Opini Pos Kupang
ANTARA PANDEMI COVID-19 dan MUSIM KEMARAU
Semenjak kemunculan pertamanya di Negara tercinta ini wabah Covid-19 terus menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan
Oleh Hamdan Nurdin, Climate Forecaster Stasiun Klimatologi Kupang
POS-KUPANG.COM - Semenjak kemunculan pertamanya di Negara tercinta ini wabah Covid-19 terus menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan.
Dalam informasi yang dikeluarkan Gugus Satuan Tugas ( satgas) Penanganan Covid-19 Nasional melalui halaman resminya (http://www.Covid-19.go.id) hingga awal Juli 2021 Indonesia sudah mencapai angka 2.527.203 orang yang sudah terdampak positif Corona Virus Disease-2019 ( Covid-19) dengan jumlah kasus kematian mencapai 66.464 kasus, tak terkecuali wilayah NTT.
Berdasarkan data yang dirilis SATGAS COVID Prov. NTT (http://www.COVID19.nttprov.go.id) COVID-19 meningkat secara signifikan di wilayah NTT pada umumnya dimana hingga tanggal 11 Juli 2021 ini sudah mencapai 23.734 kasus yang terkonfirmasi positif dengan jumlah kasus kematian yang diindikasikan COVID-19 mencapai 541 kasus.
Seiring dengan meningkatnya wabah ini, wilayah NTT pada umumnya juga sedang berada pada periode musim kemarau berdasarkan data yang dirilis oleh BMKG (http://www.bmkg.go.id), dari 23 zona musim yang berada di NTT secara umum sudah berada pada musim kemarau dan diprediksi juga puncak musim kemarau tahun ini akan berpeluang terjadi pada bulan Agustus 2021.
Baca juga: Satu Pasien Covid-19 di Waingapu Meninggal Dunia
Pada masa pandemi saat ini, masker menjadi ikon dan menjadi prioritas digunakan demi menjaga kesehatan di antara warga negara. Jauh sebelum pandemi ini terjadi masker memang selayaknya kita gunakan apalagi ketika periode musim kemarau seperti sekarang ini.
Tahukah kita ketika periode kemarau ini banyak problematika kehidupan yang akan kita hadapi secara silih berganti?
Di antaranya dengan meningkatnya beberapa penyakit seperti influenza, batuk berdahak dan tak berdahak hingga potensi bencana hidrometeorologi seperti angin kencang. Beberapa dampak yang disebutkan diatas merupakan sebagian kecil yang ditimbulkan oleh cuaca dan iklim.
Hingga awal Juli ini kondisi dinamika atmosfer seperti pergerakan angin, suhu udara, kelembapan udara hingga suhu muka laut di wilayah NTT cenderung menunjukkan keselarasan dengan musim kemarau saat ini, walaupun dibeberapa wilayah masih ada hujan akan tetapi tidak melebihi normalnya.
Baca juga: Tak Hanya Varian Delta, 4 Warga di NTT Terkonfirmasi Positif Covid-19 Varian Inggris
Hingga awal Juli ini suhu udara yang berhasil direkap baik dari UPT BMKG dan Stasiun Meteorologi Otomatis yang tersebar di wilayah NTT umumnya menunjukkan masih berada pada kondisi normal pada periode musim kemarau dengan nilai berkisar antara 20.0 derajat Celcius hingga 35.0 derajat Celcius, dengan kelembapan udara berkisar antara 40 persen sampai dengan 100 persen kemudian untuk variasi arah angin dari Timur-Tenggara disertai kecepatan angin maksimum mencapai 15 sampai dengan 25 knot (27 -45 km/jam).
Khusus untuk wilayah Kota Kupang dengan didasari hasil pengamatan BMKG-Stasiun Klimatologi Kupang kondisi suhu udara di wilayah Kota Kupang dan sekitar berkisar 22.4 0 C sampai 34.6 0 C dengan kelembapan udara 58 persen sampai 92 persen dengan arah angin bergerak secara bervariasi dari Timur dan Tenggara dengan kecepatan angin mencapai 8 hingga 20 knot atau berkisar antara 14 sampai 36 km/jam.
Hingga awal Juli 2021 beberapa wilayah juga masih mendapat suplai air hujan namun masih di bawah kondisi normal curah hujan awal Juli selama 30 tahun, di antaranya sebagian kecil wilayah Kabupaten Manggarai (pos hujan Gapong, Iteng, Pagal dan Stasiun Meteorologi Frans S. Lega-Ruteng), kemudian sebagian kecil Kabupaten Manggarai Timur (pos hujan Benteng Jawa dan pos hujan Mano) serta sebagian kecil Kabupaten Ngada (pos hujan Bomari dan Wolomeze).
Akan tetapi dari 21 kab/kota yang ada di Provinsi NTT ada 13 kabupaten/kota yang terdampak kekeringan dari perspektif meteorologis di antaranya Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Belu, Sabu Raijua, Rote Ndao, Manggarai Barat, Manggarai Timur, Ngada, Lembata, Flores Timur, Sikka, Sumba Timur dan Sumba Tengah.
Kondisi ini mencerminkan sebenarnya masih banyak suplai massa udara dari perairan NTT itu sendiri akan tetapi kecepatan angin timuran yang konsisten kuat membawa massa udara basah tersebut ke wilayah barat.
Puncak musim kemarau diprediksi akan terjadi pada bulan Agustus, dimana saat ini sudah mulai terlihat kecepatan angin yang membawa udara kering terasa dingin dari Benua Australia yang melewati wilayah NTT yang kemudian berpotensi pada penurunan imunitas tubuh manusia pada kondisi musim ini yang kemudian berakibat tubuh kita akan dengan mudah terkena beberapa penyakit seperti influenza, batuk hingga dehidrasi yang mana dari beberapa penyakit musim kemarau ini juga merupakan indikator utama dalam penyebaran COVID-19.
Dari akhir tulisan ini, penulis mengimbau masyarakat wilayah NTT pada umumnya, khususnya warga Kota Kupang untuk bersama-sama untuk saling menjaga dan mendukung dalam hal penekanan penyebaran virus corona di wilayah NTT yang sudah diaturkan pemerintah dengan cara menerapkan protokol kesehatan 5M dan jangan lupa untuk terus update informasi cuaca dan iklim (http://www.bmkg.go.id) yang merupakan salah satu kebutuhan kita dalam melakukan serta menyiapkan rencana aktivitas di luar ruangan.
Dilain pihak penulis mencoba untuk menginformasikan bagi masyarakat-masyarakat pesisir yang juga melakukan aktivitas sehari-hari sebagai nelayan untuk sementara jangan berlayar dulu dikarenakan angin kencang masih berpotensi terjadi hingga akhir bulan Agustus 2021. (*)
Baca Opini Pos Kupang Lainnya