Wawancara Eksklusif
Mendikbud Ristek Nadiem Makarim Belajar Menahan Frustrasi: 2 Tahun Jadi Menteri Serasa 20 Tahun (1)
Mendikbud Ristek Nadiem Makarim Belajar Menahan Frustrasi: Dua Tahun Jadi Menteri Serasa 20 Tahun (1)
Tentu transisi dari swasta itu nggak mudah. Di swasta sebagai founder dan CEO kita bilang A, ya udah A jalan. Tapi kalau di pemerintah nggak semudah itu, dimana kita punya dependensi dengan berbagai macam kementerian, level pemerintahan daerah, kabupaten, provinsi, dan bukan cuma itu, stakeholdernya itu semua.
Kalau perusahaan itu stakeholdernya kan investor dan staf kita. Di pemerintah saja sudah banyak stakeholdernya, tapi di dunia pendidikan semua orang itu menjadi pakar pendidikan.
Dua tahun terakhir saya merasa telah tumbuh berkembang jauh lebih banyak daripada saat saya tujuh tahun di sektor swasta. Lebih sulit, menantang, rumit, kompleks, kita harus belajar menahan frusrtasi, sabar, mendengarkan orang dari berbagai macam organisasi, kalangan masyarakat, dan proses pembelajaran itu luar biasa.
Inilah yang mengasah kemampuan kepemimpinan saya dan tim, dan ke depan itu jadi merasa nggak terlalu takut dengan apapun, karena sudah mengalami hal yang begitu sulit, rumit.
Sejak empat bulan lalu, portofolio Anda bertambah dengan masuknya Ristek ke Kemendikbud. Ini musibah atau berkah?
Kata musibah atau anugerah itu kayaknya kurang tepat. Ini adalah amanah, mungkin itu kata yang lebih tepat menjelaskan tambahan tugas ini. Tentunya alasan tugas ini ditaruh di kementerian saya juga harus perjelas. Sebenarnya ada pembagian tugas.
Ada alasan mengapa itu di merger ke kementerian kami, karena kami yang memegang universitas. Jadi nggak semua beban di kita, BRIN adalah leading sectornya untuk riset strategis pemerintah, akan desentralisasi di BRIN.
Berarti tidak akan tumpang tindih antara BRIN dan Kemendikbudristek ya?
Betul, dan saling complimentary, saling mendukung. Jadinya kalau BRIN membutuhkan payung regulasi untuk mendukung inisiatif mereka ya kita support mereka. Misalkan membutuhkan talenta peneliti dari perguruan tinggi, kita yang akan membantu memfasilitasi dan membuka pintunya.
Sejumlah perguruan tinggi melakukan riset terkait vaksin Merah Putih. Dalam konteks ini, dimana peran Kemendikbudristek?
Kami yang mendukung dari sisi kebijakan, juga kalau ada bantuan dari sisi bukan hanya regulasi tapi payung hukum daripada semua aktifitas. Karena risetnya dilakukan didalam universitas kita. Jadi kami yang mendorong universitas untuk bebas berkarya dalam menyelesaikan project vaksin Merah Putih ini.
Peran Kemendikbudristek ini berhenti ketika vaksin sudah mendapat izin dari BPOM? Baru setelahnya menjadi urusan BRIN?
Sebenarnya sekarang itu sudah dibawah payungnya BRIN juga, mereka pun terlibat. Mereka yang melaksanakan berbagai macam inisiasi di berbagai universitas kita. Jadi benar-benar mitra. Kita harus membuka ruangnya dan memastikan fasilitasnya ada, dosen dan karirnya semua terdukung.
Lalu BRIN yang akan mengambil inisiasi dari berbagai macam risetnya, hilirisasinya lalu tentunya Kementerian Kesehatan akan jemput bola, insyaallah kalau vaksinnya sudah diapprove oleh BPOM. (tribunnetwork/vincentius jyestha)