Opini Pos Kupang
Solidaritas Moral: Upaya Merawat Kemanusiaan di Tengah Pandemi Covid-19
Barangkali sudah dianggap tua dan tak asing lagi, adagium "No man is an island" bagi kebanyakan masyarakat
Oleh: Bayu Tonggo, Mahasiswa STFK Ledalero, Tinggal di Ritapiret
POS-KUPANG.COM - Barangkali sudah dianggap tua dan tak asing lagi, adagium "No man is an island" bagi kebanyakan masyarakat. Sebuah adagium yang mau menampilkan gerak langkah hidup manusia yang senantiasa dipayungi nilai moral kebersamaan.
Begitu pula ungkapan ala Pak Harfan (Ikranagara) dalam film Laskar Pelangi, sebagaimana ditulis Kasdin Sihotang dalam ulasannya berjudul "Filsafat Memberi" pada IKKSU.
"Hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya, dan bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya".
Ungkapan yang turut menampilkan sisi moral kebersamaan (socialitas) yang senantiasa tak akan pernah lepas dari kehidupan manusia.
Singkatnya, dapatlah dibahasakan dan disimpulkan bahwa manusia dan eksistensinya tak akan mampu tinggal dan hidup dalam kesendirian.
Baca juga: Branch Manager LP3I Kupang Ajak Generasi Muda Bangkit Ditengah Pandemi Covid-19
Manusia akan selalu membutuhkan "yang lain" -sesama manusia, agar dapat saling melengkapi dalam keberlangsungan perjalanan hidupnya.
Di tengah krisis Covid-19 yang sedang melanda dunia, adagium dan ungkapan tersebut boleh menjadi hal yang cukup relevan. Bahwasannya, ketika Covid-19 menghadirkan situasi yang krisis, manusia dituntut dalam eksistensinya untuk mau membuka diri, saling solider: memberi dan berbagi di bawah payung kebersamaan.
Baik bahwa kesadaran model ini, telah tercipta dalam kehidupan masyarakat pada umumnya, semenjak Covid-19 ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai pandemi.
Beragam bantuan tampil dan disalurkan lewat aneka cara dan upaya, yang semuanya tercitra dalam satu niat serupa: mengusir keberadaan virus corona dari kehidupan dunia.
Baca juga: Indonesia Disebut Negara Terburuk di Dunia Tangani Pandemi Covid-19, Pemerintah Ungkap Fakta ini
Namun, kiranya cukup mengangkat sebuah "hasrat kekecewaan" ketika situasi krisis pandemi, de facto justru dimanfaatkan sejumlah pihak untuk bergerak dalam kepentingan dirinya, dengan jalan melunturkan dan me-lemah-kan semangat solidaritas moral kemanusiaan yang masif diperjuangkan di tengah pandemi.
Kepada mereka yang terdampak akibat pandemi, orang menutup mata dan menumpulkan semangat kebersamaan, solidaritas moralnya.
Solidaritas Moral yang Melemah
Sebagai sebuah bentuk penilikan evaluatif-reflektif tindakan solidaritas moral kemanusiaan kita di tengah situasi pandemi, sekurang-kurangnya ada dua tindakan solidaritas moral kita yang kesannya me-lemah.
Pertama, sikap ego untuk meraup banyak keuntungan, kenyamanan demi kepentingan dan keselamatan individu atau pun kelompok tertentu.