Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik, Jumat 18 Juni 2021: HARTA

Di Indonesia korupsi sepertinya tak ada matinya, atau mungkin tak bisa mati. Hanya berganti modus dan aktor.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
RD. Fransiskus Aliandu 

Renungan Harian Katolik, Jumat 18 Juni 2021: HARTA (Matius 6:19-23)

Oleh: RD. Fransiskus Aliandu

POS-KUPANG.COM - Di Indonesia korupsi sepertinya tak ada matinya, atau mungkin tak bisa mati. Hanya berganti modus dan aktor. Berita penangkapan pejabat sudah bukan kejutan. Korupsi sudah menjadi habitus yang dimotivasi oleh keserakahan, ketamakan.

St. Thomas Aquinas mendefinisikan ketamakan sebagai "cinta yang tidak wajar dalam kepemilikan", karena keinginan untuk memiliki atau mempertahankan barang-barang duniawi yang menyimpang dari ukuran wajar akan kegunaan barang-barang tersebut untuk kelangsungan hidupnya.

Menurutnya, secara alamiah seseorang menginginkan hal-hal duniawi sebatas kewajaran dari tujuan penggunaannya, namun ketamakan adalah penyimpangan dari kewajaran tersebut.

Erich Fromm menggambarkan ketamakan sebagai suatu jurang tanpa dasar yang menguras energi seseorang dalam upaya tanpa henti untuk memenuhi satu kebutuhan tanpa pernah mencapai kepuasan.

Sang Pengkotbah mengingatkan, "Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Ini pun sia-sia" (Pkh 5:9).

Ia pun melanjutkan, "Dengan bertambahnya harta, bertambah pula orang-orang yang yang menghabiskannya. Dan apakah keuntungan pemiliknya selain dari pada melihatnya?" (Pkh 5:10).

Yesus memberi peringatan bahwa harta dunia yang kita kumpulkan, yang kita timbun, "akan dirusakkan oleh ngengat dan karat, dan pencuri akan membongkar serta mencurinya" (Mat 6:19).

Kita tahu, ngengat adalah binatang kecil-kecil yang doyan makan kertas, pakaian, dsb. Sejenis ngengat, bisa disebut juga anai-anai, rayap, dll. Binatang-binatang kecil ini memang tergolong perusak dari dalam. Kusen dan pintu rumah, lemari kayu, perabot, yang nampak bagus, tak disadari bisa hancur "dimakan" binatang kecil perusak ini. Begitu pun dengan karat. Pagar besi, body mobil atau kapal, bisa ambyar "digerogoti" karat.

Analogi ngengat dan karat menunjukkan bahwa sesuatu pun tak ada yang aman dan abadi dalam dunia ini. Investasi apa pun untuk masa depan dalam bentuk deposito di bank, mobil, rumah, emas, tetap saja tak memberi keamanan dan jaminan utuh.

"Ngengat" dan "karat" muncul dalam wajah baru lewat inflasi, devaluasi, atau depresi ekonomi. Meskipun ada yang bisa bertahan untuk tujuh turunan, toh mustahil bersifat kekal dan dapat membawanya ke alam baka. Yang namanya "manusiawi", tidak mungkin tidak mengecewakan.

Maka kata Yesus lebih lanjut, "Kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya" (Mat 6:20).

Memang Yesus tidak menjelaskan tentang "harta yang di sorga". Namun pasti dapat kita katakan bahwa "mengumpulkan harta di sorga" berarti "berbuat sesuatu di dunia yang dampaknya abadi". Ini tentu bukan dalam pengertian, seakan-akan lewat amal-amal baik yang pernah kita lakukan di atas bumi ini, dapat mengumpulkan atau men-top up rekening kredit di sorga, yang dapat kita pakai untuk kepentingan kita atau kepentingan orang lain.

Halaman
12
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved