Manifestasi Covid-19 Pada Mata
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2).
Manifestasi Covid-19 Pada Mata
Penulis : dr. Tiara Alexander
POSKUPANG.COM - Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2).
Virus ini pertama kali muncul di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina pada akhir Desember 2019 yang ditandai dengan keluhan demam, sesak napas, dan terdapatnya gambaran radiologi berupa ground glass opacity pada kedua lapang paru.
Oleh karena peningkatan jumlah kasus dan angka kematian yang signifikan dan terjadi pada berbagai negara di dunia , WHO (World Health Organization) menetapkan Covid-19 sebagai suatu pandemik global.
Sampai dengan 26 Juli 2021 tercatat jumlah kasus Covid -19 di Indonesia mencapai 3.194.733 orang dengan angka kematian mencapai 83.279 orang.
Manifestasi klinis COVID-19 umumya berupa demam, batuk, pilek, sesak nafas serta beberapa gejala lain seperti diare, sakit kepala, hilangnya kemampuan mengecap rasa, hilangnya kemampuan untuk mencium bau (anosmia), muncul ruam di kulit juga mata merah.
Sampai saat ini, gejala klinis Covid-19 masih sangat bervariasi. Manifestasi klinis Covid-19 pada mata pertama kali dilaporkan oleh Zhang X et al, dimana hal ini terjadi pada salah seorang tenaga kesehatan yang bekerja di unit gawat darurat pada salah satu Rumah Sakit di Kota Wuhan , Cina.
Pasien ini mengeluhkan kedua mata nya merah dan berair , tiga hari sebelumnya mengalami demam tanpa disertai gejala lainnya kemudian setelah dilakukan pemeriksaan RT PCR orofaring(tenggorok) dan swab konjungtiva ( selaput lendir pada mata ) didapatkan hasil positif , terkonfirmasi mengalami COVID-19.

Mata dapat menjadi jalan masuk infeksi SARS COV 2 melalui dua mekanisme, pertama melalui adanya droplet dari virus ini yang kemudian berikatan dengan reseptor ACE-2 yang terdapat pada beberapa jaringan di mata seperti pada kornea, konjungtiva.
Kemudian virus ini bermigrasi melalui saluran air mata ke rongga hidung kemudian menuju ke sistem pernapasan kita.
Selain itu, penyebaran virus ini juga dapat berlangsung secara hematogen (melalui darah) kemudian menuju mata melalui kelenjar air mata.
Studi terbaru menemukan, replikasi virus SARS COV 2 paling tinggi terjadi pada konjungtiva (selaput lendir mata), bahkan virus ini tetap dapat ditemukan pada spesimen air mata sampai 3 minggu sejak pertama kali muncul gejala sistemik, meskipun hasil swab orofaring (tenggorok) dinyatakan negatif.

Namun hingga saat ini, deteksi COVID-19 melalui mata belum menjadi sebuah standar dikarenakan bervariasinya teknik dan waktu pengambilan sampel, serta manifestasi klinis berbeda yang terdapat pada pasien.
Prevalensi manifestasi klinis mata pada kasus COVID-19 ini berkisar 0,8% sampai dengan 31,6 %, sebagaimana bervariasinya manifestasi klinis COVID-19 pada organ lain.
Manifestasi klinis pada mata ini, dapat terjadi sebelum, bersamaan, maupun setelah adanya gejala sistemik seperti demam dan ganguan pernafasan akut lainya.
Bahkan, dalam laporan kasusnya Scalinci et al, mengungkapkan bahwa manifestasi klinis mata pada pasien yang terkonfirmasi COVID-19 ini dapat terjadi tanpa disertai adanya gejala sistemik maupun gangguan pernapasan akut.
Manifestasi klinis pada mata akibat COVID-19 dapat terjadi pada bagian depan maupun bagian belakang mata.
Secara umum manifestasi klinis yang terdapat pada mata pasien COVID- 19 berupa konjungtivitis.
Konjungtivitis merupakan suatu terminologi umum untuk semua inflamasi atau radang pada selaput lendir mata yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri,alergi serta iritasi pada gangguan permukaan bola mata seperti sindrom mata kering.
Konjungtivitis ditandai dengan adanya mata merah, berair, silau, terdapat rasa mengganjal, serta muncul sekret , yang dapat mengenai satu atau pun kedua mata.

Adapun manifestasi konjungtivitis yang didapatkan pada pasien COVID-19 tidak berbeda dengan manifestasi konjungtivitis pada umumnya, sehingga menjadikan hal ini penting untuk diperhatikan.
Data penelitian mengenai gambaran klinis yang terjadi pada bagian belakang mata masih sangat terbatas.
Namun, Chen et al dalam penelitiannya menyebutkan adanya lesi hiper reflektif pada retina serta degenerasi saraf pada retina sebagai manifestasi klinis pada bagian belakang mata.
Sampai saat ini, belum ada manifestasi mata pada kasus COVID-19 yang mengancam penglihatan secara langsung.
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa SARS-CoV-2 ditemukan pada air mata dan berpotensi sebagai sumber infeksi, maka pencegahan transmisi virus COVID-19 melalui mata sangatlah penting.
Adapun beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai pencegahan diantaranya menghindari adanya kontak langsung pada mata yang dapat dengan mencuci tangan terlebih dahulu, menghindari menyentuh mata secara berulang, serta tidak menggunakan alat kosmetik mata bersama.
Serta menggunakan kacamata sebagai pengganti lensa kontak selama pandemi, karena selain dapat mengurangi frekuensi pasien menyentuh mata, penggunaan kacamata juga dapat menjadi pelindung antara droplet dan mukosa mata sehingga dapat mengurangi transmisi okular pada COVID-19.
Hal yang juga tidak kalah penting yaitu tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat seperti menghindari kerumunan, menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain, menggunakan masker sesuai ketentuan, serta mencuci tangan dengan benar. (poskupang.com/*)