Berita Flores Timur
Ketegaran Natalia Vince, Ditinggal Suami dan Berjuang Sendiri Hidupi Tujuh Anak di Rumah Reot
tegar karena tujuh anaknya selalu setia di setiap senja berjualan kue hasil buatannya demi melanjutkan hidup.
Lapor Reporter POS-KUPANG.COM, Amar Ola Keda
POS-KUPANG.COM,LARANTUKA-Kehilangan pasangan hidup baik suami maupun istri pasti menjadi kenyataan yang sangat berat bagi semua orang.
Seperti yang dialami, Natalia Vince (43), warga Kelurahan Weri, Kota Larantuka, kabupaten Flores Timur.
Ia terpaksa jadi kepala keluarga setelah sang suaminya pergi entah kemana.
Natalia kini bertahan hidup di rumah reot tepatnya di RT 11 RW 5, Kelurahan Weri bersama tujuh anaknya. Selain tujuh anak kandungnya, ia pun menghidupi dua anak dari saudaranya yang masih kecil.
Rumah tak layak huni itu sudah termakan usia. Dinding rumah yang hanya ditutup tripleks bekas, kini berlubang dimakan rayap.
Sebuah kasur tua tanpa seprei dibiarkan berserakan di lantai kamar penuh kusut. Sungguh memprihatinkan.
Baca juga: Flores Timur Mulai Canangkan Vaksin Moderna untuk Nakes
"Suami pergi tak ada kabar. Perginya juga diam-diam. Nomor telepon juga tidak aktif sampai sekarang," ungkap Natalia kepada wartawan, Senin 23 Agustus 2021.
Derita wanita yang hanya mengandalkan hasil penjualan kue untuk menghidupi anaknya itu semakin bertambah setelah menghadapi persoalan hukum.
Kasus hukum yang berujung mediasi itu membuat wanita muda ini semakin tertekan.
Dengan bercucuran air mata, sang ibu menceritakan tentang perjuangan hidupnya.
Tanpa sang suami, ia mengaku tegar karena tujuh anaknya selalu setia di setiap senja berjualan kue hasil buatannya demi melanjutkan hidup.
"Saya setiap hari buat gorengan dan dijual anak-anak. Hasilnya, untuk kebutuhan sehari-hari," katanya.
Hidup dihimpit duka, membuat Natalia terus berjuang agar anak-anaknya tetap bersekolah. Dengan bekal hasil jualan kue, ia menyisihkannya untuk membiayai sekolah anak-anaknya.
Baca juga: Vaksinasi untuk Lansia di Flores Timur Masih Rendah
Nasib hidupnya rupanya menjadi perhatian pihak gereja. Seorang pastor di Kota Larantuka bersedia membiayai dua anaknya yang duduk di bangku SMA.