Berita Lembata
Tangan Buntung, Penyintas Bencana Ile Ape Jadi Pengerek Bendera di Lokasi Pengungsian di Lembata
Ada yang berbeda dari upacara bendera memperingati HUT ke-76 Kemerdekaan RI di kompleks hunian sementara di Ile Ape Lembata
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Kanis Jehola
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo
POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA- Ada yang berbeda dari upacara bendera memperingati HUT ke-76 Kemerdekaan RI di kompleks hunian sementara yang dibangun Relawan Taman Daun bagi para penyintas bencana banjir dan longsor Ile Ape.
Selain dilaksanakan pertama kali di lokasi pengungsian, salah satu pengerek bendera dalam upacara itu merupakan penyandang disabilitas yang tidak memiliki tangan kanan sejak lahir (bertangan buntung).
Namanya Yohanes Kewasa, 59 tahun, warga desa Amakaka, Kecamatan Ile Ape, salah satu korban selamat dari bencana banjir dan longsor pada 4 April 2021 yang lalu.
Yohanes tampak bersemangat mengibarkan bendera Merah Putih dalam upacara bersama puluhan penyintas bencana tersebut. Dia melaksanakan tugasnya dengan baik dan sempurna.
Baca juga: Upacara HUT Kemerdekaan RI ke-76 di NTT, Gubernur Viktor Laiskodat Kenakan Pakaian Adat Dawan
"Saya jadi penggerek bendera ini karena orang seperti saya ini tidak dipandang oleh orang normal," katanya kepada wartawan usai upacara bendera pada 17 Agustus 2021.
Melalui aksinya itu, Yohanes sendiri ingin mengirim pesan kepada semua orang bahwa semua manusia punya derajat yang sama. Penyandang disabilitas punya hak yang sama dengan orang lain dan tidak boleh direndahkan di dalam masyarakat.
"Seperti kata pepatah duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi," tandasnya.
Yohanes Kewasa kehilangan sebagian besar keluarganya saat banjir dan longsor menyapu rumahnya di desa Amakaka, Kabupaten Lembata pada 4 April 2021 yang lalu.
Baca juga: Semangat Membangun Indonesia dari Desa di HUT Kemerdekaan RI
Istrinya yang bernama Romana Ohing, anaknya Rovita Bengang dan dua orang cucunya yakni Anastasia Mamun Niha Making dan Yovita Laka meninggal dunia terseret banjir dan longsor. Dua dari mereka sampai hari ini belum ditemukan.
Tak hanya istri, anak dan cucu. Menurut bapak yang berprofesi sebagai petani ini dua orang pekerja tower telekomunikasi dari Pulau Jawa yang sering berada di rumahnya juga hanyut terbawa banjir dan sampai saat ini belum ditemukan.
Saat ini, Yohanes tinggal di rumah hunian sementara yang didirikan oleh Relawan Taman Daun di lokasi Waesesa, Kecamatan Ile Ape.
Koordinator Relawan Taman Daun John Batafor mengakui Yohanes Kewasa sendiri berinisiatif menjadi penggerek bendera dalam upacara bendera tersebut.
John yang menjadi pembina upacara bersama para penyintas bencana di Ile Ape itu mengajak semua penyintas lebih tangguh dan kuat mengatasi persoalan hidup saat ini seperti tema HUT ke-76 RI yakni 'Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh'.
"Indonesia bukan milik orang-orang tertentu, orang kaya, dan para pejabat, Indonesia adalah milik kita semua maka kita patut merayakannya juga," tegas John Batafor.
Disebutkannya, masih banyak warga yang belum mempunyai tempat tinggal, hunian sementara (huntara), dan masih kesulitan air.
"Mari kita dengan semangat kemerdekaan buang sifat ego, pupuk solidaritas, bersatu membangun. Poin penting kita berdamai dengan alam, mencintai alam. Alam menjaga kita. Alam mencintai kita tapi kita lupa berterima kasih kepada alam," pesannya.
Relawan Tamah Daun sendiri sudah mendirikan puluhan rumah hunian sementara di lokasi pengungsian mandiri Waesesa, Ile Ape. Mereka menyediakan listrik solar cell, air sumur dan sejumlah kebutuhan lainnya untuk para penyintas bencana Ile Ape. (*)