Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Sabtu 7 Agustus 2021: Doakanlah yang Sakit
Seorang anak mengidap sakit ayan. Penyakit itu sungguh membuatnya menderita; menjatuhkannya ke dalam air atau api. Ia pun tak lagi sanggup berseru
Renungan Harian Katolik Sabtu 7 Agustus 2021: Doakanlah yang Sakit (Matius 17:14-20)
Oleh: RD. Fransiskus Aliandu
POS-KUPANG.COM - Seorang anak mengidap sakit ayan. Penyakit itu sungguh membuatnya menderita; menjatuhkannya ke dalam air atau api. Ia pun tak lagi sanggup berseru sendiri minta tolong.
Sang ayah tentu sangat merasakan derita anaknya. Dibawalah anaknya kepada murid Yesus agar bisa dibantu. Tapi rupanya mereka tidak sanggup menyembuhkannya.
Maka didatanginya Yesus. Sambil bersujud menyembah, ia berseru memohon kepada Yesus untuk anaknya, "Tuhan, kasihanilah anakku ..." (Mat 17:15).
Hemat saya, catatan kisah menurut penginjil Matius ini mengandung banyak pesan untuk hidup sebagai murid Tuhan. Paling kentara adalah pesan ini.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 6 Agustus 2021: Menuju Golgotha
De facto ada orang di sekitar saya yang sakit dan menderita; bisa karena penyakit, bisa juga oleh sebab lain. Situasi pandemi sekarang ini memberi bukti paling nyata dan aktual. Berapa banyak yang terpapar covid dan berjuang karena kehabisan oksigen dalam tubuh.
Sakit dan derita mereka acapkali sampai membuatnya tak lagi mampu berseru sendiri minta tolong. Seakan mereka kehabisan daya untuk itu. Bahkan kepada Tuhan pun mungkin mereka tak lagi berdaya untuk bermohon.
Maka, adakah saya punya hati untuk ikut merasakan sakit dan derita mereka; adakah hatiku tergerak untuk bermohon kepada Tuhan atas nama mereka dan demi mereka?
Catatan kisah menunjukkan bahwa yang dilakukan sang ayah hanyalah mendatangi Tuhan dan berseru minta tolong untuk anaknya. "Tuhan, kasihanilah anakku ...".
Kerap yang dibutuhkan sesama yang sakit dan menderita hanya berseru kepada Tuhan bagi dia. Dalam bahasa lain, berdoa kepada Tuhan untuk dia.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 6 Agustus 2021, Pesta Yesus Menampakkan Kemuliaan-Nya: Wajah
Ada banyak orang yang tak bisa berseru dan berdoa untuk dirinya sendiri. Ada orang yang tak mau berdoa memohon karena malu. Ada juga yang tak tahu harus berdoa dan merasa tak pandai merangkai kata menyampaikan kepada Tuhan isi hati dan kepentingannya. Maka tindakan paling relevan dan riil hanyalah berdoa untuknya.
Doa adalah tanda paling sederhana dari kepedulian saya kepada sesama yang menderita. Doa adalah bentuk pertolongan paling mudah yang dapat saya lakukan untuk orang lain.
Tetapi doa sesungguhnya punya kaitan yang sangat erat dengan kepercayaan.
Ingat! Kepada para murid-Nya yang tak dapat menyembuhkan, Yesus berkata, "Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu?" (Mat 17:17).
Saat ditanyai para murid, "Mengapa kami tidak dapat menyembuhkan?", Yesus menegaskan, "Karena kamu kurang percaya. Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu. Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa dan berpuasa" (Mat 17:19-21).
Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 4 Agustus 2021: Tidak Menyerah
Doa juga merupakan bentuk kreatif belas kasih yang mempunyai kekuatan dahsyat.
Saya mengibaratkan doa itu vitamin C. Vitamin ini sangat penting bagi tubuh. Meskipun memiliki peran penting, tetapi tubuh manusia tidak dapat memproduksi vitamin C sendiri. Oleh karena itu, seseorang harus mendapatkannya dari sumber lain, seperti buah-buahan, sayuran, serta suplemen tambahan.
Tapi saya menyebut doa itu sebagai Vitamin C yang artinya C-ompassion (belas kasih). Kapan pun saya tak mementingkan diri, kapan pun saya ingat sesama yang sakit dan menunjukkan belas kasih saya dengan mendoakannya, saya seakan memohon dan Tuhan memberi vitamin ini kepadanya.
Saya sering dimintai tolong untuk mendoakan orang lain. Ada anak yang minta didoakan ayahnya yg sakit. Ada bapa yang telp minta doa karena hendak tender untuk proyek besar. Ada ibu yang minta doa bagi anaknya yang ber-HUT. Selain saya, juga pastor-pastor yang lain.
Paling sering dan sangat didambakan, kami para imam diminta tolong untuk mendoakan dan menerimakan sakramen perminyakan bagi sanak saudara yang sakit parah, yang lagi bergulat dijemput maut.
Ini selaras dengan pesan St. Yakobus, "Saudara-saudara, kalau di antara kalian ada yang sakit, baiklah ia memanggil para pemuka umat, supaya mereka mendoakan dia serta mengurapinya dengan minyak demi nama Tuhan. Doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang yang sakit itu, dan Tuhan akan membangunkan dia. Jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni ... sebab doa tekun seorang jujur itu amat sakti" (Yak 5:14-16).
Baca juga: Renungan Harian Katolik Selasa 3 Agustus 2021: Tuhan Datang
Dan saya tahu ada banyak orang yang merasa senang karena didoakan. Ada banyak yang gelisah di saat-saat akhir hidupnya, tapi langsung menjadi tenang - damai setelah saya mendoakan dan memberikan perminyakan kepadanya.
Saya pun cukup sering minta didoakan. Orang yang paling sering saya mintai doa adalah ibuku di kala ia masih hidup. Saat saya tak lagi sanggup untuk berkata sendiri karena terpaan masalah pelik dan berat, saya pasti teringat ibuku yang renta karena saya tahu didoa ibuku namaku disebut, "Tuhan, kasihanilah anakku". *