Berita Timor Leste
Kisah Gadis Nebraska Berdarah Indonesia Mia Azizah Mengajar di Timor Leste Usai Raih Fulbright
Seorang mahasiswi Lincoln, Nebraska berdarah Indonesia, Mia Azizah, berkesempatan untuk mengajar bahasa di Timor Leste.
Kisah Gadis Nebraska Berdarah Indonesia Mia Azizah Mengajar di Timor Leste Usai Raih Fulbright
POS-KUPANG.COM - Seorang mahasiswi Lincoln, Nebraska berdarah Indonesia, Mia Azizah, berkesempatan untuk mengajar bahasa di Timor Leste.
Mia Azizah sendiri adalah penerima Beasiswa Fulbright. Ia adalah lulusan Universitas Nebraska, - Lincoln pada Mei 2020.
Azizah adalah lulusan jurnalisme, periklanan dan hubungan masyarakat, dengan jurusan ilmu politik.
Mengutip news.unl.edu, setelah dianugerahi hibah Fulbright ia pun mengajar bahasa Inggris di Timor-Leste.
Baca juga: Bukan Xanana Gusmao, Presiden Timor Leste Ini Pernah Kritis Akibat Percobaan Pembunuhan, Siapa?
Lincoln merupakan ibu kota negara bagian Nebraska.
Penduduknya berjumlah 225.581 jiwa (2005). Kota ini letaknya di bagian tengah.
Tepatnya di negara bagian Nebraska. Kota ini memiliki luas wilayah 195,2 km².
Kota ini memiliki kepadatan penduduk sebanyak 1.166,9 jiwa/km². Di wilayah metropolitan, berjumlah 266.787 jiwa.
Wali Kotanya saat ini dijabat oleh Chris Beutler dari Partai Demokrat.
Azizah memilih negara Asia Tenggara karena hubungan linguistik, budaya dan sejarahnya dengan tempat kelahirannya, Indonesia.
Baca juga: Begini Sejarah Terbentuknya Negara Timor Leste, Lengkap dengan Daftar Kota di Bumi Lorosae
Ia juga mahir dalam bahasa ibunya dalam Bahasa Indonesia.
Timor-Leste adalah bagian dari Indonesia sampai memperoleh kemerdekaan pada tahun 2002.
Azizah telah melakukan perjalanan ke Timor-Leste dalam kunjungan pribadi.
Dia menyaksikan multibahasa negara itu di mana Tetum, bahasa asli Timor Leste, digunakan bersama Portugis dan Bahasa Indonesia.
Sebagai konsultan penulisan di Pusat Penulisan UNL, ia membantu siswa internasional mengembangkan keterampilan menulis mereka.
“Saya melamar Fulbright karena saya ingin mendapatkan pengalaman profesional di luar negeri bekerja dengan pelajar multibahasa,” katanya.
Baca juga: Pria Timor Leste Ini Ingin Jadi WNI, Nekat Masuk ke NTT Lewat Jalan Tikus, Kisahnya Bikin Haru, Apa?
“Saya berharap pengalaman mengajar saya di Timor-Leste akan mempersiapkan saya untuk mencapai tujuan saya beroperasi dan bekerja di pendidikan tinggi untuk membantu siswa yang tahu banyak bahasa.”
Di luar kelas, Azizah berencana untuk memimpin klub koran mahasiswa untuk universitas dan mahasiswa pasca sekolah menengah lainnya di Timor-Leste.
Dia juga akan terlibat dengan seniman lokal yang merupakan bagian dari pelatihan produksi keramik dan kursus kewirausahaan di Badan Pembangunan Timor Lorosa'e, sebuah pusat pelatihan kejuruan yang didanai oleh USAID Tourism for All Project.
Program ini mengajarkan orang Timor untuk meningkatkan kemandirian ekonomi dan keterampilan bisnis mereka.
Baca juga: Uskup Agung Timor Leste Minta Para Imam Hormati Putusan Vatikan, Kasus Pelecehan Richard Daschbach
Di bulan terakhir masa hibahnya, dia akan memenuhi tugas wajibnya di UmaAmerika, sebuah pusat pembelajaran yang didirikan oleh Kedutaan Besar AS.
Dia berencana untuk memulai pusat penulisan tingkat perguruan tinggi dan melakukan sesi bimbingan pribadi dengan siswa untuk membantu mereka dalam keterampilan bahasa Inggris mereka.
Setelah menyelesaikan Fulbrightnya, Azizah berencana untuk menggabungkan keterampilannya dalam komunikasi terpadu dan mengajar bahasa Inggris sebagai bahasa kedua untuk melayani kebutuhan siswa dan penulis di komunitas imigran dan pengungsi Nebraska yang terus berkembang.
Program Fulbright adalah program pertukaran pendidikan internasional unggulan yang disponsori oleh pemerintah AS.
