RSA dr. Lie Dharmawan Sudah Layani Ratusan Ribu Orang di Indonesia

Kalau saya bisa membantu 100 puji Tuhan banget. Itulah sebanyak secara kontinu kami melanglang buana ke daerah - daerah terpencil

Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/MICHAELLA UZURAS
Tangkapan layar virtual talkshow RSA dr. Lie Dharmawan Reborn. Moderator Kristofel Liyanto dan dr. Lie Dharmawan 

RSA dr. Lie Dharmawan Sudah Layani Ratusan Ribu Orang di Indonesia

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Michaella Uzurasi

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Rumah Sakit Apung (RSA)dr. Lie Dharmawan sudah melayani ratusan ribu orang di seluruh Indonesia. 

Hal ini diungkapkan dr. Lie dalam virtual talkshow RSA dr. Lie Dharmawan Reborn, Selasa, 20 Juli 2021.

"Sudah ratusan ribu yang dilayani seluruh Indonesia," ungkap dr. Lie.

Dikatakan dr. Lie, kapal tersebut pertama kali berlayar 16 Maret 2013 ke Kepulauan Seribu.

Kapal yang berjulukan Bahenol ini dibeli 2010. 

Baca juga: Usman Husin Terus Memasang Spanduk Peringatan atas Melonjaknya Covid-19

"Dari 2008 saya mencari, 2010 saya beli, dimodifikasi menjadi RSA," ucapnya.

dr. Lie mengakui, saat membeli kapal tersebut, dia tidak tahu kalau mesin pada kapal itu adalah mesin truck. 

"Saya tidak punya pengetahuan tentang mesin yang penting kapal bisa jalan. Mesin yang ada di Bahenol saat tenggelam adalah mesin kapal yang sesungguhnya yang baru dibeli 2 tahun sebelumnya," kata dr. Lie.

"Kalau terjadi musibah seperti ini kita tidak bisa bilang karena mesinnya sudah tua. Mesin baru 2 tahun itu masih baru," tambahnya.

Dalam kesempatan tersebut, dr. Lie mengungkapkan awal mula dia berniat membangun RSA di Indonesia. 

Baca juga: Kepala Rutan Soe Pimpin Pengeledahan Blok Tahanan

Dr. Lie baru pulang ke Indonesia setelah bermukim hampir 20 tahun di Jerman.

Dia kembali pada tahun 1985 dan menjalani masa adaptasi selama 6 bulan di Jawa Tengah lalu bertugas sebagai dokter bedah setahun lebih di Bandung dan akhirnya pada tahun Agustus 1988 dia mulai mengabdi di RS Husada Jakarta hingga saat ini. 

"Kesan pertama yang saya peroleh ketika saya menjejakkan kaki di daerah Indonesia Timur, saya seolah - olah berada di sebuah negara lain kalau saya bandingkan dengan di Jakarta dan pengalaman itu menimbulkan hasrat bagi saya untuk lebih fokus pada saudara - saudara kita yang berada di daerah 4T. Kalau eaya katakan 3T tadi saya dikoreksi ada T yang keempat yaitu T yang terlupakan," ujar dr. Lie.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved