Salam Pos Kupang
Petani dan Marwah Koperasi
MENTERI Koperasi dan UKM Teten Masduki menyatakan petani tidak mungkin mampu membangun ketahanan pangan
POS-KUPANG.COM- MENTERI Koperasi dan UKM Teten Masduki menyatakan petani tidak mungkin mampu membangun ketahanan pangan yang menjadi program unggulan pemerintahan Presiden Joko Widodo ( Jokowi) dengan kepemilikan lahan sempit.
Selain berlahan sempit, petani juga tidak terhubung dengan pasar. Kondisi tersebut yang akhirnya akan menyuburkan tumbuhnya tengkulak. Para petani berlahan sempit harus mendirikan atau bergabung ke dalam koperasi agar bisa masuk skala ekonomi.
Di NTT sendiri mayoritas wargany adalah petani dan memiliki lahan yang sempit. Belum ada petani NTT yang memiliki lahan berhektar-hektar dalam mengembagkan usahanya. Mereka juga sangat jauh dari akses modal ke perbankan himbara (bank pemerintah) karena syarat-syarat pinjaman yang sulit dipenuhi.
Sementara, Provinsi NTT sendiri merupakan 'Provinsi Koperasi' dan koperasi tumbuh dimana-mana, baik koperasi simpan pinjam, koperasi produsen, koperasi konsumen, koperasi pemasaran dan koperasi jasa.
Baca juga: Bupati Malaka Sidak ke Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan, Ini Informasi yang Diterimanya
Dan, Provinsi NTT juga adalah salah satu dari lima provinsi di Indonesia dengan tingkat berkoperasi tinggi dengan 17,77 persen, selain Bali dengan 25,89 persen, DI Yogyakarta dengan 22,92 persen, Kalimantan Barat 22,28 persen dan Jawa Tengah dengan 18,64 persen.
Jumlah penduduk NTT yang menjadi anggota koperasi adalah 1 juta orang. Jika koperasi di NTT benar-benar menyelenggarakan marwah koperasi pasti banyak anggotanya sejahtera. Tetapi, apa yang terjadi, banyak pula anggota yang terjerat uutang dan pinjaman koperasi.
Julukan dan peringkat koperasi tidaklah penting jika marwah koperasi yang sesuai dengan jiwa bangsa, yakni gotong royong dan kekeluargaan tidak bisa diterapkan secara baik.
Banyak koperasi yang sudah terlanjur menjadi kapitalis dan memperkaya para pengurus dan karyawan koperasi, sedangkan anggota hanyalah sebuah 'sapi perah' yang setiap bulan harus mencicil bunga pinjaman. Belum lagi, kebiasaan orang NTT yang konsumtif.
Baca juga: Buka Rapat Koordinasi Dengan PPL,Wabup Heri: PPL Salah Satu Faktor Utama Pendukung Ketahanan Pangan
Terkait petani yang mau tidak mau harus mendirikan koperasi atau masuk menjadi anggota koperasi hendaknya petani kita mulai sadar dan pintar. Jangan sampai hanya menjadi sapi perah, dan koperasi jauh sekali dari marwahnya yakni mensejahterakan anggota.
Para petani di NTT hendaknya tidak mudah terprovokasi dengan janji-janji koperasi yang ujung-ujung memiskinkan anggota. Para petani hendaknya masuk ke dalam korporatisasi petani sehingga bisa mengelola pertanian secara lembaga.
Dengan adanya lembaga yang mewadahi, petani menjadi kuat dan bisa masuk dalam program pemberdayaan petani melalui penguatan kelembagaan. Korporatisasi petani yang cocok hanyalah koperasi.
Jika sudah memiliki lembaga dan masuk dalam koperasi, para petani diharapkan mampu mengelolah bisnisnya. Karena, petani tidak disibukkan dengan model bisnis dan pemasaran, akan dikemanakan produksi pertanian mereka setelah diproduksi, karena merupakan ranahnya koperasi.
Dan, petani hanya fokus pada pengembangan lahan pertanian dan memproduksi hasil pertanian sebanyak-banyaknya.
Untuk mencapai kesejahteraan petani, hendaknya petani kita tidak berjalan sendiri dan memberdayakan diri sendiri. Para petani hendaknya diberikan pemahaman dan pengetahuan yang mumpuni agar mampu mengembangkan usaha pertanian.