Baca juga: 11Tahun Timor Leste Sangat Berharap Masuk ASEAN,Bermasalah Ini Biang Keroknya, Ini Kata Ramos-Horta
Program ini dirancang untuk menjalin hubungan yang langgeng antara orang Amerika dan warga negara lain.
Melawan kesalahpahaman dan membantu orang-orang dan bangsa-bangsa bekerja sama menuju tujuan bersama.
Sejak didirikan pada tahun 1946, program ini telah memungkinkan lebih dari 390.000 siswa, cendekiawan, seniman, guru, dan profesional dari semua latar belakang untuk belajar, mengajar, dan melakukan penelitian.
Termasuk bertukar ide dan menemukan solusi untuk keprihatinan internasional bersama.
* Sejarah Terbentuknya Negara Timor Leste, Lengkap dengan Daftar Kota di Bumi Lorosae
Tahukah kalian negara Timor Leste? Timor Leste dulu pernah menjadi bagian dari Indonesia tahun 1976 sebagai provinsi ke-27.
Tetapi kini Timor leste sudah merdeka dan menjadi sebuah negara sendiri.
Yuk kita cari tahu mengenai sejarah Timor Leste dan kota apa saja yang ada di Timor Leste.
Dilansir dari Wikipedia, sejarah Timor Leste berawal dengan kedatangan orang Australoid dan Melanesia.
Orang dari Portugal mulai berdagang dengan pulau Timor pada awal abad ke-15 dan menjajahnya pada pertengahan abad itu juga.
Setelah terjadi beberapa bentrokan dengan Belanda, dibuat perjanjian pada 1859 di mana Portugal memberikan bagian barat pulau itu.
Jepang menguasai Timor Timur dari 1942 sampai 1945, tetapi setelah mereka kalah dalam Perang Dunia II Portugal kembali menguasainya.
Reruntuhan bekas Polsek dan Koramil di Metinaro, yang hancur lebur diamuk massa.
Pada tahun 1975, ketika terjadi Revolusi Bunga di Portugal dan Gubernur terakhir Portugal di Timor Leste, Lemos Pires, tidak mendapatkan jawaban dari Pemerintah Pusat di Portugal untuk mengirimkan bala bantuan ke Timor Leste yang sedang terjadi perang saudara,
maka Lemos Pires memerintahkan untuk menarik tentara Portugis yang sedang bertahan di Timor Leste untuk mengevakuasi ke Pulau Kambing atau dikenal dengan Pulau Atauro.
Setelah itu FRETILIN menurunkan bendera Portugal dan mendeklarasikan Timor Leste sebagai Republik Demokratik Timor Leste pada tanggal 28 November 1975.
Menurut suatu laporan resmi dari PBB, selama berkuasa selama 3 bulan ketika terjadi kevakuman pemerintahan di Timor Leste antara bulan September, Oktober dan November, Fretilin melakukan pembantaian terhadap sekitar 60.000 penduduk sipil (sebagian besarnya adalah pendukung faksi integrasi dengan Indonesia).
Dalam sebuah wawancara pada tanggal 5 April 1977 dengan Sydney Morning Herald, Menteri Luar Negeri Indonesia Adam Malik mengatakan bahwa "jumlah korban tewas berjumlah 50.000 orang atau mungkin 80.000".
Tak lama kemudian, kelompok pro-integrasi mendeklarasikan integrasi dengan Indonesia pada 30 November 1975 dan kemudian meminta dukungan Indonesia untuk mengambil alih Timor Leste dari kekuasaan FRETILIN yang berhaluan Komunis.
Ketika pasukan Indonesia mendarat di Timor Leste pada tanggal 7 Desember 1975, FRETILIN didampingi dengan ribuan rakyat mengungsi ke daerah pegunungan untuk melawan tentara Indonesia.
Lebih dari 200.000 orang dari penduduk ini kemudian mati di hutan karena pengeboman dari udara oleh militer Indonesia serta ada yang mati karena penyakit dan kelaparan.
Banyak juga yang mati di kota setelah menyerahkan diri ke tentara Indonesia, tetapi Tim Palang Merah International yang menangani orang-orang ini tidak mampu menyelamatkan semuanya.
Selain terjadinya korban penduduk sipil di hutan, terjadi juga pembantaian oleh kelompok radikal FRETILIN di hutan terhadap kelompok yang lebih moderat.
Sehingga banyak juga tokoh-tokoh FRETILIN yang dibunuh oleh sesama FRETILIN selama di Hutan.
Semua cerita ini dikisahkan kembali oleh orang-orang seperti Francisco Xavier do Amaral, Presiden Pertama Timor Leste yang mendeklarasikan kemerdekaan Timor Leste pada tahun 1975.
Seandainya Jenderal Wiranto (pada waktu itu Letnan) tidak menyelamatkan Xavier di lubang tempat dia dipenjarakan oleh FRETILIN di hutan, maka mungkin Xavier tidak bisa lagi jadi Ketua Partai ASDT di Timor Leste Sekarang.
Selain Xavier, ada juga komandan sektor FRETILIN bernama Aquiles yang dinyatakan hilang di hutan.
Istri komandan Aquilis sekarang ada di Baucau dan masih terus menanyakan kepada para komandan FRETILIN lain yang memegang kendali di sektor Timur pada waktu itu tentang keberadaan suaminya.
Selama perang saudara di Timor Leste dalam kurun waktu 3 bulan (September-November 1975) dan selama pendudukan Indonesia selama 24 tahun (1975-1999), lebih dari 200.000 orang dinyatakan meninggal.
Timor Leste menjadi bagian dari Indonesia tahun 1976 sebagai provinsi ke-27 setelah gubernur jendral Timor Portugis terakhir Mario Lemos Pires melarikan diri dari Dili setelah tidak mampu menguasai keadaan pada saat terjadi perang saudara.
Portugal juga gagal dalam proses dekolonisasi di Timor Portugis dan selalu mengklaim Timor Portugis sebagai wilayahnya walaupun meninggalkannya dan tidak pernah diurus dengan baik.
Amerika Serikat dan Australia "merestui" tindakan Indonesia karena takut Timor Leste menjadi kantong komunisme terutama karena kekuatan utama di perang saudara Timor Leste adalah Fretilin yang beraliran Marxis-Komunis.
AS dan Australia khawatir akan efek domino meluasnya pengaruh komunisme di Asia Tenggara setelah AS lari terbirit-birit dari Vietnam dengan jatuhnya Saigon atau Ho Chi Minh City.
Salah satu demonstrasi di Australia yang menentang kependudukan Indonesia di Timor Timur
Namun PBB tidak menyetujui tindakan Indonesia.
Setelah referendum yang diadakan pada tanggal 30 Agustus 1999, di bawah perjanjian yang disponsori oleh PBB antara Indonesia dan Portugal, mayoritas penduduk Timor Leste memilih merdeka dari Indonesia.
Sebagian besar infrastruktur seperti rumah, sistem irigasi, air, sekolah dan listrik hancur. Pada 20 September 1999 pasukan penjaga perdamaian International Force for East Timor (INTERFET) tiba dan mengakhiri hal ini.
Pada 20 Mei 2002, Timor Timur diakui secara internasional sebagai negara merdeka dengan nama Timor Leste dengan sokongan luar biasa dari PBB.
Ekonomi berubah total setelah PBB mengurangi misinya secara drastis.
Semenjak hari kemerdekaan itu, pemerintah Timor Leste berusaha memutuskan segala hubungan dengan Indonesia antara lain dengan mengadopsi Bahasa Portugis sebagai bahasa resmi dan mendatangkan bahan-bahan kebutuhan pokok dari Australia sebagai "balas budi" atas campur tangan Australia menjelang dan pada saat referendum.
Selain itu pemerintah Timor Leste mengubah nama resminya dari Timor Leste menjadi Republica Democratica de Timor Leste dan mengadopsi mata uang dolar AS sebagai mata uang resmi yang mengakibatkan rakyat Timor Leste menjadi lebih krisis lagi dalam hal ekonomi.
Kota di Timor Leste
Berikut adalah daftar kota, distrik dan kampung di Timor Leste.
Distrik Aileu Aileu
* Distrik AinaroAinaro
* Hotudo
* Maubisse
Distrik Baucau Baguia
* Baucau
* Bucoli
* Quelicai
* Laga
* Venilale
Distrik Bobonaro Atabae
* Aubá
* Balibo
* Bobonaro
* Lolotoe
* Maliana
Distrik Cova-Lima Fatululik
* Fohoren
* Suai
* Tilomar
* Zumalai
* Distrik DiliDare
* Dili
* Metinaro
Distrik Ermera Atsabe
* Ermera
* Gleno
* Hatolina
Distrik LautémCom
* Fuiloro
* Iliomar
* Laivai
* Lautém
* Lore
* Lospalos
* Luro
* Mehara
* Tutuala
Distrik Liquiçá Bazartete
* Liquiçá
* Maubara
Distrik Manatuto Laclubar
* Laleia
* Manatuto
* Natarbora
Distrik Manufahi Alas
* Fato Berlia
* Same
* Turiscai
Distrik Oecussi-Ambeno Citrana
* Nitibe
* Oe Silo
* Pante Macassar
* Passabe
Distrik Viqueque Beacu
* Lacluta
* Ossu
* Uatolari
* Viqueque
* Pulau AtauroBerau
* Biquele
Berita Timor Leste lainnya