Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Rabu 1 September 2021, Pembukaan BKSN 2021: Sahabat Sejati
Kota-kota, desa dan kampung bergetar dalam ketakutan dan telantar dilanda kesepian. Setiap orang berdiri pada tempatnya masing-masing.
Kehadiran Yesus di tengah para murid bukan hanya menghentikan angin sakal yang mengancam nyawa mereka, melainkan juga memberi ketenangan hati bagi para murid-Nya.
Perikop ini menegaskan kebenaran: Jika kita percaya bahwa Tuhan senantiasa hadir dan menolong kita dalam kesulitan dan penderitaan, dalam keputusasaan dan kehilangan semangat hidup, hati kita akan menjadi tenang dan damai. Di sini, Yesus ditampilkan sebagai sahabat yang hadir dan menguatkan mereka yang putus asa (BKSN, 2021: 17).
Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 29 Agustus 2021, Minggu Biasa XXII: Hati Murni
Selama bulan September, kita merenungkan tema BKSN: Yesus Sahabat Seperjalanan Kita. Yesus menempuh satu perjalanan bersama kita di tengah amukan gelombang pandemi.
Sahabat adalah sosok yang setia. Kesetiaan adalah semacam sikap “berjaga-jaga”, selalu hadir, mengulurkan tangan.
Sosok ini kita temukan dalam diri orang Samaria yang baik hati (Luk 10: 25-31).
Perumpamaan ini mengajak kita untuk menggali lebih dalam apa makna ungkapan “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”.
Orang Samaria dalam perumpamaan ini adalah model sahabat bagi semua orang tanpa memperhitungkan batas-batas suku bangsa dan kelas sosial.
Orang Samaria juga menjadi model sahabat yang mau mengorbankan diri dan memberikan apa yang dimiliki untuk keselamatan orang yang menderita.
Sikap dan reaksi orang Samaria itu secara tidak langsung mencerminkan sikap dan reaksi Yesus kepada kita ketika kita sedang mengalami penderitaan.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 1 September 2021: Yesus Sahabat Sejati
Di sini, Yesus hadir sebagai sahabat bagi mereka yang sedang menderita dan membutuhkan. Ada unsur pokok kesetiaan yakni tak meninggalkan dan membentuk persahabatan sejati.
Kita hanya menempatkan diri sebagai sosok teman setia ketika kita tidak begitu gampang meninggalkan dia dalam situasi buruk.
Mungkin saja kita tidak meninggalkan dia tapi kita masih dalam perjalanan untuk menjadi setia.
Sebagai sahabat, kita harus mau melakukan apapun untuk sahabat, berkorban untuknya, walau kadang dilanda rasa kecewa karena gesekan kepentingan.
Masa gelap pandemi adalah momen pemurnian kualitas iman yang mesti terlibat dalam ruang sosial.
Yesus ajarkan kita: setia menjadi sahabat bagi semua orang tanpa sekat suku, agama, ras dan golongan.