Breaking News

Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Kamis 2 September 2021: Penjala

Panggilan menjadi “penjala manusia” berawal dari reakasi spontan Simon Petrus atas mukjizat penangkapan ikan. Simon takjub dan heran.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
Pater Steph Tupeng Witin SVD 

Renungan Harian Katolik Kamis 2 September 2021: Penjala (Luk 5: 1-11)

Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD

POS-KUPANG.COM - Kisah panggilan menjadi “penjala manusia” (Luk 5:1-11) terbagi atas tiga bagian yaitu introduksi melalui pengajaran Yesus di pantai (Luk 1-3), mukjizat penangkapan ikan (Luk 5-7) yang merupakan persiapan panggilan Simon dan teman-temannya dan reaksi Simon - kisah panggilan para penjala ikan (Luk 5:8-11) sebagai inti kisah panggilan.

Panggilan menjadi “penjala manusia” berawal dari reakasi spontan Simon Petrus atas mukjizat penangkapan ikan. Simon takjub dan heran melihat hasil yang didapat.

Sebuah pengalaman tak terlupakan baginya karena semalaman mereka telah bekerja keras tetapi tidak mendapatkan apa-apa. Padahal, sebagai nelayan tulen, Simon tahu bahwa malam hari adalah waktu yang tepat untuk menangkap ikan.

Namun, di siang hari dimana ikan tidak biasa muncul justru mereka menyaksikan ikan dalam jumlah besar terjaring jala. Bahkan jala mereka koyak dan perahu hampir tenggelam. Simon sadar, ini adalah rahmat yang sangat luar biasa karena Yesus yang memerintahkannya.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 2 September 2021: Tuhan Tak Pernah Gagal

Perasaan takjub itu membuat Simon merasa begitu kecil, tak berdaya, dan berdosa di hadapan Yesus karena sebelumnya telah meragukan-Nya.

Simon sadar bahwa Yesus itu bukan hanya orang biasa. Yesus adalah seseorang yang mempunyai hubungan dengan dunia lain, sesuatu yang kudus yaitu Tuhan.

Maka ia datang dan sujud di hadapan Yesus. Sebuah penyembahan atau penghormatan yang mendalam karena hanya dapat dilakukan di hadapan “orang” yang memiliki “kuasa.”

Tindakan sujud dan menyembah di hadapan-Nya dan menyebut “Tuhan” merefleksikan ketakutan (yang kudus) di hadapan Tuhan yang hadir di depan matanya.

Maka meluncurlah kata-kata ini dari mulut Simon, “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini orang berdosa” (Luk 5: 8).

Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 1 September 2021: Yesus Sahabat Sejati

Ikan-ikan yang tertangkap jala dalam jumlah sangat banyak seolah menginsyafkan Simon akan keterbatasan dan ketidakberdayaannya di hadapan Tuhan.

Simon merasa tidak pantas berhadapan dengan Yang Kudus, Yang Ilahi. Ungkapan ketidakpantasan itu sekaligus menarasikan rasa bersalah dan percaya yang tumbuh spontan karena mengalami kebajikan atau mukjizat, bukan karena ancaman atau paksaan. Perasaan yang sama bergelayut di hati semua orang yang ada bersama Simon di pantai itu.

Yesus menanggapi reaksi Simon, “Jangan takut, mulai sekarang engkau akan menjala manusia” (Luk 5: 10b).

Yesus meneguhkan Simon dan kawan-kawannya agar tidak perlu takut menyaksikan mukjizat kasih karunia dari Allah.

Mereka lalu tergerak meninggalkan semuanya untuk mengikuti Yesus. “Sesudah menarik perahu-perahu ke darat, mereka pun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus” (Luk 5: 11).

Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 29 Agustus 2021: Hati-hati Jaga Hati

Para nelayan itu mengalami secara nyata kesaksian hidup Yesus lewat kata-kata serta tindakan-Nya yang berdaya menenangkan sekaligus memberi keberanian untuk mengikuti-Nya.

Meninggalkan segala sesuatu untuk mengikuti seorang asing merupakan suatu keputusan yang luar biasa dan penuh risiko.

Namun para nelayan itu yakin kepada pengajaran Yesus. Kata-kata dan mukjizat Tuhan mengubah mereka dari penjala ikan di danau Genesaret menjadi penjala manusa di tengah dunia.

Metafora “menjala manusia” mengungkapkan tujuan panggilan para nelayan itu. Para nelayan sederhana ini diubah Tuhan menjadi pewarta dan saksi Kerajaan Allah ke seluruh dunia.

Para murid mendapatkan keistimewaan untuk berpartisipasi dalam rencana dan karya perutusan Yesus. 

Makna panggilan dan perutusan Yesus itu bisa kita selami dalam budaya orang Timur Tengah yang meyakini bahwa laut adalah sumber kebijaksanaan hidup.

Bagi orang Timur Tengah, “memancing atau menjala” merupakan simbol pencarian jiwa dan pencarian ke dalam jiwa yang menggambarkan harta kebijaksanaan dari lautan ketidaktahuan.

Dalam pemahaman ini, panggilan “menjala manusia” memperoleh makna tersirat: pencarian jiwa manusia dan pencarian ke dalam jiwa manusia.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 29 Agustus 2021: Menjadi Manusia Otentik

Teks asli (Yunani), kata kerja yang dipakai untuk menerjemahkan istilah “menjala manusia” adalah “zōgrōn” yang merupakan kombinasi dari zōos (alive) dan agrein (catch, hunt) artinya bekerja menangkap manusia-manusia untuk membawa mereka ke kehidupan.

Simon dan teman-temannya dipanggil Tuhan untuk bekerja menangkap manusia-manusia dan membawa mereka kepada kehidupan.

Simon dan teman-teman adalah nelayan yang menangkap ikan untuk dikonsumsi (ikan mati), tapi sekarang Tuhan memanggil mereka untuk menangkap dan membawa manusia kepada kehidupan baru di dalam keluarga besar Kerajaan Allah (Bdk. Anton Padendson blog: 2017).

Kita semua dibaptis untuk menjadi penjala manusia. Melalui tindakan kasih kita menghadirkan mukjizat hidup bagi semua orang.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 27 Agustus 2021: Kebijaksanaan

Selama masa pandemi Covid-19 ini, Tuhan menuntut kita bekerja lebih keras untuk menyelamatkan jiwa sesama melalui perbuatan kasih, menjaga prokes, memakai masker dan menahan diri tidak berkerumun.

Kita tidak perlu menuntut orang lain. Kita sendiri memulai dengan cara sederhana di lingkungan kita masing-masing.

Satu tindakan sederhana bisa menjadi sebuah mukjizat ketika dilakukan bersama Tuhan. Kita menjadi penjala Tuhan yang “menangkap” orang lain ke dalam “kehidupan.” *

Teks Lengkap Bacaan 2 September 2021:

Ilustrasi bacaan renungan harian Katolik dari Alkitab.
Ilustrasi bacaan renungan harian Katolik dari Alkitab. (POS-KUPANG.COM/AGUSTINUS SAPE)

Bacaan I : Kolose 1:9-14

Bapa telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam kerajaan Putra-Nya yang terkasih

Saudara-saudara, sejak kami mendengar tentang kalian, tak henti-hentinya kalian kami doakan.

Kami mohon semoga kalian menerima segala hikmat dan pengertian yang benar untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna.

Maka hidupmu akan layak di hadapan-Nya, dan berkenan di hati-Nya dalam segala hal.

Kalian akan menghasilkan buah dalam segala pekerjaan baik, dan bertumbuh dalam pengetahuan benar tentang Allah.

Kalian akan diperkuat dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan Allah untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar dan mengucap syukur dengan sukacita kepada Bapa, yang membuat kalian layak mendapat bagian dalam apa yang ditentukan bagi orang-orang kudus di dalam Kerajaan terang.

Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam kerajaan Anak-Nya yang terkasih.

Dalam Kristus itulah kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa!

Demikianlah Sabda Tuhan

Syukur kepada Allah

Mazmur Tanggapan : 98:2-3ab.3cd-4.5-6

Refr.: Tuhan telah memperkenalkan keselamatan yang datang dari pada-Nya

  • Tuhan telah memperkenalkan keselamatan yang datang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di hadapan para bangsa. Ia ingat akan kasih dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel.
  • Segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang datang dari Allah kita. Bersorak-sorailah bagi Tuhan, hai seluruh bumi, bergembiralah dan bermazmurlah!
  • Bermazmurlah bagi Tuhan dengan kecapi, dengan kecapi dan lagu merdu; dengan nafiri dan sangkakala yang nyaring, bersorak-sorailah di hadapan Raja, yakni Tuhan!

Bacaan Injil: Lukas 5:1-11

Mereka meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Yesus

Pada suatu ketika Yesus berdiri di pantai Danau Genesaret. Orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan sabda Allah.

Yesus melihat dua buah perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya.

Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahu itu sedikit jauh dari pantai.

Lalu Yesus duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu.

Selesai berbicara Ia berkata kepada Simon, "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan."

Simon menjawab, "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa. Tetapi atas perintah-Mu aku akan menebarkan jala juga."

Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap ikan dalam jumlah besar, sehingga jala mereka mulai koyak.

Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain, supaya mereka datang membantu.

Maka mereka itu datang, lalu mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam.

Melihat hal itu Simon tersungkur di depan Yesus dan berkata, "Tuhan, tinggalkanlah aku, karena aku ini orang berdosa."

Sebab Simon dan teman-temannya takjub karena banyaknya ikan yang mereka tangkap.

Demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon.

Yesus lalu berkata kepada Simon, "Jangan takut. Mulai sekarang engkau akan menjala manusia."

Dan sesudah menghela perahu-perahunya ke darat, mereka lalu meninggalkan segala sesuatu, dan mengikuti Yesus.

Demikianlah Injil Tuhan

Terpujilah Kristus

Renungan harian katolik lainnya

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved