Berita Kota Kupang

SMA Katolik Sint Carolus di Kota Kupang Gelar KBKSN TA 2021/2022

Sekolah Menengah Atas (SMA) Katolik Sint Carolus Penfui Kota Kupang menggelar Kegiatan Bulan Kitab Suci Naisonal (KBKSN) tahun ajaran (TA) 2021/2022.

Editor: Ferry Ndoen
Keterangan foto: Irfan Hoi/
Kegiatan Bulan Kitab Suci Naisonal (KBKSN) tahun ajaran (TA) 2021/2022 di SMA Katolik Sint Carolus. 

Laporan reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi

POS-KUPANG.COM | KUPANG - Sekolah Menengah Atas (SMA) Katolik Sint Carolus Penfui Kota Kupang menggelar Kegiatan Bulan Kitab Suci Naisonal (KBKSN)  tahun ajaran (TA) 2021/2022.

Kegiatan itu dilakukan di halaman sekolah, Selasa 7 September 2021. 

Kegiatan  dilakukan untuk mendukung sekaligus memperkenalkan lingkungan sekolah dan kurikulum bagi siswa di tahun ajaran baru ini. 

Kepala kantor Kemenag Kota Kupang, Drs. Yakobus Beda Kleden, M.M, hadir dan sebagai pemateri di kegiatan itu menjelaskan beberapa program pokok dari kantornya.

Yakobus menjelaskan tentang perbedaan sekolah-sekolah yang berada dikewenangan kementrian agama dan dinas pendidikan.

Baca juga: Vaksin Dosis II Bagi Warga Kota Kupang Capai 39,11 Persen

Ia mengaku, pihaknya hanya memiliki kewenangan pada sekolah seperti madarsah yang langsung berada di naungan kementrian.

Sementara sekolah-sekolah umum, berada di naungan dinas pendidikan. Sekolah yang berada di naungan kementrian, dibentuk dengan mempunyai ciri keagamaan tertentu, misalnya sekolah madarasah.

"Disitu memang sekolah umum, tapi punya khas yang mengajarkan tentang agama Islam," katanya.

Lebih jauh, dia menerangkan, sekolah Katolik di NTT hanya ada di Ende, keuskupan Atambua dan beberapa di Malaka.

Sekolah itu, mempunyai ciri dalam pelajaran dengan memperkuat sisi keagamaan. Lulusan di sekolah keagamaan ini, kata dia, tetap diperbolehkan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi manapun.

Baca juga: HP Android bagi Pelajar Kota Kupang

Ia meminta juga, jika ada kegiatan perkenalan ataupun acara apapun yang bisa dibantu, pihak sekolah diharapkan bisa mengajukan permohonan bantuan anggaran atau apapun sehingga bisa dialokasikan sesuai dengan anggaran di kementrian agama.

Ketika mendengar, cerita dari Kepala SMA Katolik Sint Carolus, Fredus Kolo, S.Ag tentang pengalaman dalam keberagaman agama siswa, Yakobus meminta agar siswa dan semua guru tetap menerapkan pola-pola demikian untuk menjaga kemajemukan ini. 

Yakobus mengimbau, semua orang tidak boleh menghubungkan agama apapun dengan tindakan oknum atau kelompok yang tidak bertanggungjawab terhadap polemik.

Dia menyebut, ketika pandangan itu tercermin, dengan sendirinya secara tidak langsung tiap individu sedang membangun tembok pemisah antar agama.

Terkait dengan bantuan dari kementrian agama, dia meminta agar tiap kelompok atau organisasi kategorial keagamaan di tiap gereja untuk memasukan permohonan ke kementrian sebelum tahun anggaran. Di NTT,  dia mengatakan bantuan dari kementrian agama disesuaikan dengan pagu anggaran nasional.

Bagi anggaran pembinaan di bidang keagmaan katolik, besar anggaran juga dilihat dari pagu anggaran secara nasional.

"Misalnya pagu anggaran nasional 100 miliar, maka 80 persen itu untuk umat Islam, 20 persen untuk agama lain. Dan 20 persen ini dibagi ke seluruh provinsi di Indonesia. Memang ini tidak cukup," jelasnya.

Dia mengingatkan agar siswa tetap memanfaatkan digital sesuai ketentuan. Hasil penelitian, menurut dia disebutkan kelompok radikal telah memainkan perannya dalam penguasaan media sosial. Siswa, kata dia, harus bisa mengimbangi ini. Tentu dengan narasi atau bahasa yang luwes.

Ryan Seong, seorang guru seni budaya dalam testimoninnya mengatakan, agama sebagai sebuah seni. Sebab, dirinya yang merupakan guru seni beragama katolik, justru banyak waktunya dihabiskan di gereja protestan untuk mengisi bidang seni di gereja itu. (*)

Berita Kota Kupang lainnya

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved