar dan dahsyat. Rencana-Nya selalu mencapai tujuan. Tidak ada yang bisa menghalangi. Tak ada yang bisa membatalkan. Tak mungkin ada yang bisa menggagalkan.
Membaca dan merenungkan kisah perumpamaan ini, saya terinspirasi untuk memantapkan diri: kalau begitu sebagai murid Yesus, saya harus menjadi orang bersikap optimistis atas dasar kuasa Allah, bukan berdasarkan analisis manusiawi melulu.
Saya harus melihat bahwa di balik kegagalan yang kelihatan, ada kepastian bahwa rahmat Allah selalu berjaya. Selalu ada hasil, tak percuma, atas sesuatu cara.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu, 12 September 2021: Mengenal dan Mengimani Tuhan secara Pribadi
Sejak penaburan, sejak perencanaan dan langkah awal program yang saya lakukan, Allah sudah beroperasi sekalipun tak selalu langsung kelihatan nyata bagi mata.
Kegagalan pasti selalu ada. Tetapi kegagalan itu mengajarkan saya banyak hal. Setidaknya membuka mata hati saya bahwa saya belum sukses, bukan karena Tuhan tidak bantu dan campur tangan, melainkan Ia memiliki waktu sendiri untuk memberikan kemulusan dan kesuksesan buat saya.
Dan hal itu nyata berdasarkan keputusan-Nya, bukan berdasarkan keinginan, rencana dan kalkulasi saya.
Kegagalan bisa mengajarkan saya, agar saya melihat segalanya dengan kacamata Tuhan. Kegagalan mengajarkan saya mengenai kerendahan hati, kesabaran, pantang menyerah; mendewasakan dan mematangkan diri saya.
Kegagalan adalah bagian dari rahasia pertumbuhan. Saya teringat kata-kata St. Paulus, “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri. Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah” (1kor :6-9).
Selain itu, ini pun perlu saya sadari bahwa saya bukanlah satu-satunya faktor penentu. Masih banyak faktor yang lain di luar jangkauan saya. Se-briliant apa pun otak dan pikiran saya, se-sistematis dan se-teratur apa pun konsep dan rencana saya, se-hebat apa pun kemampuan dan keterampilan saya; tak bisa memberi jaminan kepastian bahwa semuanya akan berjalan lancar dan sukses. Pada titik ini, saya tetap harus menyerahkan Tuhan. "Allah yang memberi pertumbuhan".
Saya selalu ingat, dosen teologi dogmatik saya. Beliau selalu mengawali kuliah dengan doa, "Tuhan, pangkal dan tujuan kegiatan kami, terangilah budi kami dalam merencanakan pekerjaan kami. Dampingilah kami dalam melaksanakannya dan berilah rahmat-Mu untuk menyelesaikannya dengan baik".
Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 6 September 2021: Perkara Niat
Terakhir, tapi paling mendasar, "benih" yang ditabur bukanlah benih gandum, padi, sayuran, atau usaha apa pun. Tapi sesungguhnya adalah "Firman".
Firman tidak dapat ditaburkan, melainkan diucapkan, disampaikan, diberitakan, diperdengarkan.
Memang tak dijelaskan siapakah "pengucap" atau "penabur" firman". Tapi sudah bisa terbaca bahwa Yesus-lah, sang penyampai, Penaburnya.
Pun tak diterangkan kapan penaburan terjadi dan kapan saat berbuah dan panenan. Soalnya, aksentuasi dari perumpamaan adalah sasaran atau tempat ditaburkan firman, yaitu dalam hati manusia. Bukan di sembarang tempat.
Yesus selalu menabur ke dalam hati manusia. Sebab firman adalah sesuatu yang perlu ditanggapi. Proses penanggapan itu terjadi dalam hati.
Hati adalah tempat manusia mengambil keputusan-keputusan yang menentukan dalam seluruh hidupnya. Hati-lah yang mengarahkan pikiran, menjaga rasa, menentukan sikap dan langkah mana yang harus diambil.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 18 September 2021: Siapa Bertelinga Hendaklah Ia Mendengar
Olehnya, saya harus berusaha untuk punya hati yang baik. Yakni hati yang terbuka mendengar firman, menyimpannya, dan mengeluarkan buah dalam ketekunan (bdk. Luk 8:15). *
Teks Lengkap Bacaan 18 September 2021:

Bacaan I : 1 Timotius 6:13-16
Taatilah perintah ini tanpa cacat sampai saat kedatangan Tuhan
Saudara terkasih, di hadapan Allah yang menghidupkan segala sesuatu dan di hadapan Yesus Kristus yang memberi kesaksian yang benar di hadapan Ponsius Pilatus, aku memperingatkan engkau, "Taatilah perintah ini tanpa cacat dan tanpa cela hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.
Saat itu akan ditentukan oleh Penguasa satu-satunya yang penuh bahagia, Raja di atas segala raja dan Tuan diatas segala tuan.
Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada kematian, dan bersemayam dalam cahaya yang tak terhampiri.
Tak seorang pun pernah melihat Dia, dan tak seorang manusia pun dapat melihat Dia.
Bagi Dialah hormat dan kuasa yang kekal. Amin.
Demikianlah Sabda Tuhan
Syukur kepada Allah
Mazmur Tanggapan : 100:2.3.4.5
Refr.: Singkirkanlah penghalang sabda-Mu, cairkanlah hatiku yang beku, dan bimbinglah kami di jalan-Mu
- Beribadatlah kepada Tuhan dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!
- Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah; Dialah yang menjadikan kita, dan punya Dialah kita; kita ini umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.
- Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, masuklah ke pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya, dan pujilah nama-Nya!
- Sebab Tuhan itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun.
Bacaan Injil: Lukas 8:4-15
Yang jatuh di tanah yang baik ialah orang yang mendengar sabda itu dan menyimpannya dalam hati, dan menghasilkan buah dalam ketekunan
Banyak orang datang berbondong-bondong dari kota-kota sekitar kepada Yesus. Maka Yesus berkata dalam suatu perumpamaan, "Adalah seorang penabur keluar menaburkan benih.
Waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak-injak orang dan dimakan burung-burung di udara sampai habis.
Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan tumbuh sebentar, lalu layu karena tidak mendapat air.
Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, sehingga terhimpit sampai mati oleh semak-semak yang tumbuh bersama-sama.
Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, lalu tumbuh dan berbuah seratus kali lipat." Sesudah itu Yesus berseru, "Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah mendengar."
Para murid menanyakan kepada Yesus maksud perumpamaan itu.
Yesus menjawab, "Kalian diberi kurnia mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi hal itu diwartakan kepada orang lain dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat, dan sekalipun mendengar mereka tidak mengerti.
Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah Sabda Allah. Yang jatuh di pinggir jalan ialah orang yang telah mendengarnya, kemudian datanglah Iblis, lalu mengambil sabda itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan.
Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu, ialah orang yang setelah mendengar sabda itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka tidak berakar. Mereka hanya percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad.
Yang jatuh dalam semak duri, ialah orang yang mendengar sabda itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran, kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga tidak menghasilkan buah yang matang.
Yang jatuh di tanah yang baik ialah orang yang mendengar sabda itu dan menyimpannya dalam hati yang baik, dan menghasilkan buah dalam ketekunan."
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus