Laut China Selatan

Amerika Serikat Membuka Medan Pertempuran Baru dengan China di Indo-Pasifik

China telah diprediksi menanggapi perkembangan dengan memperingatkan bahwa formasi baru akan menimbulkan perlombaan senjata dan mengacaukan kawasan.

Editor: Agustinus Sape
bbc.com
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden 

Amerika Serikat Membuka Medan Pertempuran Baru dengan China di Indo-Pasifik

POS-KUPANG.COM - Australia-Inggris-Amerika Serikat (AUKUS) telah muncul sebagai aliansi keamanan baru dengan Inggris dan Amerika Serikat untuk melengkapi Australia dengan kapal selam nuklir.

Meskipun Presiden AS Joe Biden, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan Perdana Menteri Australia Scott Morrison belum menyebutkan nama China, tersirat bahwa Amerika ingin membangun medan pertempuran baru di Laut China Selatan.

China telah diprediksi menanggapi perkembangan dengan memperingatkan bahwa formasi baru akan menimbulkan perlombaan senjata dan mengacaukan kawasan.

Datang seperti yang terjadi setelah penarikan Amerika dari Afghanistan bulan lalu, tampaknya itu adalah tindakan kompensasi psikologis untuk ego Amerika.

Juga merupakan pandangan Presiden Biden bahwa kepentingan nasional dan keamanan Amerika lebih dipertaruhkan di Indo-Pasifik daripada di Asia Tengah atau Barat.

Baca juga: Laut China Selatan Memanas, China Tambahkan Kapal Baru yang Kuat ke Armada Patroli Maritim

Amerika menganggap China sebagai musuh utama, baik di front ideologis maupun militer. Ironisnya terletak pada kenyataan bahwa Amerika Serikat dan juga Australia terhubung ke China secara rumit dalam hal ekonomi.

Perusahaan-perusahaan Australia, meskipun jengkel, melihat ke China untuk peluang bisnis, dan Amerika tidak dapat menahan godaan barang-barang China.

Dengan pengaruh ekonominya yang semakin besar, tidak dapat dihindarkan bahwa China akan melenturkan ototnya di Laut China Selatan, dan ini diterjemahkan menjadi perang militer.

Taiwan tetap menjadi rebutan dengan Beijing mengklaim bahwa itu adalah bagian dari kebijakan Satu China.

Ini adalah titik diperdebatkan apakah Beijing akan menggunakan tindakan militer untuk mengambil kendali Taiwan dan apakah Amerika akan siap berperang dengan China atas Taiwan.

Saat ini, hubungan China-Taiwan berkembang pesat di bidang ekonomi dengan investasi Taiwan yang makmur di China.

Bagi Taiwan, China adalah pasar yang menguntungkan. Betapapun rapuh dan gentingnya, baik China maupun Taiwan ingin mempertahankan status quo.

Orang-orang Amerika yang membela kemerdekaan Taiwan kemudian menjadi kepura-puraan belaka.

Perlu diingat bahwa dari tahun 1949, ketika komunis menguasai China daratan, hingga tahun 1972 ketika Richard Nixon melakukan perjalanan bersejarah ke China, Taiwanlah yang menjadi anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB), dan dihitung sebagai bagian dari Lima Kuat (P5) bersama dengan Amerika Serikat, Inggris, Uni Soviet (sekarang Rusia) dan Prancis.

Sejak pemindahannya pada tahun 1972, Taiwan telah bertahan seperti berada di ujung tanduk.

Baca juga: Amerika dan Australia Prihatin atas Klaim Maritim China yang Meluas di Laut China Selatan

Para ahli internasional telah mengacu pada Perang Dingin Baru antara Amerika Serikat dan China, lebih dari seperempat abad kemudian setelah Perang Dingin lama antara Amerika Serikat dan Uni Soviet berakhir dengan runtuhnya Uni Soviet.

Apa pun fluktuasi dalam perebutan kekuasaan antara Amerika dan China, sangat tidak mungkin komunisme akan runtuh di China seperti yang terjadi di Rusia.

China telah memeluk kapitalisme dan ekonomi pasar hampir 45 tahun yang lalu, dan telah muncul sebagai ekonomi yang kuat di pasar global.

Uni Soviet adalah kekuatan militer yang harus diperhitungkan, tidak pernah menjadi kekuatan ekonomi seperti China saat ini.

Ada juga fakta bahwa pengaruh ekonomi Amerika relatif berkurang. Hal ini membuat perebutan kekuasaan antara Dua Besar, Cina dan Amerika, menjadi jenis kontes yang berbeda.

Tidak akan ada pemenang atau pecundang yang jelas. Melalui Belt Road Initiative (BRI), China menyebarkan pengaruhnya dengan cara yang sama seperti yang dilakukan Amerika melalui bantuan ekonomi pada 1950-an dan 1960-an.

Baca juga: China Kerap Terganggu Armada AS di Laut China Selatan, Kini Giliran Laut Amerika Diterobos China

Tampaknya Amerika selamanya mencari saingan, jika bukan musuh, meskipun Presiden Biden telah menyatakan ketidaksukaan Amerika untuk perang selamanya.

Sumber: https://www.gulftoday.ae/

Berita laut China Selatan lainnya

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved