Tanggapi Panen 794 Ekor Ikan Kerapu di Wae Kelambu, Anggota DPRD NTT : "Itu Lelucon"
10.000 bibit kerapu yang dibudidayakan, sebagai 5.000 ekor ikan mati dan 3.500 ekor ikan hilang saat Seroja
Penulis: Ryan Nong | Editor: Rosalina Woso
Tanggapi Panen 794 Ekor Ikan Kerapu di Wae Kelambu, Anggota DPRD NTT : "Itu Lelucon"
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ryan Nong
POS-KUPANG.COM | KUPANG -- Anggota Dewan Perwakilan Rakyat daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur (DPRD NTT) angkat suara soal pernyataan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan NTT, Ganef Wurgiyanto terkait panen 794 ekor ikan kerapu di Labuhan Wae Kelambu.
Wakil Ketua Komisi II DPRD NTT, Patris Lali Wolo mengatakan, pernyataan pemerintah yang disampaikan Kepala Dinas Kelautan dan perikanan NTT, Ganef Wurgiyanto yang menyebut bahwa pemerintah tidak gagal menjadi sebuah catatan yang harus dijelaskan.
Menurut Patris Lali Wolo, pemerintah harus menjelaskan ukuran tidak gagal program budidaya ikan tersebut agar masyarakat paham atas apa yang terjadi.
Politisi PDI Perjuangan itu menyebut, dengan alokasi anggaran hingga Rp. 7,7 miliar.
Baca juga: Danlantamal Kupang, Bupati Sikka Bersama Forkompimda Sikka Tabur Ikan Kerapu di Desa Kojadoi
Menurut Patris, seharusnya program budidaya ikan Kerapu itu bisa menghasilkan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar daerah Wae Kelambu dan juga untuk masyarakat NTT seluruhnya melalui pendapatan daerah.
"Ini yang tidak tercermin disitu, ukuran tidak gagal itu seperti apa?" kata Patris Lali Wolo.
Ia mengatakan, pemerintah harus menjelaskan capaian program yang tersebut secara baik.
"Kalau pemerintah, maka menurut saya harus bisa dijelaskan lebih baik, analisa seperti apa? Tidak gagal seperti apa?" ucap dia.
Baca juga: Perairan Hadakewa Jadi Lokasi Keramba Ikan Kerapu di NTT, Simak YUK
Ia mengaku miris terhadap capaian yang disampaikan pemerintah. Menurut dia, dengan alokasi anggaran yang sedemikian besar, maka hasil program tersebut seakan menggambarkan pemerintah sedang menipu rakyat.
"Karena alokasi anggaran Rp 7,7 miliar dan tambahan di perubahan 2020 maka saya kira sangat miris. Ini benar-benar seperti pemerintah sedang menipu rakyat," tegas dia.
Ia mengkritik sikap pemerintah yang disebutnya seolah sedang menutupi semua persoalan budidaya tersebut. Pemerintah juga menurut dia, seolah olah sedang menggampangkan persoalan.
Politisi PDIP asal Nagekeo itu bahkan mengkritik keras pendekatan pemerintah yang disebutnya seolah sedang melakukan uji coba.
Baca juga: Pemprov NTT Siapkan Rp 50 Miliar Untuk Pengembangan Ikan Kerapu Masyarakat di Rote Ndao
"Seharusnya tidak ada yang namanya uji coba, ini kita perlu lebih jauh kenapa tidak panen. Artinya kalau bilang baru uji coba dengan kapasitas seperti itu dengan anggaran besar seperti itu bagi provinsi seperti kita saya kira hal itu jadi lelucon," tegas Patris Lali Wolo.
Ia mengatakan, apa yang terjadi dalam program budidaya ikan Kerapu di Dinas Kelautan dan perikanan NTT menjadi bahan evaluasi tegas semua pihak.
"Ini menjadi evaluasi keras dan catatan penting harus dipertanggungjawabkan selanjutnya. Uang senilai Rp 7 miliar lebih harus dipertanggungjawabkan, karena itu uang rakyat.ini jadi warning dan catatan pola investasi serupa lebih jauh ke depan," pungkas dia.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTT, Ganef Wurgiyanto diwawancara sebelumnya mengatakan, program budidaya yang menggunakan dana dari APBD Perubahan 2019 itu berjalan baik.
