Timor Leste

Mantan PM Timor Leste Tiba-Tiba Puji Indonesia, Dulu Sebut Musuh Terbesar, Kini Jadi Pendukung Utama

Dulu, ketika masih menjadi bagian dari NKRI dengan nama Timor Timur, sosok yang satu ini tak henti-hentinya mencela Indonesia.

Editor: Frans Krowin
Zika Zakiya via intisari
Mantan perdana menteri Timor Leste, Mari Alkatiri selepas bersembahyang Idul Fitri bersama rombongan 

POS-KUPANG.COM – Dulu, ketika masih menjadi bagian dari NKRI dengan nama Timor Timur, sosok yang satu ini tak henti-hentinya mencela Indonesia.

Ia mencap Indonesia sebagai musuh terbesar, sebagai penjahat utama yang harus dilawan sampai kapan pun.

Ia tak sungkan-sungkan menyebut Indonesia sebagai penjajah di negeri tanah leluhur mereka.

Bahkan anggapan tersebut terus digelorakan hingga ketika dilangsungkannya jajak pendapat di Timor Timur tahun 1999 silam.

Dan, tatkala dalam referendum 30 Agustus 1999 menghasilkan 80 persen rakyat timor timur memilih merdeka, sejak saat itu, cap negatif itu pun mulai redup.

Ketika secara resmi menjadi negara merdeka pada 20 Mei 2002 lalu, sejak itu pula Timor Timur berganti nama menjadi Timor Leste.

Baca juga: Pekerja Timor Leste Tidak Memenuhi Syarat untuk Visa Kerja Pertanian Australia

Bahkan pandangan Timor Timur ke Indonesia juga berubah drastis.

Jika sebelumnya mencap Indonesia sebagai musuh terbesar dan atau penjajah yang harus dilawan, kini Indonesia disebut sebagai pendukung utama Timor Leste.

Dan, yang memuji-muji Indonesia, salah satunya, yakni Mari Alkatiri, Perdana Menteri Timor Leste periode kepemimpinaN 2002-2006.

Mantan Perdana Menteri Timor Leste ITU mengatakan bahwa setelah hampir dua dekade berpisah dari Indonesia, hubungan negara dengan tetangganya terus menguat meskipun ada beberapa masalah yang belum terselesaikan.

Alkatiri menjabat sebagai perdana menteri pertama Timor Leste dari 2002 hingga 2006.

Alkatiri mengatakan bahwa Indonesia "adalah pendukung terbesar kami."

Baca juga: Timor Leste dan Santos Australia Tanda Tangan Perjanjian Skema CCS 1,6 Miliar Dollar di Bayu Undan

Dalam wawancara eksklusif dengan Arab News di sebuah hotel dekat markas besar partai Fretilin pada tahun 2018 lalu, Alkatiri, sekretaris jenderal Fretilin, menggambarkan hubungan Timor Timur dengan mantan penjajahnya sebagai "luar biasa, sangat baik."

“Kami masih memiliki beberapa masalah yang tertunda, seperti perbatasan laut dan darat di Oecussi,” katanya.

Pernyataannya merujuk pada eksklave pesisir Timor Timur yang dikelilingi oleh provinsi Nusa Tenggara Timur di Indonesia, yang terletak di bagian barat Pulau Timor.

Timor Leste terletak di bagian timur pulau itu.

Oecussi adalah zona administratif khusus dan telah ditetapkan sebagai zona ekonomi khusus dengan Alkatiri sebagai presidennya.

Alkatiri mengatakan kedua negara perlu segera menyelesaikan masalah perbatasan karena akan sulit untuk menetapkan perbatasan laut di Laut Sawu tanpa batas darat yang ditandai dengan jelas.

“Tetapi niat baik dari kedua pemerintah ada di sana,” katanya, seraya menambahkan bahwa pemerintahan Timor Leste secara berturut-turut akan terus memperkuat hubungan antara kedua negara.

Baca juga: Selain China, Timor Leste Menjalin Kerja Sama Pembangunan dengan Korea Selatan  

Alkatiri menyebut Indonesia sebagai "pendukung terbesar" Timor Leste dalam upayanya menjadi anggota ke-11 Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).

Indonesia adalah salah satu negara pendiri ASEAN ketika didirikan pada tahun 1967, dan dianggap sebagai pemimpin de facto.

Indonesia mendukung tawaran ASEAN untuk Timor Leste ketika Timor Leste secara resmi mengajukan permohonannya pada tahun 2011 selama Indonesia menjadi pemimpin ASEAN.

Singapura, ketua saat itu, enggan untuk menyambut Timor Leste ke dalam blok itu.

Tetapi, Singapura mengatakan mengharapkan Timor Leste memenuhi persyaratan untuk mengizinkannya menjadi anggota.

Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengatakan setelah menjadi tuan rumah KTT para pemimpin ASEAN pada bulan April 2018 bahwa topik tersebut telah dibahas selama forum.

Baca juga: Timor Leste Kibarkan Bendera Setengah Tiang Tanda Berkabung atas Meninggalnya Jorge Sampaio

Tetapi "tidak ada diskusi yang diperpanjang tentang masalah tersebut dalam pertemuan ini."

Alkatiri mengatakan bahwa keanggotaan ASEAN adalah "mimpi yang sangat panjang".

Sejauh tahun itu, Timor Leste telah memenuhi dua persyaratan untuk menjadi anggota ASEAN: Negara tersebut terletak di Asia Tenggara dan memiliki kedutaan besar di 10 negara anggota.

“Ini salah satu dari sedikit hal yang menjadi konsensus antara pimpinan Timor Leste, meski ada perbedaan,” ujarnya.

Sementara itu, Xanana Gusmao mengatakan Timor Leste sedang melakukan yang terbaik untuk menjadi anggota ASEAN.

"Kami memahami beberapa negara (anggota) berpikir kami belum siap, tetapi cepat atau lambat, kami akan menjadi anggota," kata Gusmao kepada Arab News dalam wawancara di markas besar partainya Kongres Nasional untuk Rekonstruksi Timor (CNRT).

Baca juga: Meski Di Asia Tenggara, Timor Leste Dianggap Sebagai Penghambat Lajunya Pembanguan ASEAN, Simak Ini

Alkatiri mengatakan, kebutuhan paling mendesak bagi Timor Leste adalah investasi pemerintah dalam infrastruktur publik, seperti pendidikan dan kesehatan, dan pengeluaran untuk kebutuhan hidup dasar, seperti perumahan masyarakat dan air bersih.

Untuk diketahui, hampir setengah dari 1,2 juta penduduk Timor Leste masih hidup dalam kemiskinan,

“Ini adalah negara berusia 16 tahun. Kita masih perlu membangun bangsa; Kita perlu perkuat pondasi bangsa, kelembagaan, pondasi politik, semua orang perlu ikut berusaha,” ujarnya. (*)

Berita Lain Terkait Timor Leste

Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Dulu Sebut Indonesia Penjajah Kejam, Mantan Perdana Menteri Timor Leste Ini Tiba-tiba Puji Indonesia

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved