Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Rabu 18 Agustus 2021: Orang Upahan yang Tahu Bersyukur

Renungan harian katolik Rabu 18 Agustus 2021 Pater Steph Tupeng Witin mengulas perumpamaan tentang pekerja berjudul Orang Upahan yang Tahu Bersyukur.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
Pater Steph Tupeng Witin SVD 

Orang pergi bekerja tanpa pamrih karena pekerjaan itu atas dasar kasih kepada Allah. Pandangan John Sung ini menyentuh karena memang benar bahwa kita seharusnya mesti melayani Tuhan tanpa pamrih.

Kesediaan kita dalam melayani Tuhan seharusnya tidak didasari oleh imbalan apapun. Kesediaan kita melayani Tuhan seharusnya tanpa pamrih.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Selasa 17 Agustus 2021: Dipanggil untuk Kemerdekaan

Tidak seorang pun yang bisa menyangkal bahwa memang benar kita harus siap untuk melayani Tuhan tanpa mengharap imbalan. Sebab, Tuhan sebenarnya sudah memberikan segalanya buat kita. Bahkan Tuhan sudah memberikan kepada kita anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus.

Perumpamaan ini juga menerangkan perihal keterbukaan Allah mencari “pekerja kebun anggur” di segala waktu.

Tuhan tidak pernah menanyakan latar belakang pendidikan dan profesinya. Semua orang diundang untuk datang kepada-Nya.

Berpartisipasi dengan Gereja menyadari itu sehingga membuka ruang bagi semua umat Allah untuk berpartisipasi dalam rencana keselamatan Allah.

Konsili Vatikan II menegaskan itu dalam dekrit “Apostolicam Actuositatem tentang” (Kerasulan Awam). Dokumen ini merupakan sebuah terobosan berkaitan dengan peran kaum awam dalam Gereja.

“Dalam Gereja terdapat keanekaan pelayanan, tetapi kesatuan perutusan. Para Rasul serta para pengganti mereka oleh Kristus diserahi tugas mengajar, menyucikan dan memimpin atas nama dan kuasa-Nya. Sedangkan kaum awam ikut serta mengemban tugas imamat, kenabian dan rajawi Kristus, menunaikan bagian mereka dalam perutusan segenap Umat Allah dalam Gereja dan di dunia” (AA, 2) (Bdk. “Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium tentang Gereja, 31).

Dokumen AA ini juga mengatakan: “Kristus yang diutus oleh Bapa menjadi sumber dan asal seluruh kerasulan Gereja. Maka jelaslah kesuburan kerasulan awam tergantung dari persatuan mereka dengan Kristus yang memang perlu untuk hidup, menurut sabda Tuhan: ‘Barang siapa tinggal dalam aku dan Aku dalam dia, ia menghasilkan buah banyak, sebab tanpa aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa ” (Yoh 15:5; AA,4) (Sang Sabda: 2010).

Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 16 Agustus 2021: Lepaskan yang Suka Buat Nyaman

Kita semua telah dipanggil dan diberdayakan untuk memberitakan Injil Yesus Kristus, berdoa untuk beragam kepentingan, menyampaikan ajaran-ajaran Yesus, dan menegakkan nilai keadilan dan kedamaian di masyarakat di mana kita tinggal.

“Bagaimana aku menanggapi undangan ini?” Mungkin kita meragukan panggilan kita, merasa tidak pantas, kurang berpendidikan atau tidak kompeten.

Tercipta jarak yang lebar dan jurang yang dalam antara kaum tertahbis dan kaum awam. Memang ada pelayanan yang hanya dapat dilakukan oleh imam tertahbis, tidak dapat digantikan oleh seorang awam.

Namun, panggilan kita sebagai umat awam juga tidak dapat digantikan oleh orang lain. Allah tidak memanggil orang-orang yang terbatas pada pribadi-pribadi yang sangat terdidik.

Para rasul Yesus sendiri pada awalnya hanyalah orang-orang biasa tanpa latar belakang pendidikan yang tinggi.

Bahkan orang-orang kudus dalam gereja pun berasal dari latar belakang hidup yang tidak ideal sebagai orang suci. Mereka hidup sederhana, biasa dan apa adanya sebagai manusia biasa.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved