Berita Lembata

Kisah Yohanes Kewasa, Penyandang Disabilitas yang Jadi Penggerek Bendera di Lembata NTT

Yohanes panyandang disabilitas ini begitu semangat menjadi penggerek bendera selasa 17 Agustus 2021 di Lembata.

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: maria anitoda
POS-KUPANG.COM/Riko Wawo
Bapak Yohanes penyandang disabilitas yang jadi penggerek bendera di Lembata 

POS-KUPANG.COM-LEWOLEBA- Ada yang berbeda dari upacara bendera memperingati Hari Kemerdekaan ke-76 Republik Indonesia di kompleks hunian sementara yang dibangun Relawan Taman Daun bagi para penyintas bencana banjir dan longsor Ile Ape.

Selain dilaksanakan pertama kali di lokasi pengungsian, salah satu penggerek bendera dalam upacara itu merupakan penyandang disabilitas yang tidak memiliki tangan kanan sejak lahir (bertangan buntung).

Namanya Yohanes Kewasa, 59 tahun, warga desa Amakaka, Kecamatan Ile Ape, salah satu korban selamat dari bencana banjir dan longsor pada 4 April 2021 yang lalu.

Yohanes tampak bersemangat mengibarkan bendera Merah Putih dalam upacara bersama puluhan penyintas bencana tersebut.

Baca juga: Tangan Buntung, Penyintas Bencana Ile Ape Jadi Pengerek Bendera di Lokasi Pengungsian di Lembata

Dia melaksanakan tugasnya dengan baik dan sempurna.

"Saya jadi penggerek bendera ini karena orang seperti saya ini tidak dipandang oleh orang normal," katanya kepada wartawan usai upacara bendera pada 17 Agustus 2021.

Melalui aksinya itu, Yohanes sendiri ingin mengirim pesan kepada semua orang bahwa semua manusia punya derajat yang sama.

Penyandang disabilitas punya hak yang sama dengan orang lain dan tidak boleh direndahkan di dalam masyarakat.

Baca juga: Paguyuban Sikka di Lembata Terima Bantuan Alat Musik Gong Waning Dari Bupati Robby Idong

"Seperti kata pepatah duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi," tandasnya.

Yohanes Kewasa kehilangan sebagian besar keluarganya saat banjir dan longsor menyapu rumahnya di desa Amakaka, Kabupaten Lembata pada 4 April 2021 yang lalu.

Istrinya yang bernama Romana Ohing, anaknya Rovita Bengang dan dua orang cucunya yakni Anastasia Mamun Niha Making dan Yovita Laka meninggal dunia terseret banjir dan longsor.

Dua dari mereka sampai hari ini belum ditemukan.

Baca juga: Bantuan Alat Produksi Untuk UMKM di Lembata Tertumpuk di Gudang Diskoperindag Pasar Lamahora

Tak hanya istri, anak dan cucu.

Menurut bapak yang berprofesi sebagai petani ini dua orang pekerja tower telekomunikasi dari Pulau Jawa yang sering berada di rumahnya juga hanyut terbawa banjir dan sampai saat ini belum ditemukan.

Saat ini, Yohanes tinggal di rumah hunian sementara yang didirikan oleh Relawan Taman Daun di lokasi Waesesa, Kecamatan Ile Ape.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved