Berita Kota Kupang
Sejuk-Kelompok Minoritas Kunjungi Pos Kupang: Ela Senang Media Tak Beri Stigma
SERIKAT Jurnalis untuk Keberagaman (Sejuk) bertandang ke Kantor Harian Pagi Pos Kupang, Senin 23 Agustus 2021 pagi
Pada kolom agama di KTP, tambah Fany, tak bisa dicantumkan sebagai penganut kepercayaan Marapu. Begitu pun pada akta kelahiran. Padahal keputusan Mahkamah Konstitusi tentang kepercayaan Marapu sudah diakui di Indonesia.
Di Kabupaten Sumba Timur, lanjut Fany, penganut kepercayaan Marapu sudah tercantumkan pada KTP.
Fany bersama Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika (ANBTI) pernah menyampaikan hal ini kepada Bupati Sumba Barat. Tapi hingga kini belum ada tindak lanjut.
"Lewat kesempatan ini saya mewakili penghayat kepercayaan berharap jurnalis di Sumba mungkin bisa berteman dengan kami sehingga apa yang jadi harapan kami bisa diangkat ke media. Sumba Timur sudah lebih baik, di Sumba Barat belum," kata Fany.
Ciko dari Imof NTT menilai pemberitaan media semakin baik. Saat ini sudah banyak publikasi positif yang baik tentang komunitas LGBT sehingga bisa mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap kelompok minoritas. Sejuk menyerukan jurnalisme damai bagi kelompok minoritas di NTT.
Manager Program Sejuk, Tantowi Anwari mengatakan, Pos Kupang adalah media yang berada di Kelompok Tribun dan Kompas Gramedia. Ia berharap ada ruang cukup bagi kelompok minoritas dalam menyuarakan hak-haknya.
"Kami percaya meskipun di awal banyak teman yang mengkritik pemberitaan Tribun tapi selalu kita terus berdiskusi dan selalu ada harapan. Pengaruh Tribun besar sekali maka saat di Kupang, kami berharap selalu berjumpa dengan teman-teman Pos Kupang," ucap Tantowi.
Menurutnya, perjumpaan dengan teman media bisa mempertemukan apa yang menjadi kebijakan redaksi Pos Kupang dengan apa yang menjadi harapan dari teman-teman komunitas rentan di NTT.
Ia menjelaskan, Sejuk menggelar Workshop Advokasi Media untuk Komunitas dengan tema Membangun Ruang Aman Untuk Kelompok Minoritas Di Daerah, selama 21-22 Agustus 2021.
Dalam dialog itu terungkap bahwa kelompok minoritas merasa belum mendapatkan ruang di media. Bahkan banyak media yang melakukan stigma dan diskriminasi terhadap kelompok minoritas.
"Kami berharap Pos Kupang bisa terus mengedepankan jurnalisme damai untuk hak-hak kelompok minoritas yang ada di NTT seperti teman-teman disabilitas, LGBT, penghayat kepercayaan Merapu dan Jemaat Ahmadiyah," ujarnya.
Pemred Pos Kupang Hasyim Ashari mengaku kadang media alpa dan kurang care dengan kelompok minoritas.
"Tapi bukan tidak care sama sekali. Mungkin belum saling kenal. Tapi dengan momentum seperti ini kita akan membangun relasi dan memberi ruang untuk kelompok minoritas. Semoga Pos Kupang bisa menjadi rumah," ucap Hasyim.
Ia memastikan Pos Kupang terus mengedepankan jurnalisme damai dalam proses peliputan dan memberitakan kelompok minoritas. Terus mengedepankan publikasi yang lebih ramah dengan mengikuti kaidah jurnalistrik dan tidak memanas-manasi dan membuat situasi tidak kondusif.
Menurut Hasyim kampanye terhadap kelompok minoritas patut dan pantas didorong lebih masif di media sosial sebab dampaknya sangat luar biasa.
"Celakanya di satu sisi, potensi di medsos agak mengerikan karena tanpa sensor, langsung mengupload, memposting, ada komentar. Kalau kita (media) lebih save dan terukur," ujar Hasyim. (novemy leo)
Berita Kota Kupang Lainnya