Berita Kota Kupang

Sejuk-Kelompok Minoritas Kunjungi Pos Kupang: Ela Senang Media Tak Beri Stigma

SERIKAT Jurnalis untuk Keberagaman (Sejuk) bertandang ke Kantor Harian Pagi Pos Kupang, Senin 23 Agustus 2021 pagi

Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/NOVEMY LEO
Pemimpin Redaksi (Pemred) Pos Kupang, Hasyim Ashari (baju hitam) menerima kunjungan Sejuk dan kelompok minoritas di NTT ke Redaksi Pos Kupang, Senin (23/8/2021) siang. 

POS-KUPANG.COM- SERIKAT Jurnalis untuk Keberagaman (Sejuk) bertandang ke Kantor Harian Pagi Pos Kupang, Senin 23 Agustus 2021 pagi. Hadir Manager Program, Tantowi Anwari bersama Yuni Pulungan, Maulidya dan Fitriani Utami Dewi.

Sejuk mendampingi perwakilan kelompok minoritas, di antaranya Yayasan Disabilitas Transfigurasi Tabor Mulia (YTTM), Independen Man Of Flobamora (Imof NTT), Komunitas Pelangi Kota Karang, Umma Yamme Marapu Sumba Barat, Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) Kupang serta Komunitas Orang Muda Lintas Agama (Kompak).

Mereka diterima Pemimpin Redaksi Pos Kupang Hasyim Ashari dan Koordinator Liputan Ferry Jahang bersama wartawan Ani Eno Toda dan Novemy Leo. Dalam pertemuan yang berlangsung di ruang rapat redaksi itu, perwakilan kelompok minoritas menyampaikan beberapa hal penting.

Ela dari Yayasan Disabilitas Transfigurasi Tabor Mulia mengaku belum punya jaringan kuat dengan teman media sehingga suara dan kebutuhan mereka tidak tersampaikan.

Baca juga: Sekertaris LLDikti XV Kupang NTT Sambangi Pos Kupang

"Kadang kami tidak dilibatkan dalam proses perencanaan pembangunan gedung kantor misalnya. Sebenarnya itu bukan berarti salah, karena kami belum ada jejaring dengan media. Kami juga kadang tertutup dan malu," ucap Ela.

Sebenarnya hak-hak disabilitas sudah diatur dalam undang-undang. Program pemerintah sudah dibuat namun implementasinya sangat lama. Akibatnya kelompok disabilitas masih kesulitan dalam mengakses bidang pendidikan, kesehatan dan publik.

"Kami berharap bisa diberdayakan dengan skill masing-masing. Ada baiknya membangun jaringan dengan media Pos Kupang, membangun pemahaman dan narasi sehingga Pos Kupang bisa menyuarakan suara kami yang tidak bisa bersuara ini," ujar Ela.

Ia yakin adanya ruang di media agar bisa meminimalisir stigma dan asumsi yang tidak baik terhadap kelompok disabilitas. Bahkan mampu mendorong pemerintah atau pemegang kebijakan melibatkan kelompok disabilitas dalam bidang pembangunan.

Baca juga: Silahturahmi dengan Wabup Manggarai, Pimpinan Perusahaan: Pos Kupang Siap Dukung Program Pemerintah

Dengan demikian program pemerintah bisa lebih sensitif terhadap kebutuhan teman-teman minoritas.

"Mari kita sama-sama membangun hal positif untuk menghilangkan diskriminasi. Semoga ada sekolah untuk teman-teman tuna rungu. Untuk sekolah tuna rungu yang layak ada di Manggarai sehingga teman-teman yang tinggal di daerah lain mesti ke Manggarai," imbuh Ela.

Nizamuddin dari Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) Kupang berharap jurnalis NTT menjadi corong dalam menyuarakan kedamaian dan perdamaian. Jika terjadi konflik, media mampu melakukan colling down.

Menurutnya, media ujung tombak dalam merangkul keberagaman khususnya pada kelompok rentan.

"Di ujung pena jurnalis ada kedamaian. Jurnalis menjadi sarana dalam merekatkan kerengangan dari segi apapun sehingga daerah ini tetap utuh dalam satu kesatuan yang kita harapkan terciptanya toleransi yang baik di NTT," ujar Nizamuddin.

Fany dari Umma Yamme Marapu Sumba Barat mengatakan, dia penganut kepercayaan Marapu masih mendapat diskriminasi terutama dalam bidang pendidikan dan administrasi kependudukan.

"Kami mendapat kesulitan mengakses pendidikan. Di sekolah kami tidak bisa mendapatkan pelajaran agama. Kami harus pilih salah satu agama yang ada di Indonesia, jika tidak maka kami tidak bisa mendapatkan nilai mata pelajaran agama, tidak naik kelas," ungkap Fany.

Pada kolom agama di KTP, tambah Fany, tak bisa dicantumkan sebagai penganut kepercayaan Marapu. Begitu pun pada akta kelahiran. Padahal keputusan Mahkamah Konstitusi tentang kepercayaan Marapu sudah diakui di Indonesia.

Di Kabupaten Sumba Timur, lanjut Fany, penganut kepercayaan Marapu sudah tercantumkan pada KTP.

Fany bersama Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika (ANBTI) pernah menyampaikan hal ini kepada Bupati Sumba Barat. Tapi hingga kini belum ada tindak lanjut.

"Lewat kesempatan ini saya mewakili penghayat kepercayaan berharap jurnalis di Sumba mungkin bisa berteman dengan kami sehingga apa yang jadi harapan kami bisa diangkat ke media. Sumba Timur sudah lebih baik, di Sumba Barat belum," kata Fany.

Ciko dari Imof NTT menilai pemberitaan media semakin baik. Saat ini sudah banyak publikasi positif yang baik tentang komunitas LGBT sehingga bisa mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap kelompok minoritas. Sejuk menyerukan jurnalisme damai bagi kelompok minoritas di NTT.

Manager Program Sejuk, Tantowi Anwari mengatakan, Pos Kupang adalah media yang berada di Kelompok Tribun dan Kompas Gramedia. Ia berharap ada ruang cukup bagi kelompok minoritas dalam menyuarakan hak-haknya.

"Kami percaya meskipun di awal banyak teman yang mengkritik pemberitaan Tribun tapi selalu kita terus berdiskusi dan selalu ada harapan. Pengaruh Tribun besar sekali maka saat di Kupang, kami berharap selalu berjumpa dengan teman-teman Pos Kupang," ucap Tantowi.

Menurutnya, perjumpaan dengan teman media bisa mempertemukan apa yang menjadi kebijakan redaksi Pos Kupang dengan apa yang menjadi harapan dari teman-teman komunitas rentan di NTT.

Ia menjelaskan, Sejuk menggelar Workshop Advokasi Media untuk Komunitas dengan tema Membangun Ruang Aman Untuk Kelompok Minoritas Di Daerah, selama 21-22 Agustus 2021.

Dalam dialog itu terungkap bahwa kelompok minoritas merasa belum mendapatkan ruang di media. Bahkan banyak media yang melakukan stigma dan diskriminasi terhadap kelompok minoritas.

"Kami berharap Pos Kupang bisa terus mengedepankan jurnalisme damai untuk hak-hak kelompok minoritas yang ada di NTT seperti teman-teman disabilitas, LGBT, penghayat kepercayaan Merapu dan Jemaat Ahmadiyah," ujarnya.

Pemred Pos Kupang Hasyim Ashari mengaku kadang media alpa dan kurang care dengan kelompok minoritas.

"Tapi bukan tidak care sama sekali. Mungkin belum saling kenal. Tapi dengan momentum seperti ini kita akan membangun relasi dan memberi ruang untuk kelompok minoritas. Semoga Pos Kupang bisa menjadi rumah," ucap Hasyim.

Ia memastikan Pos Kupang terus mengedepankan jurnalisme damai dalam proses peliputan dan memberitakan kelompok minoritas. Terus mengedepankan publikasi yang lebih ramah dengan mengikuti kaidah jurnalistrik dan tidak memanas-manasi dan membuat situasi tidak kondusif.

Menurut Hasyim kampanye terhadap kelompok minoritas patut dan pantas didorong lebih masif di media sosial sebab dampaknya sangat luar biasa.

"Celakanya di satu sisi, potensi di medsos agak mengerikan karena tanpa sensor, langsung mengupload, memposting, ada komentar. Kalau kita (media) lebih save dan terukur," ujar Hasyim. (novemy leo)

Berita Kota Kupang Lainnya

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved