KKB Papua
Teka Teki Pembantaian 4 Prajurit TNI di Posramil Kisor Akhirnya Terkuak: KNPB, Jangan Cuci Tangan!
Satu persatu bukti tentang dalang penyerangan dan pembantaian 4 prajurit TNI di Posramil Kisor, sudah dikantongi aparat gabungan TNI Polri.
Pihaknya juga menduga, pasca pertemuan dan seusai melakukan penyerangan dengan membantai 4 prajurit TNI dan melukai beberapa lainnya, para pelaku kemudian memerintahkan masyarakat untuk kabur.
Buktinya, setelah insiden pembantaian itu, masyarakat kabur dan berlindung ke hutan.
Diberitakan sebelumnya, sekitar 50 orang tak dikenal menyerang Posramil Kisor di Aifat Selatan, Kabupaten Maybrat, Papua Barat, Kamis 2 September 2021 dini hari.
Pangdam XVIII/Kasuari Mayjen I Nyoman Cantiasa menyatakan, para pelaku adalah Kelompok Separatis Teroris (KST) yang ingin mengacaukan situasi keamanan di Papua.
Penyerangan yang dilakukan pukul 03.00 WIT itu mengakibatkan empat prajurit TNI gugur dan dua lainnya mengalami luka berat.
Empat anggota TNI yang gugur adalah Serda Amrosius, Praka Dirham, Pratu Zul Ansari, dan Lettu Chb Dirman.
Sementara dua personel yang mengalami luka berat, yaitu Sertu Juliano dan Pratu Ikbal.
Baca juga: Kapolda Papua Barat: Sosok Ini yang Bunuh 4 Prajurit TNI di Posramil Kisor, Kaki Tangan KKB Papua?
Masyarakat 24 Kampung Lari Ke Hutan
Sejak kejadian pembantaian prajurit TNI itu, masyarakat yang selama ini berdomisili di sekitar Posramil Kisal di Aifat Selatan, lari masuk hutan.
Warga yang saat ini memilih mengungsi di hutan, jumlahnya terus meningkat dari hari ke hari.
Hal ini diungkapkan Juru Bicara Jaringan Damai Papua (Jubir JDP), Yan Cristian Warinussy.
Warinussy mengatakan, informasi tentang pengungsian tersebut diperoleh dari contact person yang ada di Aifat Selatan, Maybrat.
"Jadi masyarakat yang mengungsi di Maybrat, hingga saat ini sudah mencapai 24 kampung," ungkap Warinussy, Selasa 7 September 2021.
Mereka terdiri dari masyrakat di 18 kampung di Distrik Aifat Selatan dan 6 kampung di Distrik Aifat Timur.
"Diperkirakan yang mengungsi saat ini ke hutan sekitar 500 hingga 700 jiwa. Lebih banyak adalah perempuan dan anak-anak," tutur Warinussy.