Baca juga: Gubernur NTT Tinjau Keramba Ikan Kerapu di Labuan Kelambu Riung
"Jadi perlu saya sampaikan bahwa budidaya ini tidak gagal," tegas Ganef saat diwawancara POS-KUPANG.COM di kantornya, Rabu 23 Juni 2021 siang.
Program Budidaya Kerapu oleh Dinas Kelautan dan perikanan NTT dilaksanakan di tiga lokasi yakni Pelabuhan Wae Kelambu Kecamatan Riung Kabupaten Ngada, Mulut Seribu Kabupaten Rote dan Desa Onansila, Semau Selatan, Kabupaten Kupang.
"Jadi perlu saya sampaikan bahwa budidaya ini tidak gagal," tegas Ganef saat diwawancara POS-KUPANG.COM di kantornya, Rabu 23 Juni 2021 siang.
Program Budidaya Kerapu oleh Dinas Kelautan dan perikanan NTT dilaksanakan di tiga lokasi yakni Pelabuhan Wae Kelambu Kecamatan Riung Kabupaten Ngada, Mulut Seribu Kabupaten Rote dan Desa Onansila, Semau Selatan, Kabupaten Kupang.
Baca juga: Wagub NTT, Josef A. Nae Soi Tinjau Tambak Ikan Kerapu di Riung
Program Budidaya Kerapu di Wae Kelambu, jelas Ganef, menggunakan dua sistem budidaya.
Pertama, sistem Sea Ranching atau Restocking, yakni sistem pengkayaan sumberdaya ikan di perairan tertentu untuk tujuan meningkatkan stok ikan.
Metode ini dilakukan dengan menebar benih ikan di perairan seluas 235 hektar.
Kedua, sistem Keramba Jaring Apung (KJA) yang dilakukan dengan masa budidaya selama 1 sampai 2 tahun panen.
Baca juga: Wakil Gubernur NTT Lepas Bibit Ikan Kerapu di Riung Ngada, Berikut Liputannya!
Ganef menjelaskan, untuk kegiatan Sea Ranching di Wae Kelambu, Dinas Kelautan dan Perikanan NTT telah menebar sebanyak 1 juta benih ikan Kerapu senilai Rp 3,4 miliar pada Desember 2019.
Di lokasi yang sama juga dengan pakan awal sebanyak 1 ton yang bernilai Rp. 450 juta.
Sementara itu, untuk kegiatan budidaya dengan sistem KJA, Dinas Kelautan dan perikanan NTT juga menginvestasikan dana sebesar Rp 4,2 miliar untuk pemasangan 8 keramba, bagan, pembangunan jetty dan rumah jaga.
Selain itu, juga mengalokasikan biaya operasional sebesar Rp 212 juta untuk penambahan pakan, benih kerapu, dan biaya 4 orang penjaga.
Baca juga: Wow! Nelayan Australia Tangkap Ikan Kerapu Seberat 100 Kg
Ganef menjelaskan dari 10.000 bibit kerapu yang dibudidayakan, sebagai 5.000 ekor ikan mati dan 3.500 ekor ikan hilang saat Seroja.
Dari sisa 1.500 ekor ikan di keramba, yang berhasil dipanen sebanyak 794 ekor ikan.
"Kita memanen 749 ekor ikan Kerapu dengan berat 976,3 kg pada pertengahan Juni 2021. Ikan Kerapu itu dijual dengan harga Rp. 46,8 juta," ungkap Ganef.
Hal tersebut kata Ganef menjadi indikasi bahwa program budidaya tersebut tidak gagal.
Selain budidaya di Wae Kelambu, Ganef juga menerangkan budidaya di dua lokasi lainnya.
Di Mulut Seribu Kabupaten Rote, pihaknya telah membudidayakan sebanyak 20 ribu ekor bibit untuk tahap pertama pada Desember 2019.
Dari total tersebut, pihaknya berhasil melakukan panen sebanyak 400 ekor ikan Kerapu.
Sementara dari total 225.000 ekor ikan Kerapu yang dibudidayakan di Onansila, Semau Selatan, rencananya panen perdana baru akan dilaksanakan pada Oktober 2021 mendatang. (*)