Berita TTU
Taklukkan Lahan Kering, Petani Milenial NTT Jadi Jutawan
Gebrakan yang dilakukan srikandi petani milenial asal Kabupaten TTU, NTT, Maria Yumetri Omenu, layak dijadikan inspirasi
POS-KUPANG.COM - Gebrakan yang dilakukan srikandi petani milenial asal Kabupaten TTU, NTT, Maria Yumetri Omenu, layak dijadikan inspirasi. Sebab, ia mampu menaklukkan lahan kering dan sukses mengelola bisnis hortikultura. Sukses ini mengantarkan Maria menjadi jutawan.
Dukungan diberikan Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL).
"Petani milenial harus jeli melihat peluang yang besar untuk pengembangan produk pertanian, termasuk sektor hortikultura. Dengan memanfaatkan hortikultura, petani dapat mensupport kekuatan perekonomian negara," kata Mentan SYL.
Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kementan, Dedi Nursyamsi, mengungkapkan bahwa kemajuan sektor pertanian sangat didukung oleh SDM yang kompetitif.
Baca juga: Kementan dan Komisi IV DPR RI Tingkatkan Kapastitas Petani Milenial dan Penyuluh di Rote Ndao
"Pertanian membutuhkan SDM yang andal dan unggul yang nantinya siap menjadi pengusaha pertanian milenial yang kreatif, inovatif, professional, berdaya saing dan tentunya mampu menyerap lapangan pekerjaan sektor pertanian sebanyak mungkin," katanya.
Dedi juga menambahkan bahwa selain memanfaatkan peluang, petani milenial lah yang mampu mendongkrak produktivitas dan menjaga kualitas dan menjamin kontinuitas produknya lewat inovasi teknologi. Dan peran DPM/DPA disini diharapkan mampu meresonansi generasi milenial lainnya.
"Para DPM dan DPA adalah contoh bagi petani-petani milenial di seluruh Indonesia, jadi dengan keterbatasan apapun harus bisa diatasi karena akan selalu ada jalan jika kita selalu berusaha dan berdoa," tutur Dedi.
Maria Yumetri Omenu, yang baru saja dikukuh sebagai Duta Petani Milenial (DPM) oleh Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu, terhitung sukses mengembangkan bisnisnya dalam bidang pertanian hortikultura lahan kering dengan komoditas antara lain melon, pitchay, brokoli, timun, labu, cabai besar, cabai keriting, dan kol.
Baca juga: Bersama DPR, Akademisi dan Petani Milenial, Kementan Tingkatkan Kapasitas Petani dan Penyuluh di TTU
Maria bersyukur, dari lahan kering ia mencampai omzet antara Rp 30 juta - Rp 40 juta.
Pengembangan hortikultura pada lahan kering mulai dilirik karena memiliki potensi dan peluang yang sangat besar untuk dikembangkan di masa yang akan datang.
"Faktor yang mempengaruhi usaha tani hortikultura di lahan kering kami bermacam-macam bisa dari faktor fisik dan faktor nonfisik. Faktor fisik antara lain topografi, Iklim, cahaya matahari dan temperatur/suhu, tanah. Faktor non fisik juga berpengaruh terhadap pertanian atara lain modal, tenaga kerja, pemasaran, transportasi, teknologi dan komunikasi," ungkap Maria.
Ia menambahkan bahwa tantangan dari bisnis hortinya adalah karena kurang sarana pertanian dan transportasi karena akses jalan ke lahan masih sulit selain itu pemberlakuan PPKM juga mempengaruhi pemasaran dan pendapatan.
Selain itu, Maria dan kelompok taninya memanfaatkan irigasi tetes sederhana selain dari air dari aliran sungai yang biasa dimanfaatkan untuk irigasi pertanian di daerahnya.
"Kami juga bekerjasama dengan berbagai pihak mulai dari pemerintah hingga swasta untuk mengembangkan bisnis kami di antaranya dengan Dinas Petanian TTU, PT. Power Agro , CV Duta Agro Mandiri , Bank NTT, dan Universitas Timor," imbuh wanita yang sedang mengikuti Pelatihan Kewirausahaan dengan DPM dan DPA se-NTT itu di BBPP Kupang. (*)