Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Kamis 8 Juli 2021: Bukan Komersialisasi Pewartaan

Yesus  memerintahkan kedua belas murud-Nya untuk pergi dan mewartakan Injil. “Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan sorga sudah dekat.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
Pater Steph Tupeng Witin SVD 

Renungan Harian Katolik Kamis 8 Juli 2021: Bukan Komersialisasi Pewartaan (Mat 10:7-15)

Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD

POS-KUPANG.COM - Yesus  memerintahkan kedua belas murud-Nya untuk pergi dan mewartakan Injil. “Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan” (Mat 10: 7-8).

Perintah Yesus ini memberi para murid-Nya dua tanggung jawab besar: berbicara dalam nama-Nya dan bertindak dengan kuasa-Nya. Dua hal itu menjadi keharusan dan mendesak karena kerajaan atau pemerintahan Allah sudah dekat.

Yesus menugaskan murid-murid-Nya untuk melakukan pekerjaan yang telah Dia lakukan: membawa kuasa penyembuhan dan belas kasihan Allah kepada mereka yang kecil, yang identik dengan dosa, penyakit, ketakutan dan penindasan.

Dalam proses pewartaan itu, Yesus akan membebaskan kita dari segala hal yang membuat kita tidak mengasihi Dia dan sesama dengan utuh. Sebuah kerja spiritual yang menuntut kemurnian dan kemurahan hati dengan dasar pada kasih Allah. “Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma” (Mat 10: 8).

Rahmat Tuhan mesti dibagikan, dipecah-pecahkan tanpa mengharapkan imbalan atau upah. Tuhan jadi fokus utama, bukan materi. Karya pewartaan mesti menjadi sebuah persembahan diri yang tulus seperti Kristus, bukan sebuah upaya untuk menerima “sesuatu.”

Semangat kemiskinan membebaskan kita dari keserakahan dan kenyamanan semu yang pada gilirannya merebut ruang Allah dalam hidup dan karya. Kita akhirnya kehilangan ruang sakral dalam diri dan karya pewartaan.

Maka, dalam perutusan mewartakan Kerajaan Allah itu tidak ada yang namanya komersialisasi pewartaan. Komersialisasi dalam karya pewartaan Gereja ini menjadi keluhan sepanjang sejarah.

Penerimaan sakramen-sakramen sebagai tanda kasih Allah terkadang dikalkulasi dengan “harga” mahal. Gereja tidak ubahnya seperti “penjual” sakramen.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 7 Juli 2021: Homo Studentes: Manusia Pembelajar

Paus Fransiskus pernah mengingatkan dengan keras agar para agen pastoral tidak “memperdagangkan” sakramen sebagai sarana keselamatan.

Menurut Yesus, kalkulasi pewartaan-Nya adalah hadirnya Kerajaan Allah: sebuah suasana hidup bahagia, damai, persaudaraan, saling percaya,saling mengasihi dan sebagainya.

Perutusan para murid hanya melanjutkan apa yang telah dirintis oleh Yesus selama bersama mereka. Yesus telah menjadi guru yang tidak hanya mengajarkan Sabda, tapi seluruh hidup-Nya menjadi pewartaan.

Kehadiran, pewartaan dan mukjizat yang dilakukan Yesus adalah proklamasi kehadiran Kerajaan Allah, bukan medium menyombongkan dan mengangkuhkan diri.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 7 Juli 2021: Wajah Belas Kasih

Yesus adalah jalan bagi Allah untuk menyapah manusia dan semesta. Para murid sebagai utusan Allah menerima mandat suci ini untuk menghadirkan Kerajaan Allah di tengah dunia melalui seluruh hidup dan karya nyata.

Pewartaan itu tidak cukup dengan kata-kata tetapi yang lebih utama adalah kesaksian hidup. Orang Latin bilang: verba movent, exempla trahunt. Kata-kata menggerakkan tapi teladan hidup lebih menarik. Seluruh hidup dan karya mesti menjadi sebuah ajakan bagi orang lain untuk mengalami Allah.

Maka para murid mesti menjadi “tanda” hadirnya Kerajaan Allah. “Tanda” kehadiran utusan Tuhan itulah yang menjadi makna terdalam dari perutusan ini.

Pewartaan di zaman modern ini memiliki konteks yang berbeda dengan zaman dimana Yesus hidup dan menyampaikan pewartaan-Nya. Namun Sabda Tuhan tetap selalu kontekstual pada setiap zaman dengan penafsiran yang lebih kreatif tanpa kehilangan substansi.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 7 Juli 2021: Starting Twelve

Zaman yang terus berubah menuntut metode dan sarana pewartaan yang selaras zaman. Inti warta Kerajaan Allah mesti diterjemahkan dengan medium selaras zaman agar pesan yang disampaikan tiba pada pendengar. Jika tidak, pewartaan akan ketinggalan zaman, jadul dan kedaluwarsa.

Yesus menyadarkan para murid agar melaksanakan karya perutusan dalam hati sederhana. Hal yang utama adalah kebebasan memberi karena Allah pasti menyediakan segala yang dibutuhkan pada waktunya.

Sabda Yesus “Seorang pekerja patut mendapat upah” (Mat 10:10) merupakan kulminasi dari karya pewartaan. Perutusan itu bukan karena jaminan fasilitas dan kemampuan manusia.

Allah yang menjadi kekuatan utama. Inilah sumber kepercayaan dalam karya. Perutusan akan berhasil tidak hanya karena fasilitas dan jaminan, meski hal ini tidak bisa terelakkan di tengah tuntutan zaman tapi rahmat Allah yang menjadi energi utama.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Selasa 6 Juli 2021: Lelah dan Telantar

Maka para murid Tuhan mesti selalu menyediakan ruang di dalam diri dan hidup agar Allah sungguh hadir dan menjadi sumber kekuatan utama sehingga kita benar-benar menjadi suara-Nya dan kuasa-Nya di tengah dunia ini. *

Renungan Harian Katolik lainnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved